Isa Ansori: Sang Guru Anies

Isa Ansori: Sang Guru Anies
Isa Ansori

Oleh: Isa Ansori, Kolumnis

 

Sebuah film lawas (1981) yang disutradai oleh Eduart Pesta Sirait dan dibintangi oleh S.Bagio dan Rahayu Effendi. Film ini mendapatkan nominasi untuk aktor terbaik dalam Festival Film Indonesia 1982.

Nampaknya film ini sangat tepat menggambarkan komitmen sosok Anies terhadap bangsa ini, layaknya seorang guru yang berkomitmen untuk mengajarkan anak didiknya agar menjadi anak yang jujur dan berintegritas. Meski dirinya mendapatkan perlawanan dari pejabat istana dan kelompok oligarki yang tak suka akan nilai – nilai kejujuran yang dibawanya.

Film ini berkisah tentang Topaz, guru miskin tapi sangat jujur dan lurus. Itu harga mati, apalagi muridnya sangat terpesona bila dia mengajar budi pekerti.

Harga kejujuran itu yang ditawar terus. Pertama-tama oleh kepala sekolahnya, Mursalin, yang menganggap pendidikan sebagai jual-beli. Bentrokan akhirnya tak tertahankan. Topaz dipecat, ketika seorang orang tua murid memprotes raport anaknya yang semuanya merah, sementara Mursalin menginginkan angka itu diperbaiki.

Topaz lalu jatuh ke pelukan buaya lain: Inge Rosa, yang anaknya murid les privat Topaz, dan dia sendiri adalah peliharaan Kunto, pengusaha yang hidup dari kongkalikong dengan pejabat pemerintah. Topaz dijadikan boneka dalam perusahaan Kunto.

Setelah setahun Topaz berhasil mengetahui seluruh seluk-beluk permainan, dan dia berubah menjadi pengusaha sungguhan dengan jalan yang lebih sah, sementara mempersiapkan diri menghadapi Kunto-Inge. Ketika konflik terjadi, Topaz sudah siap segalanya, hingga Kunto tak bisa berbuat apa-apa.

Tantangan ke pengadilan dilayaninya. Inge sendiri merasa rontok, tapi Topaz membutuhkannya. Rasa cintanya sudah tumbuh terhadap Inge.

Tiba-tiba di pelataran perusahaan, murid-muridnya menyanyikan lagu “Sang Guru”, yang isinya mengingatkan pelajaran budi pekerti.

Sementara sebuah suara mengakhiri film: Topaz telah menemukan dirinya, nuraninya dan tempatnya di tengah murid-muridnya.

Sebuah kisah yang lengkap mengenai permasalahan sosial yang laten dan seolah tak bisa diputus mata rantainya.

Begitulah perjalanan Anies sampai dia menjadi bakal calon presiden yang diusung oleh partai Nasdem.

Anies sejatinya bukanlah orang yang asing didalam lingkaran Jokowi dan para pejabat istana lain serta oligarki yang mengendalikan kekuasaan Jokowi.

Jauh sebelum Anies bekerja bersama Jokowi, Anies adalah rektor Universitas Paramadina, Anies juga sang konduktor yang melahirkan gerakan Indonesia mengajar, sebuah kegelisahan Anies terhadap timpangnya layanan pendidikan di negeri ini. Melalui gerakan inilah, Anies mampu melahirkan ribuan relawan pendidikan yang berjuang mengatasi ketimpangan layanan pendidikan dipelosok – pelosok daerah yang dianggap tertinggal.

Selain itu Anies adalah mantan juru bicara Jokowi dalam pilpres 2014, Anies adalah bagian dari tim sukses yang mengantarkan Jokowi menjadi presiden di periode pertama, Anies juga adalah mantan menteri pendidikan di era Jokowi yang pertama, bahkan Anies diberi mandat untuk memperbaiki pendidikan Indonesia.

