Tulisan berseri ini diambil dari Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini.
Novel “Bersujud Ditas Bara” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata, dengan latar belakang Perang Afghanistan tahun 1979- 1989. Pada saat itu, di tingkat global bertarung antara dua super power, Amerika dan sekutunya NATO didukung oleh sejumlah negara Muslim, bertempur melawan Uni Soviet yang didukung Pakta Warsawa. Sementara di medan laga terjadi pertarungan antara Rezim Boneka Afghanistan dukungan Uni Soviet melawan Mujahidin yang didukung oleh Amerika dan sekutunya.
Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
SERI-36
Tembok tebal dan tinggi mengitari rangkaian bangunan di dalamnya. Tembok itu tampak kokoh dan menyeramkan. Bagian atasnya dipasang kawat berduri melingkar, kemudian ditutupi kabel yang dialiri arus listrik. Di bagian ujung Kiri dan Kanan tembok yang panjangnya sekitar lima puluh meter itu terdapat menara pengawas. Seorang petugas kelihatan duduk di tempat itu, mengawasi keadaan dengan santai sambil menghisap sebatang rokok. Di bagian tengah dinding itu terdapat pintu besar yang terkunci rapat. Di sebelah pintu besar itu ada pintu kecil yang terbuka. Beberapa meter ke dalam dari pintu kecil itu ada ruang penjaga.
Bagi Nur Jannah keadaan penjara seperti ini baru pertama kali Ia rasakan. Karena saat menjenguk Suami sebelumnya ketika sang Suami masih ditahan di kantor Polisi, sebelum diproses di Pengadilan. Setelah adanya putusan Pengadilan, Mujahid dipindah ke Penjara atau sering disebut dengan Lapas. Nur maju dengan ragu. Jantungnya berdetak keras. Ada perasaan gentar dalam hatinya, tapi tidak punya pilihan lain. Dengan membulatkan seluruh keberaniannya, Ia maju melangkah.
“Selamat pagi, Pak!”, sapa Nur sambil menundukkan kepala yang didekatkan ke jendela kecil berjeruji agar suaranya dapat didengar petugas jaga yang ada di dalamnya. Petugas yang berbadan gemuk, berkulit hitam, dan bercambang semrawut itu tidak menjawab. Hanya mendengus. Menoleh dengan malas, kemudian malah balik bertanya,
“Anda siapa?”.
“Saya Nur. Nur Jannah, istri Mujahid.”
“Ooo, rupanya istri teroris itu”, dengan nada mengejek.
Nur tersentak mendengar penghinaan itu. Darahnya mengalir deras, Jantungnya berdegup kencang, wajahnya berubah merah seketika. Perasaan marah dan sedih berbaur menjadi satu. Luka hatinya yang belum kering terasa terkoyak kembali. Tiba-tiba matanya berkacakaca. Rasanya ingin menjerit sekeras-kerasnya untuk melampiaskan duka dan luka yang dideritanya.
Cover Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah
“Ya Allah, mengapa semua memusuhiku”, keluh Nur dalam hati.
“Kamu harus bersabar, Kamu harus tetap tegar! Tidak ada orang lain yang akan menolongmu kecuali dirimu sendiri”, kata-kata sang mertua tiba-tiba terngiang di telinganya. Nur berusaha mengendalikan emosinya, menenangkan hatinya, dan berusaha tampak tidak berubah di hadapan Si Gendut.
“Apakah saya boleh bertemu Suami Saya, Pak?”, tanya Nur dengan nada datar dan sopan.
“Ini bukan waktu kunjung! Kalau mau jenguk, lihat itu, pengumuman di dinding, waktunya dari jam tiga sampai jam lima sore!”, demikian tanggapan ketus penjaga penjara sambil mengepulkan asap rokoknya ke udara dan mata tetap kearah televisi kecil yang sedang menayangkan musik dangdut dengan penyanyi yang bergoyang lincah.
“Maafkan Saya, Pak. Saya tidak tahu”, Nur memohon sambil merapikan kerudungnya. Tanpa basa-basi lagi Ia langsung memutar badan, dan pulang.
“Sebentar Bu, apakah Ibu mau Saya bantu?”, tanya Si Gendut dengan wajah ramah yang dibuat-buat. Ia tidak lagi memanggil Nur dengan sebutan anda, tapi menggantinya dengan panggilan Ibu.
“Maaf, Pak, Saya tidak mengerti. Maksudnya mau membantu itu apa, ya?”, Nur bertanya penasaran. Nur benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud oleh penjaga penjara itu. Maklum, mengunjungi penjara adalah pengalaman pertamanya dan tidak pernah terlintas di kepalanya bahwa ia akan melakukannya.
