ZONASATUNEWS.COM, MADRID – Umat Islam kebanyakan menggunakan oendekatan fiqiah saja dalam memahami malam lailatul qodar. Sehingga hanya mengedepankan aspek kuantitatif dari lailatul qodar itu. Seharusnya hal ini diikuti oleh aspek kualitatifnya. Sehingga kita betul-betul mendapatkan apa yang disebut hidayah.
Hal itu dikatakan oleh Duta Besar RI untuk SPanyol dan UNWTO, Dr Muhammad Najib dalam mengisi pengajian yang diadakan oleh PCIM Spanyol.
“Saya meyakini aktifitas seprti ini juga merupakan bagian dari ibadah. Bahkan ini menjadi bagian dari ibadah sosial atau kesalehan sosial yang memiliki makna kualitatif. Karena ini akan berdampak sosial yang besar, berdampak jangka panjang, bagi kemajuan umat, bangsa dan negara,” kata Dubes Muhammad Najib melalui channel youtube Wisma Duta RI Madrid.
Kalau kita bisa mengimplementasikan apa yang kita dengar, apa yang kita rasakan, dan apa yang kita yakini, menurut Dubes Najib, hai ini akan menjadi bagian dari amal jariah kita.
Berdasarkan keputusan Muktamar Muhammadiyah yang lalu di Solo, menurut Dubes Najib, ada keputusan besar yang kalau disederhanakan adalah “Internasionalisasi Muhammadiyah”. Atau Muhammadiyah sebagai persyarikatan “Go Internasional”.
Memang ada beberapa orang yang mengatakan, bukankah Muhammadiyah sudah lama Go Internasional.
“Saya ingin tegaskan, bagi saya yang mengikuti perjalanan Muhammadiyah ke luar negeri sejak almarhum Lukman Harun, itu yang dilakukan selama ini perjalanan luar negeri orang per orang. Inisiatif personal. Improvisasi personal. Belum melibatkan secara institusi (kelembagaan). Memang ada inisiatif-inisiatif misalnya Muhammadiyah di Australia atau di Malaysia. Saya kenal dekat dengan Mas Soni yang memimpin Muhammadiyah di Malaysia. Bagi saya itu terlalu kecil bagi institusi besar Muhammadiyah. Yang seharusnya bisa melakukan jauh lebih besar lagi,” ungkap Dubes Najib.
Menurutnya, sejak berada di Spanyol (sebagai Dubes RI), dia meliaht potensi yang luar biasa besar, bukan saja di Spanyol tetapi juga di Uni Eropa secara keseluruhan. Bahkan ketika dia menjadi Ketua Hubungan Luar Negri Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dia mengelilingi banyak negara. Berkali-kali ke Amerika, Jepang, Korea, Jerman, dan banyak negara Timur Tengah, hampir semua negara Timur Tengah dia kunjungi.
“Di Mesir itu saya melihat dari dekat bagaimana PCIM merintis Aisiyah, semua inisiatif orang per orang. Belum dilakukan secara institusi. Nah sekarang ada keputusan besar Persyarikatan Muhammadiyah melalui Muktamar, musyawarah yang tertinggi. Nah karena itu saya melihat ada momentum besar sekali, yang saya kira kita yang di luar negeri ini memiliki tanggung jawab lebih untuk membantu PP Muhammadiyah, bagaimana melandingkan keputusan besar itu diberbagai negara,” jelas Dubes Najib.
Tentu saja, katanya, harus dilakukan kajian yang serius karena tiap negara memiliki potensi yang berbeda-beda dan karakter yang berbeda-beda pula. Termasuk kebijakan negara yang akan dituju juga berbeda-beda. Oleh karena itu Dubes Najib berharap keputusan besar ini diikuti semacam institusi PP Muhammadiyah yang fokus untuk menggarapa masalah ini.
Dubes Najib menilai tidak cukup apa yang ada, karena menurut hematnya, masalah ini harus bisa dikomunikasikan langsung kepada Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Sekretaris Umumnya.
