Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-107)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-107)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi

VII. Nabi Ilyas, Ilyasak, Yunus, Penghancuran Haikal Sulaiman (Masjidil Agsha), Bani Israel Terjajah dan Diperbudak Lagi.

Kitab Nehemia 13 : 18 menginformasikan, Nehemia memberlakukan ketentuan hari Sabat Kudus dan menyuruh pulang orang orang yang keluar rumah pada hari sabat.

Nehemia adalah seorang penguasa kota setingkat bupati sehingga keputusannya mengikat penduduk bani Israel. Hukum ini kemudian disebut hukum Nehemia yang menjadi dasar pemurnian ras bani Israel. Penerapan hukum berdasarkan kitab Yehezkiel yang keras memberikan konsekuensi bahwa Haekal Sulaiman adalah untuk kaum gholah, yaitu bani Israel sebagai umat suci yang dipilih Tuhan, yang tidak bisa disentuh oleh kaum Ghoyim yaitu orang orang yang tidak bisa secara murni di tetapkan sebagai bani Israel. Pemisahan antara kaum gholah dan kaum goyim sesuai hukum Yehezkiel telah dilakukan sejak kepulangan bani Israel dari Babilonia pada masa Zerubabel yang kemudian disusul oleh kepulangan rombongan bani Israel yang kedua yang dipimpin Uzair. Penerapan hukum Nehemia yang sangat ketat yang punya konsekuensi terhadap ibadah di Haekal Sulaiaman yang berada di bekas wilayah Yudea, membuat lambat laun muncul sebutan baru bagi bani Israel yaitu bangsa yahudi yang agamanya juga disebut agama yahudi.

Penerapan hukum ini juga menjadi cikal bakal munculnya keyakinan bahwa bani Israel adalah kaum yang murni yang dipilih tuhan. Risalah tauhid menjelma menjadi agama yang hanya diperuntukkan bagi bangsa yahudi. Kaum ghoyim yang berasal dari perkawinan campuran antara orang yahudi dan non yahudi pun status haknya pada Haekal Sulaiman berbeda dengan hak bani Israel yang murni. Untuk masuk ruang paling suci Haekal Sulaiman ditetapkan siapa saja yang punya hak. Pembagian ruangan dalam Haekal Sulaiman telah dengan sendirinya membagi bani Israel kedalam fungsi peribadatan. 
 

Terdapat batas batas fungsional ruangan Haekal Sulaiman dalam peribadatan yang tidak boleh dilanggar bahkan oleh bani Israel sendiri. Seorang imam tidak boleh menjadi penyanyi Haekal dan tidak boleh menjadi pelayan peribadatan Haekal Sulaiman. Demikian pula seorang penyayi haekal tidak akan bisa berubah menjadi imam. Pelayan penyelenggaran peribadatan tidak akan menjadi penyanyi atau menjadi imam. Sedang bani Israel yang hanya akan beribadat telah pula ditentukan ruangannya.

Orang orang dari keturunan campuran diperlakukan sebagai kaum ghoyim atau orang asing yang hanya boleh menginjak di halaman paling luar Haekal Sulaiman. Konsekuansi ketatnya hukum Nehemia dan Uzair adalah bangsa yahudi akan menjadi bangsa yang sulit membentuk kohesi sosial dan berbaur dengan bangsa yang lain. Karena itu lambat laun ajaran tauhid yang diperoleh kaum yahudi menjadi agama yang eksklusif yaitu agama yahudi.

Kaum ghoyim dari keturunan campuran orang orang yahudi dan non yahudi yang di lepas dari persaudaraan bani Israel pada akhirnya membentuk kebangsannya sendiri yaitu bangsa Samaritan yang hanya bisa tinggal di wilayah di luar batas negeri Yudea, yaitu di wilayah bekas kerajaan Samaria.

BACA JUGA:

Bangsa ini pada awalnya tidak mengerti mengapa mereka harus menanggung nasib sebagai orang orang yang terbuang. Mereka merasa tidak mempunyai kesalahan apapun yang disebabkan menjadi keturunan campuran. Bahkan dalam doa do’anya kepada Elooh mereka mengeluh dengan keras mengapa Elloh memperlakukan mereka menjadi kaum yang terbuang yang seolah olah tidak mempunyai akar keturunan, tidak diakui asal asul keberadaan mereka di dunia. Namun pada akhirnya bangsa Samaritan akhirnya dapat menerima kenyataan tersebut bahkan tetap melaksanakan ajaran taurat. Mereka dikenal dengan nama Yahudi Samaria. Bagi mereka ajaran Tauhid adalah termasuk untuk mereka meskipun kemunculan ajaran tersebut berasal dari leluhur mereka yang murni keturunan Israel. Mereka juga merasa punya hak untuk mempraktikkan ajaran leluhur mereka yang orang Israel. Tuhan leluhur mereka yang orang Israel adalah Tuhan mereka pula.

