Oleh : Agus Mualif Rohadi
IX. Nabi Muhammad
Ali kemudian menjawab: “ Demi Allah, aku tidak mengetahui sesuatu yang bermanfaat bagimu. Engkau adalah pemimpin bani Kinanah, maka berdiri dan lindungilah manusia, dan pulangkah ke tempat asalmu “. Abu Sufyan bertanya lagi: “ Apakah yang demikian itu berguna bagiku? “. Ali bin Abu Thalib menjawab: “ Tidak, demi Allah. Aku kira hal tersebut tidak bermanfaat bagimu, namun aku tidak melihat pilihan lain yang lebih baik untukmu”. Abu Sufyan kemudian pergi ke Masjid, ketika telah banyak orang di masjid kemudian dia berteriak: ” Wahai manusia aku telah memberikan perlindungan kepada manusia “.
Setelah mengucapkan itu, Abu Sufyan menaiki untanya lagi dan pulang ke Makkah. Sesampainya di Makkah, orang-orang Quryas bertanya padanya: “ Berita apakah yang engkau bawa ?“. Abu Sufyan menjawab dengan mengatakan bahwa dirinya telah menemui Muhammad dan berbicara dengannya, namun ia tidak merespon sedikitpun. Setelah itu ke rumah Abu Bakar, namun tidak ada kebaikan yang dia peroleh dari Abu Bakar. Kemudian ke rumah Umar bin Khattab, namun didapatinya rasa permusuhan yang kuat. Kemudian datang ke rumah Ali bin Abu Thalib, di dapatinya kelembutan dan memberi nasihat untuK melakukan sesuatu yaitu melindungi manusia, dan dia melakukannya. Ketika Abu Sufyan di cela karena orang Qurays menganggap telah dipermainkan oleh Ali, Abu Sufyan menjawab bahwa tidak ada pilihan yang lebih baik dari yang disarankan oleh Ali.
Namun demikian, dengan telah perginya Abu Sufyan ke Madinah, konflik antara bani Bakr yang dibantu kaum Qurays melawan bani Khuza’ah telah berhenti. Kaum Qurays justru menunggu dengan penuh tanda tanya apa yang akan dilakukan oleh nabi Muhammad atas pelanggaran perjanjian Hudaibiyah oleh bani Bakr dan bani Qurays.
Tidak berselang waktu lama, Rasulullah memerintahkan kaum muslim agar bersiap-siap untuk suatu tujuan yang belum disampaikan. Abu Bakar kemudian pergi kerumah Aisyah, dan dilihatnya Aisyah sedang mempersiapkan keperluan nabi Muhammad untuk bepergian. Abu Bakar bertanya kepada anaknya apakah disuruh nabi Muhammad untuk mempersiapkan barang-barang karena nabi Muhammad hendak pergi. Pertanyaannya dibenarkan oleh putrinya tersebut. Ketika ditanya apakah tahu kemana nabi Muhammad akan pergi, Aisyah menjawab tidak mengetahui.
Tidak lama kemudian, nabi Muhammad memerintahkan kepada kaum muslim untuk pergi. Meskipun belum di tunjukkan ke mana tujuannya, namun karena arahnya ke selatan dengan jumlah orang yang banyak, maka hampir semua kaum muslim yakin bahwa tujuan kepergian ini adalah ke Makkah. Setelah itu nabi Muhammad berdo’a: “ Ya Allah, tutuplah penglihatan dan pendengaran orang-orang Qurays agar tidak mengetahui informasi keberangkatan kami, supaya kami bisa menyerang mereka dengan mengejutkan di dalam negeri mereka sendiri “.