“Begini, Bu. Kalau Ibu pulang lagi, kan ongkos angkot yang sudah keluar hilang percuma”.
“Lalu?”.
“Ibu ingin bertemu Suami, kan?”.
Penjaga itu berhenti sebentar sambil menatap wajah Nur dari lubang jendela,
“Dan kalau datang sore hari, Ibu harus antri. Mungkin Ibu tidak bisa bertemu lama. Karena, semua pengunjung harus kebagian”.
Tiba-tiba Nur teringat dengan amplop yang diselipkan mertua laki-lakinya dan bisikannya saat akan meninggalkan rumah. Kemudian Ia membuka tas kecil yang dikancingnya, lalu merogohkan tangan ke dalam untuk mencari amplop itu. Dikeluarkannya amplop itu dengan tangan Kanannya, sementara Si Gendut memperhatikan tingkah-laku Nur dari sudut matanya.
“Apakah Bapak mau menolong untuk bertemu Suami Saya sekarang?”, tanya Nur menegaskan. Saya akan berusaha, tapi ada syaratnya”, jawab Si Gendut dengan air muka tanpa malu.
“Apa syaratnya, Pak?”, tanya Nur sambil menyodorkan tangannya yang menggenggam amplop yang dilipat dengan ragu.
Si Gendut melirik tangan Nur, wajahnya nampak lebih ramah lagi dibanding sebelumnya. Senyumnya yang tidak manis tersungging. Sebagian gigi depannya yang ompong tampak jelas, dan dengan suara pelan ia menjawab, “syaratnya, Ibu tidak boleh memberitahu orang lain kalau Ibu bisa menjenguk di luar jam normal. Karena fasilitas ini hanya untuk tamu-tamu khusus atau untuk orang-orang yang perlu memberikan bantuan darurat bila ada tahanan yang mengalami sakit atau perlu bantuan mendadak”, sementara tangannya meraih amplop dari tangan Nur dengan gesit.
Entah sudah berapa kali Si Gendut mengucapkan katakata itu kepada semua orang yang ingin mendapatkan pertolongannya. Nur memperhatikan tingkah Si Gendut dengan perasaan tegang dan cemas. Ia takut apa yang dilakukannya akan membuat Si Gendut marah. Si Gendut membuka amplop itu tanpa ragu, dan segera tersenyum lebar hingga giginya yang ompong tampak jelas. Setelah melihat selembar uang Rp 200.000, Ia berdiri mengambil anak kunci dari lemari di sebelahnya, lantas melangkah keluar ruangan melalui pintu yang ada di belakangnya.
“Mari, Bu!”, tangannya memberikan isyarat kepada Nur. Si Gendut membuka pintu masuk utama yang berada di sebelah loket tempat ia jaga. Nur bergegas mengikutinya. Setelah Nur masuk, pintu dikunci kembali, Ia membimbing Nur menuju suatu ruangan, lalu mempersilahkan Nur untuk duduk. “Tunggu sebentar, ya!”, kata Si Gendut sambil meninggalkan Nur sendirian di ruang itu.
Nur berusaha menyembunyikan kesedihannya. “Dia pasti lebih menderita dibanding Aku. Dia berada dalam sel berukuran sempit, sementara Aku masih bisa menghirup udara bebas. Ia tidak bisa bertemu orang-orang yang disayanginya, sementara Aku bisa bertemu siapa saja dan kapan saja. Karena itu Aku tak boleh menambah bebannya”, tekad Nur di dalam hati. Ia menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan sang Suami.
“Assalamu’alaikum!”, suara Mujahid saat memasuki
ruangan. Nur bangun dari tempat duduknya, menyergapnya dan menciumi punggung tangan yang masih dirantai itu. Diperhatikannya rambutnya tidak rapi dengan jenggot yang mulai memanjang.
“Bagaimana keadaan Anak-Anak?”, tanya Mujahid memecahkan ketertegunan Nur yang sudah sekian bulan tidak bertemu sang Suami.
“Alhamdulillah, semua baik-baik saja”, jawab Nur gugup
“Bagaimana Iin?”, tanya Mujahid tentang Anak bungsu yang paling lengket dengan dirinya.
Nur tidak menjawab. Ia hanya menundukkan wajahnya yang muram. Mujahid mengulurkan tangannya, berusaha merangkul sang istri. Nur menempelkan kepalanya di dada sang suami. Ia merasakan kehangatan dari orang yang sangat dirindukannya.
“Ia selalu memanggil-manggil Abahnya”, jawab Nur dengan suara terisak. Air matanya mulai berjatuhan membasahi dada suaminya.
“Apakah Saya boleh membawanya ke sini?”, tanya Nur terbata-bata.