Yahudi Samaritan, agama bangsa Samarithan, keturunan campuran bani Israel dengan suku suku non bani Israel, merayakan paskah di bukit Gerizim. Dahulu di bukit ini ada bait EL yahudi Samaria, tetapi dihancurkan pada masa imam besar yahudi Johanes Hirkanus. Gambar samping kanan adalah imam besar yahudi Samaritan (foto tahun 1920)

VIII. Nabi Zakariya, Yahya, ‘Iysaa, Kehancuran Haekal Sulaiman (masjidil aqsha) yang Kedua dan Kemunculan Nashara, Kristen Katolik

1. Bani Israel Setelah Masa Uzair dan Nehemia.

 

Dalam kurun waktu sekitar 125 tahun dari keruntuhan kerajaan Israel Samaria, kemudian di susul oleh runtuhnya kerajaan Yudea pada tahun 587 SM yang ditandai dengan luluh lantaknya kota Yerusalem dan Haekal Sulaiman serta menjadi awal diperbudaknya bani Israel di negeri orang membuat wilayah bani Israel hilang dari peta dunia, berubah menjadi wilayah penjajahnya. Setelah sekian puluh tahun dijajah, muncul Koresh II atau Koresh Agung raja Persia yang dikenal menghormati agama dari bangsa lain, memulangkan rombongan besar bani Israel dipimpin Zerubabel dari Babilonia untuk membangun kembali Haekal Sulaiman. Pembangunan ulang awalnya dipimpin nabi Hagai dan baru selesai dibangun sekitar tahun 515 SM. Bani Israel bersuka cita dengan selesainya pembangunan tersebut. Namun masih terasa belum lengkap, yaitu tidak ada taurat dan tabutnya di Haekal Sulaiman baru. Di Yerusalem, pengajaran taurat berdasarkan hafalan taurat oleh imam haekal Sulaiman.

Sekitar 60 tahun atau 65 tahun kemudian atau sekitar tahun 455 SM – 450 SM, pada masa raja Persia adalah Artaxerxes I, penasihat raja yaitu Uzair yang dikenal hafal taurat dan memberikan pengajaran taurat pada penduduk yahudi di Babilonia, diijinkan pulang ke Yerusalem. kepulangannya dengan disertai rombongan besar pula sehingga Uzair disambut dengan suka cita oleh penduduk Yerusalem karena dapat mengisi kekurangan Haekal Sulaiman baru.

Tidak lama kemudian, pada tahun ke 20 masa kekuasaan raja Artaxerxes I atau sekitar tahun 445 SM, pelayan utama makan minum raja yang berasal dari kaum yudea yaitu Nehemia, mendapatkan ijin pulang kenegeri leluhurnya untuk membangun kembali kota Yerusalem, yang datang dengan membawa surat kuasa raja menjadi bupati kota Yerusalem. Dia mengumpulkan penduduk Yerusalem untuk diajak membangun kembali kota Yerusalem dengan membangun tembok kota keliling kota Yerusalem lama dan kota Dawud. Meskipun ada yang menentang dan bahkan melakukan usaha pembunuhan, namun pembangunan tersebut terus berlanjut.

Ditengah tengah masa pembangunan itu, tiba tiba Uzair menemukan kembali tabut Taurat lengkap dengan kitab taurat dan barang barang peninggalan nabi Musa dan nabi Harun. Tidak dijelaskan bagaimana dan dimana Uzair menemukannya. Atas penemuan tersebut Uzair mendapat julukan Musa baru dari bani Israel. Dia kemudian mengajarkan Taurat asli, mengkoreksi kesalahan hafalan dan kesalahan dalam tradisi peribadatan bani Israel.

(bersambung ………………….)

Last Day Views: 26,55 K

5 Responses

  1. Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-109) - Berita TerbaruOctober 13, 2022 at 12:51 pm

    […] Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-107) […]

  2. GiftsDecember 18, 2024 at 5:54 am

    … [Trackback]

    […] Here you can find 54962 more Information on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-107/ […]

  3. Telegram下载December 25, 2024 at 5:51 am

    … [Trackback]

    […] Read More Information here on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-107/ […]

  4. sci diyalaaJanuary 3, 2025 at 3:32 am

    … [Trackback]

    […] Info on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-107/ […]

  5. contentFebruary 3, 2025 at 12:00 pm

    … [Trackback]

    […] Find More here to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-107/ […]

Leave a Reply