Oleh: Muhammad Chirzin
Allah swt menurunkan petunjuk, kebenaran, dan cahaya terang-benderang bagi kehidupan umat manusia sepanjang masa. Siapa yang berpegang teguh pada petunjuknya niscaya mendapat rahmat dan limpahan karunia-Nya.
Hai manusia, bukti yang jelas telah datang dari Tuhanmu kepadamu, dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang. Adapun orang yang beriman kepada Allah, dan berpegang teguh pada-Nya, Ia akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari pihak-Nya, serta membimbing mereka kepada-Nya dengan jalan yang lurus. (QS An-Nisa`/4:174-175)
Mohammad Iqbal berpandangan bahwa pengalaman beragama adalah keseluruhan pengalaman hidup orang beragama. Setiap orang yang beragama Islam disebut muslim kapan saja, di mana saja ia berada, apa saja yang ia lakukan, dan apa pun profesi serta jabatannya. Hal itu sejalan dengan pesan Allah SWT dalam Al-Quran, Katakanlah: “Sungguh shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku demi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS Al-An’am/6:162) Al-Quran menyebut aneka tindakan berlebih-lebihan dalam menjalani kehidupan dengan istilah ghuluw, i‘tida`, dan israf.
Pertama, melampaui batas (ghuluw) dalam beragama. Allah swt melarang Ahli Kitab melampaui batas dalam agamanya. Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah berlebih-lebihan dalam agamamu dengan cara yang tidak benar. Dan janganlah mengikuti keinginan golongan yang sudah tersesat dahulu, dan menyesatkan orang banyak, dan mereka sendiri pun sudah sesat dari jalan yang rata.” (QS Al-Maidah/5:77)
Kedua, melampaui batas (i’tida`) dalam beragama, sebagaimana Allah swt firmankan dalam Al-Quran. Orang yang kafir dari kalangan Bani Israil sudah dilaknat melalui lisan Daud dan Isa putra Maryam. Itulah perbuatan mereka yang durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling melarang perbuatan mungkar yang mereka lakukan. Sungguh buruk perbuatan mereka. Kaulihat kebanyakan mereka tolong-menolong dengan orang kafir. Sungguh buruk apa yang mereka lakukan untuk mereka sendiri. Allah murka kepada mereka, dan mereka selamanya tinggal dalam azab. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi, dan pada apa yang diturunkan kepadanya, tidaklah akan mengajak mereka sebagai sahabat dan pelindung, tapi kebanyakan mereka orang fasik. (QS Al-Maidah/5:78-81)
Ketiga, melampaui batas (israf) dalam makan, minum, dan berpakaian. Makan dan minum niscaya secukupnya, dan tidak berlebih-lebihan, yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan jasmani dan rohani.
Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap memasuki masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS Al-A’raf/7:31)
Berpakaian sederhana dan secara sederhana, sewajarnya, baik bahan, model, maupun ukurannya. Pakaian shalat, misalnya, sarung dengan berbagai warna, maupun mukena dengan berbagai bahan dan coraknya. Shalat mengenakan pakaian yang indah, rapi, bersih, dan wangi, tetapi tidak berlebih-lebihan.
Dalam berpakaian, tidak melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh. Rasulullah saw memperingatkan, “Innallaha la yanzhuru ila man jarra tsaubahu khuyala` – Allah tidak memandang siapa yang mengulurkan pakaiannya untuk pamer.”
Makan dan minum janganlah melampaui batas-batas yang dihalalkan ataupun porsinya. Menurut para pakar, di samping karena pola hidup, sebagian besar penyakit disebabkan oleh pola makan, yakni jenis makanan, dan saat menyantapnya.
Pada ayat yang lain Allah swt berfirman, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengharamkan segala yang baik yang oleh Allah dihalalkan untukmu, dan janganlah kamu melampaui batas. Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas. (QS Al-Maidah/5:87)
Keempat, melampaui batas (israf) dalam membelanjakan harta. Allah swt melarang manusia bertindak boros dan menghambur-hamburkan harta, tetapi juga melarang bersikap kikir.
Berikanlah kepada kerabat haknya, juga orang miskin, orang yang dalam perjalanan; tetapi jangan boroskan hartamu secara berlebihan. Sungguh para pemboros adalah saudara setan, dan setan sangat ingkar kepada Tuhannya. Kalau kamu meninggalkan mereka karena rahmat dari Tuhanmu yang kauharapkan, katakanlah kepada mereka ucapan yang ramah. Dan jangan biarkan tanganmu terbelenggu ke lehermu (kikir), juga jangan ulurkan lepas (boros), sehingga engkau menjadi orang tercela dan sengsara. (QS Al-Isra`/17:26-29)