Namun sayangnya di tengah perjalanan karirnya membantu Jokowi, ada pihak pihak yang tidak menghendaki nilai – nilai baik dan kejujuran yang dibawanya. Presiden Jokowi terhasut oleh bisikan itu dan pada akhirnya Anies harus diberhentikan dari jabatannya sebagai menteri pendidikan.

Lalu apakah sepak terjang Anies membawa nilai – nilai kejujuran dan keadilan yang dia semai dalam gerakan Indonesia mengajar dan selama menjadi menteri pendidikan juga berhenti setelah tidak menjadi menteri pendidikan? Nampaknya takdir berkehendak lain.

Anies yang berencana istirahat sebentar dan mempersiapkan undangan keberangkatannya untuk bicara dalam forum PBB di AS, tiba – tiba terserang penyakit Tipes, yang membutuhkan istirahat yang cukup panjang, sehingga Anies harus membatalkan keberangkatannya ke AS.

Saat istirahat dari sakitnya itulah, dinamika Jakarta begitu tinggi, selain menjelang pilgub DKI 2017, terjadi peristiwa penistaan agama Al Qur’an Surat Al Maidah ayat 51. Terjadilah gejolak ummat Islam atas kelakuan Ahok. disaat yang sama partai politik mencari sosok tepat yang bisa memimpin Jakarta sebagai antitesa Ahok.

Anies menjadi pilihan dari berbagai partai saat itu seperti PPP, PKB, PAN namun ditengah perjalanan mereka menjauh, akhirnya Gerindra dan PKS yang mengusungnya.

Nilai – nilai baik Anies selama menjadi rektor, dan gerakan Indonesia mengajarnya menjadi ruh perjuangan yang dibawanya ketika memimpin Jakarta sebagai Gubernur. Anies penuhi semua janji – janji politiknya tentang kejujuran dan keadilan. Anies seperti seorang guru yang mengajarkan tentang kejujuran, keadilan, keberpihakan kepada bangsa ini, disaat yang lain di pusat kekuasaan mempraktekkan politik pecah belah, permusuhan, praktek ketidak adilan dan jauhnya dari nilai nilai kejujuran.

Anies menjadi harapan bagi cita cita luhur para pendiri bangsa, ketika bangsa ini diproklamirkan, ada cita cita mulia, yaitu mencerdaskan, mensejahterakan, menciptakan perdamaian dan mewujudkan keadilan.

Nuansa seperti itulah yang tertangkap seusai Anies menyerahkan mandat sebagai gubernur DKI, Anies disambut ratusan ribu warga Jakarta yang mengeluh eluhkan keberhasilan kepemimpinanannya selama memimpin Jakarta. Anies diharapkan untuk melanjutkan kepemimpinannya menjadi presiden. Teriakan Anies presiden, Anies presiden menggema diseluruh langit Jakarta. Anies sudah menjelma menjadi sebuah harapan rakyat yang muak dengan praktek – praktek culas kepemimpinan nasional yang terjadi.

Kini Anies sudah tak lagi gubernur, namun harapan itu masih disematkan kepadanya, bahkan harapan itu semakin menjadi – jadi ketika partai Nasdem mengusungnya menjadi bakal calon presiden. Kini masyarakat juga menaruh harapan kepada PKS dan Partai Demokrat untuk menyusul mengusungnya.

Hal yang sama juga diharapkan kepada partai partai lain yang mencintai negeri ini untuk segera membangun barisan nasional perubahan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bagi Anies kepemimpinan nasional bukan persoalan sekedar Anies mengganti foto, tapi ada nilai nilai yang harus ditegakkan sebagaimana amanah konstitusi.

Praktik Anies dalam kepemimpinan inilah diibaratkan seolah Anies sekarang sedang menjadi guru bangsa, bagaimana mewujudkan kepemimpinan yang adil, mendamaikan, mempersatukan dan mensejahterakan.

Surabaya, 30 November 2022

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K