Dubes Najib kemudian mengutip QS Al Anbiya ayat 107, yang artinya:
“Tidak aku utus engkau Muhammad, kecuali membawa rahmat bagi sekalian alam“. Berdasar tafsir dibaca olehnya, yang dimaksud Lil Alamin ini adalah manusia secara keseluruhan. Makhluk hidup secara keseluruhan, baik hewan maupun tumbuhan. Termasuk juga alam semesta: bumi, tanah, air, dan udara yang ada didalamnya.
“Kehadiran manusia harus menjadi rahmat bagi semuanya, bukan hanya orang Islam. Apapun agamanya, apapun bangsanya, apapun sukunya, apapun etnisnya, apapun warna kulitnya, kehadiran Nabi Muhammad dan diikuti oleh kita ini harus membawa kebaikan bagi mereka semua,” jelasnya.
Kalau saya meminjam kerangka pikir KH Ahmad Dahlan sang pendiri Muhammadiyah, kata Dubes Najib, didalam menafsirkan Surat Al Ma’un, maka dapat saya katakan, “Tidak ada gunanya shalatmu, tidak ada gunanya zakatmu, tidak ada gunanya hajimu, tidak ada gunanya seluruh ibadah ritualmu, kalau tidak bermuara pada bagaimana kita bisa menjadi rahmat bagi sekalian alam.”
Kemudian dia menambahkan sebuah Hadits yang memiliki nada yang sama (arti serupa). Kata Rosulullah, “Aku tidaklah diutus kecuali untuk memperbaiki akhlak manusia”. Tidak ada gunanya semua ibadah ritual kita kalau tidak bermuara pada perbaikan akhlak manusia.
“Ini penting saya tekankan karena saya melihat tokoh-tokoh Islam, kader-kader Islam, yang menyuarakan seolah-olah melakukan dakwah Islamiyah, tapi tidak diikuti dengan akhlak yang mulia. Bahkan dibanyak tempat Islam itu digunakan sebagai instrumen untuk mengejar dunia, mengejar jabatan, kekuasaan, mengumpulkan kekayaan, mempromosikan anak isterinya, secara tidak alamiah (natural), yang sering disebut dengan karbitan. Bagaimana umat bisa maju kalau dilakukan dengan cara seperti ini,” papar Dubes Najib.
Dalam kesmepatan yang berharga itu, dia ingin menggugah dan mengingatkan kembali apa yang harus kita lakukan untuk memperbaiki Indonesia kita, memperbaiki masyarakat di tanah air, dan umat Islam secara keseluruhan. Karena menurutnya ada persoalan yang besar, tidak hanya di tanah air, tetapi di dunia Islam secara keseluruhan.
Dia meyakini tesis yang disampaikan oleh Jamludin Al Afghani ketika untuk pertama kali dia di Paris, diikuti muridnya Muhammad Abduh, yang mengatakan bahwa di Barat ini Islam dipraktekkan walau tidak dikatakan, tetapi di dunia Islam terlalu banyak dikatakan, dibicarakan, tetapi tidak dipraktekkan.
“Setelah satu tahun setengah saya disini (di Spanyol) saya makin merasakan itu. Kalau saudara-saudaraku serius, adik-adikku serius, coba lihat sudah lebih dari 200 youtube saya upload, semua itu menggambarkan kegalauan, keprihatinan, tetapi dibalik itu ada harapan yang saya tebar, saya ingin bagi. Agar kita mengerti apa sebenarnya yang sedang terjadi. Kita harus mampu menjadi tauladan. Bahkan Rosulullah itu tidak sekedar tauladan tetapi model. Ada sebuah pertanyaan apa bedanya tauladan dan model. Kalau tauladan bintang film bisa menjadi tauladan dengan menampilkan diri sebagai kyai, sebagai ustad, tetapi itu sekedar didepan kamera. Nanti yang ada di belakang beda. Itu namanya tauladan, contoh. Tetapi kalau model, didepan orang atau dibekalang orang, didepan orang banyak atau ditempat sepi, sama. Itu bedanya tauladan dan model. Bagi mereka yang faham bahasa Arab akan merasakan betul. Di Indonesia agak sulit menemukan kata-kata yang tepat untuk membedakan tauladan dan model ini,” urai Dubes Najib.