Mukmin niscaya membelanjakan harta secara sederhana, yakni sesuai dengan kebutuhan, bukan sesuai dengan keinginan, karena keinginan itu tidak ada batasnya.
Kelima, berlebih-lebihan (israf) dalam menjalankan agama. Beragama niscaya sesuai dengan tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya. Tidak berlebihan, tidak melebih-lebihkan atau mengada-adakan, dan tidak pula berkekurangan atau mengurangi apa yang telah ditetapkan. Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas atas diri sendiri, janganlah kamu putus asa dari rahmat Allah, sebab Allah mengampuni segala dosa. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS Az-Zumar/39:53)
Tiada lain yang mereka katakan hanyalah: “Tuhan, ampunilah segala dosa kami dan tindakan kami yang berlebihan dalam kewajiban kami, dan teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami melawan orang kafir.” (QS Ali Imran/3:147)
Allah swt membiarkan orang yang bertindak melampaui batas.
Seorang laki-laki beriman dari keluarga Fir’aun yang menyembunyikan imannya berkata: “Apakah kamu akan membunuh orang yang berkata ‘Tuhanku adalah Allah’ – tatkala ia datang kepadamu dengan bukti-bukti dari Tuhanmu? Dan jika ia berbohong, maka dialah yang akan memikul dosa kebohongannya; tetapi jika ia berkata benar, maka sebagian bencana yang diancamkan kepada kamu akan menimpa kamu.” Sungguh, Allah tidak memberi bimbingan orang yang melanggar batas lagi pendusta. (QS Ghafir/40:28)
Bila manusia sedang ditimpa bencana berdoa kepada Kami sambal berbaring, sambal duduk, sambil berdiri, tetapi bila ia sudah Kami lepaskan dari bencana, ia lalu begitu saja, seperti tak pernah berdoa kepada Kami mengenai bencana yang menimpanya. Begitulah bagi mereka yang melanggar batas tampak indah segala yang mereka kerjakan. (QS Yunus/10:12)
Termasuk tindak melampaui batas ialah orientasi, gaya hidup, dan perilaku LGBT. Demikian juga Lut ketika berkata kepada mereka: “Mengapa kamu melakukan perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh siapa pun makhluk sebelum kamu? Kamu melampiaskan nafsumu kepada sesama laki-laki, bukan kepada perempuan. Kamu memang orang yang sudah melampaui batas.” (QS Al-A’raf/7:80-81)
Sementara itu Allah SWT mendeskripsikan karakter hamba-hamba-Nya yang disayang-Nya sebagai berikut.
Hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang ialah mereka yang berjalan di muka bumi ini dengan rendah hati, dan bila ada orang jahil menegur mereka, mereka jawab, “Salam!” Mereka yang selama malam hari bersujud dan berdiri menghadap Tuhan. Mereka yang berkata: “Tuhan, jauhkanlah kami dari azab jahanam, sebab azabnya sungguh berat.” Sungguh buruk sebagai tempat tinggal dan tempat istirahat. Mereka yang membelanjakan harta tidak berlebihan, dan tidak pula kikir, tetapi mengambil jalan tengah. Mereka yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain, tidak membunuh nyawa yang dilarang oleh Allah, kecuali atas dasar yang benar, tidak berzina;- siapa yang melakukan perbuatan demikian ia akan mendapat balasan atas dosanya. (QS 25:63-68)
Sebaik-baik sikap dan tindakan adalah yang pertengahan. Sebagaimana dalam hal makan, minum, dan membelanjakan harta, dalam mengenakan pakaian pun seyogianya tidak minimalis, tetapi juga tidak maksimalis; yang sedang-sedang saja.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Perang Dunia III di Ambang Pintu: Dr. Anton Permana Ingatkan Indonesia Belum Siap Menghadapi Guncangan Global

Dr. Anton Permana: 5 Seruan Untuk Presiden Prabowo, Saat Rakyat Mulai Resah dan Hati Mulai Luka

Menyikapi UUD 18/8/1945

Rocky Gerung: 3 Rim Karatan di Kabinet Prabowo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Setahun Rezim Prabowo, Perbaikan atau Kerusakan Menahun?

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri

Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global

Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama



chat roomFebruary 5, 2025 at 11:23 am
… [Trackback]
[…] Read More on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/berlebihan-perspektif-al-quran/ […]