Oleh: Sutoyo Abadi
Koordinator Kajian Politik Merah Putih
Segenggam kekuasaan lebih bermakna daripada sekeranjang kebenaran. Merebut kekuasaan dengan paksa : adalah jurus terakhir setelah mentok pada jurus-jurus yang konon, konstitusional, sistematis, santun dan berbudi pekerti. Setelah kita endus bahwa di balik kedok tertata, sopan dan bertata krama itu ternyata adalah tirani, kepalsuan, kebohongan dan penipuan.
Kekuasaan sangat penting, karena itu kekuasaan harus digenggam agar dapat dijalankan dengan benar (Plato) . Manusia itu – Homo homini lupus, karena itu, dibutuhkan negara sebagai “setan/leviathan” (yang tak tampak) untuk memegang kekuasaan demi mengatur kehidupan yang banal itu ( Thomas Hobbes )
Harus ada pemilahan kekuasaan ( eksekutif, legislatif, dan yudikatif ) agar kekuasaan tidak menjadikan otoriter akan memangsa rakyatnya sendiri (Monteaquieu)
Negara adalah produk kontrak sosial yang merupakan konsekuensi alamiah manusia yang sama-sama memiliki hak. Maka kekuasaan harus menjamin terpeliharanya hak setiap orang (J.J Rousseau).
Kekuasaan adalah lembaga yang melegitimasi penindasan kaum borjuis atas proletar. Negara menjadi agen yang digunakan dedengkot kapitalis untuk para buruh, orang miskin, kaum fakir lainnya. Wajar jika borjuis selalu bermain dikekuasaan.
Bahwa kekuasaan harus direbut dengan cara apapun. Jika kekuasaan itu tidak bisa berjalan sesuai konstitusi dan secara normal maka protes atau peranglah. The end justifies to the means, fatwanya yang sangat mashur itu (Niccolo Machiavelli ).
Lahirlah ungkapan segenggam kekuasaan lebih berarti daripada sekeranjang kebenaran. Seberapapun banyak dan hakikinya kebenaran tetapi nilai kekuasaan masih lebih tinggi, dalam arti lebih memiliki power. Mustafa Kemal Attaturk di tahun 1924 mengakhiri dinasti Ottoman di Turki, dengan segenggam kekuasaan.
Oligargi di Indonesia bisa memporak porandakan negara menjadi carut marut bahkan bisa menghancurkan.
Mengapa pada kontestasi pemilihan presiden 2019, dengan cara dan rekayasa apapun, oligarki bernafsu harus menang. Mereka ingin menggenggam kekuasaan. Tidak peduli tuduhan curang itu tidak penting asal bisa menggenggam kekuasaan, mereka yang akan mengendalikan dan mengatur semuanya.
Begitulah kekuasaan itu yang meskipun segenggam tetapi mengacak-acak kebenaran yang jauh lebih banyak.
Pertanyaannya, apakah kekuasaan harus dipertahankan secara mati-matian atau dengan menghalalkan segala cara untuk kekuasaan sebagaimana anjuran Machiavelli?. Tentu saja, kekuasaan harus direbut secara benar, lalu dipertahankan dengan benar pula. Adapun standar kebenaran itu ialah kemanusiaan itu sendiri. Begitu massa menolaknya, maka kekuasaan mesti dilepaskan dan dibiarkan melahirkan kekuasaannya yang baru.
Hanya menghadapi kondisi kekuasaan yang makin tirani, Jangan Naif : “tidak boleh ada kompromi dan tidak boleh ada jalan tengah jalan keluarnya rakyat harus mengambil kekuasaan dengan paksa. Dalam keadaan terpaksa sangat mungkin harus dengan jalan kekerasan (perang ).”
EDITOR: REYNA
Related Posts

Perang Dunia III di Ambang Pintu: Dr. Anton Permana Ingatkan Indonesia Belum Siap Menghadapi Guncangan Global

Dr. Anton Permana: 5 Seruan Untuk Presiden Prabowo, Saat Rakyat Mulai Resah dan Hati Mulai Luka

Menyikapi UUD 18/8/1945

Rocky Gerung: 3 Rim Karatan di Kabinet Prabowo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Setahun Rezim Prabowo, Perbaikan atau Kerusakan Menahun?

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri

Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global

Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama



trauma therapy san diegoFebruary 3, 2025 at 6:38 am
… [Trackback]
[…] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/melawan-kekuasaan-tirani-tidak-boleh-ada-kompromi/ […]
แทงหวยบาทละ 1000February 13, 2025 at 6:20 am
… [Trackback]
[…] Here you will find 8615 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/melawan-kekuasaan-tirani-tidak-boleh-ada-kompromi/ […]