Tulisan berseri ini diambil dari Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini.
Novel “Bersujud Ditas Bara” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata, dengan latar belakang Perang Afghanistan tahun 1979- 1989. Pada saat itu, di tingkat global bertarung antara dua super power, Amerika dan sekutunya NATO didukung oleh sejumlah negara Muslim, bertempur melawan Uni Soviet yang didukung Pakta Warsawa. Sementara di medan laga terjadi pertarungan antara Rezim Boneka Afghanistan dukungan Uni Soviet melawan Mujahidin yang didukung oleh Amerika dan sekutunya.
Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
SERI-33
Cahaya yang bersumber dari sinar matahari siang itu menerobos masuk lewat jendela kecil mobil tahanan, kemudian jatuh di pangkuan Mujahid. Sinar itu datang dan pergi menelisip dari sela-sela Gedung atau pepohona besar yang berjajar di sepanjang jalan yang dilalui mobil itu. Jendela kecil itu berfungsi sebagai sumber penerangan sekaligus ventilasi udara. Mujahid menggeser tempat duduknya mendekati jendela lain di belakangnya. Ia menarik nafas panjang agar dapat menghirup udara lebih banyak. “Kini udara dan cahaya pun ikut menjauhiku”, keluhnya lirih.
Dengan tangan diborgol Ia mencoba mengangkat badannya sambil menjaga keseimbangan tubuhnya. Pandangannya menatap ke luar jendela. Tampak bangunan-bangunan yang bergerak cepat, dan pejalan kaki lalu lalang di depan mall atau pertokoan mewah kota Denpasar seperti berlari. Ia bertanya di dalam hati, “Itukah tempat kesukaan turis turis mancanegara?”.
“Kamu tidak boleh memandang keluar terlalu lama! Kamu tidak boleh memandang dunia seperti mereka yang di luar sana!”, sebuah teguran dari hati kecilnya. Mujahid seperti dIsadarkan dari sebuah kesalahan. Ia mematutkan diri ke tempat duduknya semula, menekukkan kedua lututnya dan melemparkan badannya ke tempat duduk itu.
“Betapa berharganya kau, cahaya dan udara!”, gumamnya dengan suara serak dari kerongkongan yang kehausan. “Kau masih mau mengikutiku, mesti selama ini Aku kurang menghargaimu! Maafkan Aku, jika sementara ini Aku sering mengabaikan kehadiranmu”.