“Jangan buru-buru, Kita harus hati-hati. Saya khawatir mentalnya belum siap melihat keadaan seperti ini“.
Isak tangis Nur terdengar semakin keras. Tangannya yang melingkar di pinggang sang suami melilit semakin erat.
“Kita harus mengkondisikan jiwanya terlebih dulu. Sampai Ia betul-betul siap, barulah pertemuan itu boleh dilakukan. Saya ingin anak-anak menjadi orang yang sukses. Bahkan Saya punya obsesi menjadikan mereka orang-orang terhormat kelak”, nasehat Mujahid sambil membelai rambut Nur yang kerudungnya mulai melorot.
“Apakah itu mungkin, Mas?”, tanya Nur tidak yakin. Mujahid menjauhkan badan istrinya dengan memegang kedua pundaknya. Ditatapnya sepasang mata istrinya yang masih basah. Dan dengan suara mantap Ia berkata,
“Walaupun kini Kita tidak punya apa-apa, tapi jangan lupa, Kita masih punya Allah. Allah adalah Raja Diraja. Allah berkuasa mengangkat siapa saja. Allah juga berkuasa menjatuhkan siapa saja. Allah berkuasa memuliakan siapa saja, dan Allah berkuasa menghinakan siapa saja. Di
tangan-Nya lah segala kebaikan.”
Baca Juga:
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-34): Dipaksa Keadaan
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-35): Bertemu Kembali Dengan Imam
Mujahid terus menatap wajah istrinya. Sementara sang istri berusaha terus menghindari dari tatapan tajam sang suami.
“Pandanglah Aku!”, pintanya.
“Apakah Kamu ragu akan janji Allah? Sungguh Allah adalah Zat yang tidak pernah mengingkari janji-Nya!”, kata Mujahid sambil mendekap kembali tubuh kecil istrinya dengan penuh kasih sayang.
“Tugas kita hanyalah berikhtiar, Sayang. Lakukanlah apa yang dapat kita lakukan!”, pintanya dengan suara pelan setengah berbisik.
“Saya di sini, Kamu di rumah. Terlalu banyak misteri yang tidak Kita pahami dalam hidup ini. Bukan mustahil keadaanku dan kenyataan yang dihadapi Anak-anak akan menjadi guru yang amat berharga bagi masa depan Mereka. Semua ini tidak akan datang pada anak lain. Kita harus berbaik sangka atas keputusan Allah. Yakinlah, yakinlah, Sayangku!”.
Kalimat-kalimat yang meluncur dari bibir Mujahid terus mengalir ke hati dan mengisi pikiran Nur, seakan memunculkan kekuatan gaib. Kasih sayang dan cinta terpancar dari kata-kata dan pelukan sang suami terasa lebih dalam dan lebih indah dari biasanya.
“Ya Allah, ternyata Engkau tetap memelihara cinta Kami berdua. Segala puji bagi-Mu, ya Allah. Engkau tetap menjaga cinta Kami. Jagalah juga Anak-anak Kami, ya Allah”, desah Nur dalam hati sambil terus mendekap
tubuh sang Suami.
Mereka berpelukan erat, dada mereka menyatu, tanpa kata-kata. Hati mereka saling berbicara. Mereka memejamkan mata untuk merasakan lebih dalam makna sentuhan itu.
“Ke depan insyaallah situasi akan semakin tenang, situasi yang mengundang perhatian publik sudah berlalu. Segera pindahkan sekolah Amil dari Lamongan ke Denpasar, sementara Ira sudah saatnya masuk Taman Kanak-kanak. Anak-anak harus sekolah dan pastikan Mereka bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Masa depan mereka berada di sekolahan”, pesan Mujahid kepada sang Istri terkait masa depan anak anak mereka.
Tiba-tiba Si Gendut nongol.
“Maaf, waktu kunjung sudah habis!”, katanya sopan.
Mujahid melepas pelukannya. Ia menatap wajah istrinya sekali lagi, lalu mencium keningnya.
“Jangan lupa shalat dan berdoa”, pesan Mujahid sambil meninggalkan sang istri yang masih berdiri mematung memandangi kepergiannya.
Nur baru saja mendapatkan nasehat dan pelajaran berharga dari orang yang sangat Ia cintai. Suaminya yang biasa pendiam, dingin dan bicara seperlunya, tiba-tiba membelainya dengan mesra sembari mengalirkan kalimat-kalimat indah dengan makna yang tidak sepenuhnya Ia pahami. Tetapi dari getaran suaranya dan belaian tangannya, Ia merasakan betapa ada kejernihan batin dalam diri sang Suami yang sebelumnya tidak Ia sadari.
(Bersambung…..)
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ
Related Posts