Kaum muslimpun segera bersiap siap. Hasan bin Tsabit r.a, membuat syair untuk memotivasi kaum muslimin dengan menyebutkan tentang kurban dari kabilah Khuza’ah :
Aku sangat risau walaupun tidak melihat
Orang-orang bani Ka’ab dipancung lehernya di lembah Makkah
Oleh orang-orang dengan pedang mereka yang tidak terhunus
Banyak kurban yang dibiarkan tidak dikubur
Kuharap, bantuanku dan tikamanku sampai kepada Suhail bin Amr dan Shafwan
Mereka unta tua yang telah terpotong dari rambut duburnya
Inilah saat perang dimana tali temalinya telah diikat kuat
Hai anak Ummu Mujalid, janganlah merasa aman dari kami
Tatkala susu murninya telah diperas dan taringnya telah bengkok
Janganlah kalian sedih karenanya, karena pedang pedang kami
Akan membukakan pintu kematiannya.
Yang dimaksud orang-orang dengan pedang mereka yang tidak terhunus adalah orang orang Qurays yang membunuh dengan melakukan penyiksaan. Sedang yang dimaksud dengan anak Ummu Mujalid adalah Ikrimah bin Abu Jahl.
Ada seorang Muslim mujahidin perang Badr bernama Hatib bin Abu Balta’ah, yang karena kecintaannya pada saudaranya di Makkah maka akan membocorkan rencana kepergian kaum Muslim yang dipimpin langsung nabi Muhammad. Dia menitipkan pada seorang wanita mantan budak untuk menyerahkan surat pada saudaranya. Wanita tersebut bernama Muzainah namun ada yang mengatakan bernama Sarah. Wanita tersebut menyembunikan surat tersebut pada gulungan rambutnya.
Namun nabi Muhammad mendapat pemberitahuan dari malaikat bahwa ada yang membocorkan rencana kepergian ke Makkah. Nabi Muhammad kemudian memerintahka Ali bin Abu Thalib dan Zubayr bin Awwam mengejar wanita tersebut, dan dapat terkejar di daerah Khulaiqah. Ali menggeledah pelana untanya namun tidak menemukan surat tersebut,
yang kemudian berkata pada wanita tersebut agar menyerahkan surat itu agar tidak melucuti pakainnya. Melihat keseriusan Ali bin Abu Thalib, wanita tersebut meminta Ali membalikkan badannya, kemudian diambilnya suratnya dari rambutnya dan diserahkan kepada Ali bin Abu Thalib. Wanita tersebut kemudian di minta balik ke Madinah, dan Ali bin Abu Thalib kemudian menyerahkan surat tersebut kepada nabi Muhammad.
Setelah menerima dan membaca surat tersebut, nabi Muhammad kemudian didepan beberapa sahabat memanggil Hathib bin Abu Balta’ah, dan bertanya mengapa dia melakukan hal itu. Hathib menjawab karena dia sangat sayang pada saudaranya, dan agar anak dan keluarganya yang tinggal di Makkah tidak mengalami hal buruk karena dirinya telah berbuat simpatik pada mereka, meskipun dirinya tidak memiliki nenek moyang dari kaum qurays, dan dirinya tetap beriman kepada Allah dan Rasulnya.
Baca Juga:
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-254)
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-255)
Umar bin Khattab yang hadir di tempat itu menjadi geram atas ulah Hathib dan meminta ijin dari nabi Muhammad untuk memenggel leher Hathib. Namun nabi Muhammmad melarangnya dan mengampuni Hathib karena dia adalah mujahid Badr. Usai peristiwa tersebut, kemudian turun wahyu sebagai Qs al-Mumtahanah 1 – 4. Diantara maksud ayat tersebut adalah agar kaum muslim tidak menjadikan musuh Allah dan musuhnya (kaum muslim) sebagai sahabat setia karena rasa kasih sayang, padahal sesungguhnya mereka telah ingkar pada kebenaran yang telah datang kepada kaum muslim, dan agar kaum muslim agar benar benar berjihad di jalan Allah dan mencari ridla Allah. Allah maha Mengetahui atas semua yang disembunyikan dan apa yang dinyatakan.