Cover Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah
Keringat sebesar biji jagung menetes satu persatu dari keningnya, berjatuhan membasahi celana yang dikenakannya. Ia memandangi tetesan demi tetesan yang mulai membentuk pulau kecil yang terus membesar di pahanya itu. Mujahid kemudian mengusap dahi dengan
tangan Kiri, terus kebelakang melewati atas telinga Kirinya. Rambutnya mulai terasa basah. Ia mengangkat kedua lengannya yang terasa lengket. “Ah, bajuku mulai basah!”, gumamnya lagi.
Mujahid bergerak cepat berpindah tempat duduk ke seberangnya dengan harapan bisa lebih leluasa menghirup udara. Tapi udara sama tidak ramahnya. Dari pori-pori tangannya mulai mengalir keringat yang menggelembung sebesar biji kedelai seperti berlomba muncul ke permukaan kulit. Mujahid Kembali menatap dadanya. “Ah, bajuku sudah basah kuyup, seperti baru kecemplung air”.
Udara terasa semakin pengap bercampur bau keringat yang menyengat. Mujahid memutar otak, mencari cara untuk mengurangi beban yang sedang dihadapinya. Nalurinya membimbing untuk memejamkan mata, mengkonsentrasikan pikiran, melayangkan perasaan membumbung tinggi dengan penuh pasrah, sembari berzikir menyebut asma (nama) Allah, “subhana-allah, wa-l hamdu lil-llah, wa la ilaha illallah, wa-llahu akbar”.
Ia terus melantunkan asma Allah dalam bentuk zikir nan indah itu berulang-ulang, teratur, dan berirama. Kalimatkalimat itu seperti memunculkan kekuatan gaib. Perlahanlahan panas dan pengap tidak lagi Ia rasakan, dan keindahan dari alam yang tak pernah Ia alami menguasai pikiran dan perasaannya. Ia merasa seperti terbang dan melayang-layang di alam yang tidak pernah Ia kenal sebelumnya.
Baca Juga:
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-31): Mengadili Ulama
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-32): Vonis 20 Tahun
Mobil tahanan itu berhenti. Dua orang petugas bergegas membuka gembok yang tergantung di bibir pintu belakang mobil tahanan itu. Dengan sigap seorang petugas membuka pintu itu, sementara yang lain mengawasi dengan penuh waspada. Pintu dibuka lebar. Kedua pasang mata petugas itu secara bersamaan menatap Mujahid yang basah kuyup, mata terpejam, dan bibir terus berkomat-kamit.
Petugas itu memanggil namanya, tapi Mujahid bergeming, tetap duduk di tempatnya. Ia seperti tidak mendengar panggilan itu. “Mujahid!”, namanya disebut kembali dengan suara lebih keras. Ia tersentak kaget menoleh ke Kiri dan ke Kanan seperti orang yang baru siuman. “Mujahid, silahkan turun!”, Mujahid menoleh ke arah datangnya suara itu.
“Alhamdulillah”, gumamnya sambil bergerak ke arah pintu. Angin segar menyambutnya.
“Oh, inikah angin surga itu?”, tanya Mujahid dalam hati.
“Ah, ini kan angin dan udara yang biasa Aku hirup, hanya saja kini Allah memberikan cara pandang yang berbeda dalam diriku, hingga Aku bisa lebih menikmati dan mensyukurinya”.
Kedua petugas itu mengapit tangan Kiri dan Kanan Mujahid yang tetap dibelenggu dengan gelang besi yang dikunci. Ia digiring mendekati gerbang penjara Gerabakan. Seorang sipir penjara berseragam coklat muda kehijauan membuka gerbang itu. Petugas itu terus menggiringnya memasuki pintu dalam. Seorang petugas lain menyambutnya, kemudian mengantar ke kamar 117. Mujahid dipersilahkan masuk ke sel itu, setelah borgol yang mengikat tangannya di lepas. Pintu sel itu kemudian dikunci kembali.
Mujahid menatap setiap sudut istana barunya itu. “Apakah Aku benar-benar akan menghabiskan usiaku selama dua puluh tahun di tempat ini?”, tanyanya dalam hati penuh kepasrahan. Dinding-dinding sel itu sudah kusam. Langit-langit di atas kepalanya membentuk pulau-pulau, menyisakan tanda-tanda bocor hampir di semua sudutnya. Dan kamar mandi tak berdaun pintu. Ia melongokkan kepalanya ke kamar mandi itu, dIsambut bau pesing bercampur bau tak sedap dari lubang WC. Dengan reflek dia menutup lubang hidung dengan tangan Kirinya. “Aku harus cepat beradaptasi”, bisiknya dalam hati sembari melepas secara perlahan tangan yang menutup hidungnya.
“Karena tidak mungkin untuk mengubah keadaan, maka Aku harus mengubah cara pandangku terhadap kenyataan di sekelilingku. Bantal tipis dan kumal harus Aku lihat sebagai bantal empuk yang berbau wangi. Tikar plastik tipis harus Aku bayangkan sebagai permadani Persia yang nyaman dan indah. Bukankah orang-orang yang sakit encok lebih tersiksa walau duduk di atas kursi empuk? Bukankah orang yang terserang penyakit mengi (asma) akan lebih sakit walau berada di taman bunga yang menebarkan bau semerbak? Alhamdulillah, Aku lebih beruntung dari mereka”.
“Ini handuk dan pakaian seragam yang mesti Bapak kenakan”, sapa seorang petugas dengan menyodorkan baju lengan pendek dan celana kotong dari sela-sela jeruji jendela kamar. Suara itu memecah lamunan Mujahid. Dengan senyum ramah Mujahid mengulurkan kedua tangan untuk menerima pemberian itu.
“Wahai pakaian kebesaranku, belum tentu hina orang yang mengenakanmu. Boleh jadi justru kemuliaan yang ada, walau orang sering terlambat menyadarinya. Atau mungkin saja orang baru akan mengenangnya setelah si empunya lama pergi meninggalkan dunia ini”, bisiknya kepada diri sendiri sambil mencium lembut baju itu.
Dikenakannya baju seragam itu menggantikan pakaian sebelumnya yang Ia kenakan. Sementara handuk digantungkan di paku besar di dinding di atas tempat tidurnya
(Bersambung…..)
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ
Related Posts

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Api di Ujung Agustus (Seri 34) – Gelombang Balik

Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana

Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata

Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi

Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi

Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana

Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja

Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana




Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-35): Bertemu Kembali Dengan Imam - Berita TerbaruFebruary 8, 2023 at 6:39 am
[…] Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-33): Menjalani Hidup Di Penjara […]
หวยหุ้นดาวโจนส์ คืออะไร ?October 3, 2023 at 6:04 am
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-33-menjalani-hidup-di-penjara/ […]
faceless nichesJanuary 29, 2024 at 11:31 pm
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-33-menjalani-hidup-di-penjara/ […]
How to not kill yourself when bitcoin crashesApril 4, 2024 at 10:31 am
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-33-menjalani-hidup-di-penjara/ […]
recurve bowMay 3, 2024 at 11:06 pm
… [Trackback]
[…] Read More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-33-menjalani-hidup-di-penjara/ […]
Dan HelmerJune 17, 2024 at 1:01 am
… [Trackback]
[…] Read More Info here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-33-menjalani-hidup-di-penjara/ […]
Project MancaveJuly 15, 2024 at 7:23 pm
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-33-menjalani-hidup-di-penjara/ […]
ทำความรู้จักค่ายคาสิโน Sexy BaccaratAugust 23, 2024 at 6:06 am
… [Trackback]
[…] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-33-menjalani-hidup-di-penjara/ […]
สั่งของจากจีนAugust 24, 2024 at 7:13 am
… [Trackback]
[…] There you can find 36719 more Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-33-menjalani-hidup-di-penjara/ […]
kang vapeSeptember 24, 2024 at 11:31 pm
… [Trackback]
[…] There you will find 61037 additional Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-33-menjalani-hidup-di-penjara/ […]
คาสิโนออนไลน์September 28, 2024 at 5:43 am
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-33-menjalani-hidup-di-penjara/ […]
office for rent phuketOctober 30, 2024 at 9:53 am
… [Trackback]
[…] Here you can find 51520 more Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-33-menjalani-hidup-di-penjara/ […]
genie168November 12, 2024 at 4:21 pm
… [Trackback]
[…] Find More Information here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-33-menjalani-hidup-di-penjara/ […]