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Api di Ujung Agustus (Seri 34) – Gelombang Balik

Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana

Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata

Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi

Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi

Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana

Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja

Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana

Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara




รับติดตั้งโซล่าเซลล์ กรุงเทพSeptember 16, 2023 at 5:19 am
… [Trackback]
[…] There you can find 53870 more Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]
http://www.hcceskalipa.cz/bazarek/answered-your-most-burning-questions-about-holymolycasinoscozaOctober 12, 2023 at 12:40 pm
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]
ufabtbNovember 7, 2023 at 5:53 pm
… [Trackback]
[…] Find More Info here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]
webpageNovember 24, 2023 at 4:00 pm
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]
5 ประเภท รูเล็ตออนไลน์ ที่ได้รับความนิยมJanuary 1, 2024 at 6:25 am
… [Trackback]
[…] Find More Information here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]
CREATIVE GAMING slot มีบริการ ทดลองเล่นแบบฟรีๆJanuary 18, 2024 at 6:40 am
… [Trackback]
[…] Find More Info here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]
ดูหนังออนไลน์ใหม่January 24, 2024 at 6:37 am
… [Trackback]
[…] Read More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]
แทงบอลที่มีความเสี่ยงอยู่ที่ 60%February 5, 2024 at 6:32 am
… [Trackback]
[…] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]
blote borstenMay 15, 2024 at 10:50 am
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]
ks quikJune 20, 2024 at 5:52 pm
… [Trackback]
[…] Find More Info here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]
เช่ารถตู้พร้อมคนขับJuly 12, 2024 at 9:41 am
… [Trackback]
[…] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]
กระเบื้องยาง SPC ราคาAugust 18, 2024 at 10:23 am
… [Trackback]
[…] Read More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]
steenslagfolieAugust 20, 2024 at 2:14 am
… [Trackback]
[…] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]
daftar altogelOctober 6, 2024 at 12:05 am
… [Trackback]
[…] Read More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]
rich89betJanuary 14, 2025 at 1:52 pm
… [Trackback]
[…] Here you will find 27612 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-36-menjenguk-suami/ […]