Oleh: Isa Ansori, Kolumnis
Sejarah bangsa ini ditandai dengan catatan catatan perilaku para negarawan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu meneladani para pendiri bangsanya. Jangan sekali kali melupakan sejarah.
Pasang surut bangsa ini memang tidak bisa dilepaskan dari pergolakan – pergolakan kepentingan, tapi sejarah juga membuktikan para tokoh dan pemimpin bangsa ini mampu keluar dari kemelut yang ada dan memulai menapaki masa depannya.
Lalu apa masa depan bangsa ini? Tentu bicara masa depan adalah sesuatu yang suci, sesuatu yang putih, sesuatu yang tak boleh kita kotori, terlebih kalau kita mengakui mencintai negeri ini, bahkan ada yang pernah mengatakan bahwa “Saya Indonesia, Saya Pancasila”.
Masa depan Indonesia kalau dikaitkan dengan kalimat “Saya Indonesia, Saya Pancasila” seharusnya merujuk pada apa yang pernah diikrarkan oleh para pendiri bangsa yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Masa depan bangsa ini menapaki jalan menuju terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan cara mencerdaskan, mensejahterakan dan menciptakan perdamaian yang dijiwai oleh silakan sila dalam Pancasila.
Itulah sikap negarawan yang pernah dicontohkan oleh para pendiri bangsa, meletakkan dasar dasar kepemimpinannya agar menjadi jalan bagi siapapun pelanjut kepemimpinan untuk mencapai cita cita mulia bangsa ini kepada rakyatnya.
Para negarawan dan pendiri bangsa kita telah mampu meletakkan kepentingan bangsa diatas kepentingannya sendiri atau kepentingan kelompoknya.
Kita pernah mengalami kecelakaan kepemimpinan pada zaman Orde Lama dan Orde Baru, dimana para pemimpinnya di jerumuskan oleh lingkungannya dan para penikmat kekuasaan yang ingin memperalat kekuasaan, namun dengan jiwa kenegarawannya mereka mampu keluar dari jebakan kepentingan itu.
Semua itu bisa kita lewati dengan sikap kenegarawanan dan kebesaran jiwa, karena para pendiri bangsa dan para pemimpin itu menyadari bahwa kepentingan bangsa harus lebih besar dari kepentingan pribadi dan golongan apalagi hanya sekedar ambisi yang menjerumuskan.
Reformasi adalah harapan bahwa bangsa ini akan mampu menapaki masa depannya dengan baik dan mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang besar dalam pecaturan global.
Menuju 100 tahun Indonesia merdeka, tentu landasan dasar menuju bangsa yang besar, bangsa yang berwibawa dalam pecaturan global adalah sebuah harapan.
Zaman reformasi presiden silih berganti dan pergantian presiden berlangsung dengan baik meski dalam perjalanannya mengalami kontraksi, namun dengan jiwa besar itulah para presiden kita mampu menjadi mentor pergantian kepemimpinan dengan baik dan selamat, demokrasi benar – benar dijalankan dengan baik.
Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY mencatatkan dirinya mampu menjadi mentor bangsa yang baik dalam transisi kepemimpinan. Tentu kita juga berharap kepada Jokowi.
Sebagai presiden yang lahir dari rahim reformasi, Jokowi tentu memahami apa yang menjadi cita cita reformasi, menghapus otorianisme, membebaskan bangsa ini dari penyakit KKN yang nyata nyata telah menistakan bangsa. Karena memang itulah rambu etik dalam berbangsa dan bernegara.
Pilpres 2024 adalah ajang penentuan apakah Jokowi mampu menjadi peletak dasar demokrasi menuju suksesi 2024 sebagaimana para presiden sebelumnya, atau sebaliknya, tentu itu semua bermuara kepada apa yang ada didalam diri Jokowi.
Kita semua tentu berharap dan mendorong agar Jokowi bisa husnul khotimah dalam mengakhiri periode kepemimpinannya.
Jokowi tak perlu terjebak dalam perangkap oligarki dan para penjilat serta pengkhianat bangsa yang mencoba memanfaatkan dan menjerumuskanya.
Sebagai presiden dua periode, Jokowi tentu paham betul makna demokrasi dan rambu etik yang ada. Hanya saja apakah Jokowi kebal terhadap bisikan bisikan sekitar yang akan menjerumuskannya. Sebagai bisikan tentu indah dan membuai, tapi tentu itu hanya kepentingan para pembisik saja, bukan kepentingan Jokowi dan kepentingan bangsa.
Jokowi pasti paham, siapa diantara calon terbaik bangsa yang akan meneruskan kepemimpinannya, sebagai presiden yang tentu diharapkan menjadi negarawan sebagaimana para presiden pendahulunya, Jokowi cukup meletakkan dasar rambu rambutnya, jangan terjebak menjadi pemain atau dukung mendukung terhadap calon yang ada, cukup Jokowi menjadi wasit dan pengawas yang baik dalam pilpres 2024.
Sebagai orang Jawa, Jokowi tentu paham betul filosofi “Mendem jeruh, Mikul dhuwur” dan “Menang tanpo ngasorake”. Jokowi tak usah terlibat memobilisasi massa, mendikte parpol untuk mendukung calon tertentu, biarlah rakyat merdeka menentukan siapa pilihannya, tak perlu Jokowi harus terlibat dalam kepentingan kepentingan kelompok dan golongan, Jadilah sebagai orang tua yang bijak, itulah sejatinya negarawan dalam filosofi kalimat tersebut.
Sebagai mentor dan orang tua dalam konteks transisi demokrasi di tahun 2024, Jokowi diharapkan menjadi orang tua yang tidak pilih kasih, karena kontestasi pilpres adalah kontestasi bagaimana memilih putra putri terbaik Indonesia untuk melanjutkan program kepemimpinannya agar bisa mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tentu saja melanjutkan harus dimaknai yang baik diteruskan yang kurang diperbaiki agar menjadi baik.
Sikap Jokowi yang tidak pilih kasih dan meletakkan dasar transisi yang baik, fair dan adil tentu akan menjadi catatan sejarah bahwa Jokowi adalah negarawan.
Akhirnya kita semua berdoa dan berharap agar mengakhiri masa kepemimpinannya, Jokowi akan husnul khotimah. Semoga!
Surabaya, 26 November 2022
EDITOR: REYNA
Related Posts
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Quo Vadis Kampus Era Prabowo
Habib Umar Alhamid: Prabowo Berhasil Menyakinkan Dunia untuk Perdamaian Palestina
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
แหล่งเลขเด็ด ที่คนไทยนิยมNovember 19, 2024 at 9:30 am
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/berharap-jokowi-menjadi-negarawan/ […]