Ibnu Ishaq berkisah, saat itu tanggal sepuluh Ramadhan 8 H, nabi Muhammad mengumpulkan kaum muslim bukan hanya dari kaum anshar dan muhajirin, tetapi juga dari suku-suku Arab dan Badui padang pasir di sekitar Madinah. Dapat berkumpul sepuluh ribu orang dengan jumlah delapan ratus pasukan berkuda. Jumlah orang dalam perjalanan terbesar dari Madinah, yang sebelumnya tidak pernah ada jumlah seperti itu berangkat dari Madinah ke Makkah. Sebelum berangkat ke Makkah, nabi Muhammad menunjuk Abu Ruhm panggilan untuk Kultsum bin Hushain bin Utbah bin Khalaf al-Ghifari sebagai imam sementara di Madinah. Kaum muslim belum mengetahui maksud kepergian dengan jumlah pasukan terbesar tersebut.
Ketika nabi Muhammad membawa pasukan muslim ke arah selatan, maka Abu Bakr menduga bahwa nabi Muhammad bermaksud menaklukkan Makkah. Abu Bakar sempat bertanya bukankah kaum muslim masih terikat dengan perjanjian Hudaibiyah. Namun nabi Muhammad menjawab bahwa kaum Qurays dan Bani Bakr telah melakukan pelanggaran terhadap perjanjian tersebut karena menyerang dan membunuh bani Khuzaah dan bani Ka’ab sekutu Madinah. Namun nabi Muhammad melarang mengumumkan tujuan keberangkatan mereka.
Perjalanan pasukan dalam jumlah besar menuju ke selatan, tentu segera beritanya sampai ke Makkah. Meskipun orang-orang Qurays tidak tahu persis maksud gerakan tersebut, namun mereka dapat menduga adanya keterkaitan dengan pelanggaran perjanjian Hudaibiyah. Abu Sufyan bin Harb telah datang ke Madinah dalam usahanya memperpanjang perjanjian tersebut setelah adanya pelanggaran, namun nabi Muhammad tidak menanggapinya. Status hubungan Makkah dan Madinah masih belum jelas setelah adanya pelanggaran perjanjian Hudaibiyah.
Dalam situasi tersebut terdapat seorang penyair yang bernama Abu Sufyan bin Al-Harits dan temannya yaitu Abdullah bin Abu Umayyah bin Al-Mughirah ke luar dari Makkah. Di daerah Niqul Uqbah, mereka melihat perkemahan nabi Muhammad dan kemudian berjalan menuju perkemahan tersebut. Mereka berdua hendak menemui nabi Muhammad untuk memohon permintaan maaf. Mereka tidak langsung menemui nabi Muhammad, tetapi mencari orang yang dapat menjadi perantara untuk menyampaikan kedatangan mereka. Ketika mereka melihat istri nabi Muhammad, Ummu Salamah di luar kemahnya, segera mereka menghampirinya dan menyampaikan maksudnya agar dapat diterima nabi Muhammad.
Abdullah bin Abu Umayyah bin Al-Mughirah adalah saudara kandung Ummu Salamah sekaligus keponakan nabi Muhammad karena ibunya yang juga bernama Atikah adalah bibi nabi Muhammad. Sedang penyair Abu Sufyan adalah anak Harits bin Abdul Muthalib, paman tertua nabi Muhammad. Ummu Salamah kemudian datang ke nabi Muhammad dan berkata: “ Wahai Rasulullah, inilah anak paman dan anak bibimu, serta iparmu “. Rasul menjawab: “ Aku tidak butuh mereka berdua. Adapun anak pamanku, ia telah merusak kehormatanku. Sedang anak bibiku dan iparku, ia pernah menghina diriku di Makkah “.
(bersambung …………)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??
Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??
Allah Tahu Yang Terbaik Untukmu
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-276 TAMAT)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-274)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-273)
Agus: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-272)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-271)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-270)
important siteNovember 24, 2024 at 6:14 am
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-256/ […]
Learn MoreDecember 2, 2024 at 6:02 am
… [Trackback]
[…] Find More Info here on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-256/ […]
camsJanuary 18, 2025 at 11:00 pm
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-256/ […]
เว็บปั้มไลค์February 5, 2025 at 7:00 am
… [Trackback]
[…] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-256/ […]