Dia menekankan hal itu, berharap apa yang nantinya kita lakukan betul-betul berimplikasi kepada sesuatu yang bermanfaat, baik untuk pribadi orang-perorang, persyarikatan, terhadap masyarakat dan umat secara keseluruhan.
Dubes Najib memandang ada momentum besar didunia yang membutuhkan kehadiran Muhammadiyah. Beberapa indikatornya, antara lain: Pertama, perang Rusia-Ukraina. Warga Uni Eropa merasa kesal. Merasa tidak aman, tidak nyaman, dan bahkan terancam. Ada warga Spanyol yang tinggal di Zaragoza menyampaikan langsung keinginannya untuk hijrah ke Indonesia.
“Ini seorang dosen, seorang ilmuwan. Saya tanya kenapa? Ini kalau perang terus-menerus, dan apalagi kalau senjata nuklir digunakan, ini Uni Eropa akan hancur berkeping-keping. Karena ungkapan-ungkapan secara tidak langung dan eksplisit sudah muncul dari tokoh-tokoh penting dikawasan ini tentang akan digunakannya senjata nuklir,” kata Dubes Najib.
Kemudian prinsip-prinsip multilateralisme yang mulai ditinggalkan oleh banyak negara, diganti dengan unilateralisme. Kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat oleh sejumlah negara itu diabaikan, dan menggunakan produk-produk hukum negaranya sendiri, dipaksakan kepada masyarakat global.
Diumbarnya sanksi-sanksi ekonomi, politik, dan sebagainya, secara tidak rasional dan tidak proporsional ke sejumlah negara. Kalau yang mempraktekkan ini negara besar maka implikasinya bisa kemana-mana. Belum lagi kalau bicara ada doubel standard. Kalau aku boleh, kalau kamu tidak boleh.
“Ini indikasi-indikasi yang bisa dijadikan symton, suasana batin masyarakat di Eropa secara keseluruhan, dan bukan mustahil dibanyak negara didunia saat ini,” uarainya.
Kedua, ungkap Dubes Najib melanjutkan, nasionalisme yang dikembangkan oleh sejumlah negara tertentu, – untuk kepentingan negaranya, kepentinan bangsanya – itu sudah berkembang jauh mengabaikan kepentingan bansga lain.
Bahkan sejumah negara dalam aksi ekonomi, politik, dan militernya, Demi kepentingan negaranya, kalau perlu mengorbankan kepentingan negara lain. Itu terjadi.
“Apalagi kalau kita bicara sejak Renaissance di Eropa ini, kemudian berkembang didunia Barat pada umumnya, termasuk Amerika, Canada, Australia, dan seterusnya. Ini kan sebenarnya kemenangan kelompok rasional, kelompok ilmuwan atas kelompok agama. Dan sejak itu ilmu pengetahuan berkembang pesat, termasuk didalam ilmu kedokteran. Sehingga banyak wilayah yang dahulunya itu dianggap wilayah agama, yang memerlukan kehadiran Tuhan untuk menolongnya, sekarang dengan tangan manusia dengan keaajuan sain dan teknologi bisa dipenuhi oleh manusia. Sehingga di kawasan Eropa ini seakan-akan tidak diperlukan lagi kehadiran Tuhan. Tokoh-tokoh agama atau ritual agama tidak penting lagi. Disini banyak sekali orang yang mengaku bahkan mendiklare “saya atheis”. Itu Biasa. Paling tidak agnostik, katanya. Agnostik itu percaya adanya Tuhan tapi tidak berafiliasi kepada agama tertentu. Nah, ini kan smeua merupakan peluang dakwah. Ada tanggung-jawab moral, ada tanggung-jawab sosial, ada tanggung-jawab religius bagi kita untuk menolong dan membantu mereka,” ujarnya.
Dengan jargon Muhammadiyah “Islam Berkemajuan”, gerakan Muhammadiyah digerakkan dengan ‘melek teknologi’, ngerti teknologi, termasuk mengerti mereka yang menjadi korban teknologi, walaupun mereka tidak menyadari. Ini ada tanggung-jawab besar untuk menyelamatkan.
“Maka kalau Muhammadiyah hadir dengan semangat Rahmatan Lilalamin, bukan saja mereka buka pintu, menerima, tapi akan mengundang,” pungkasnya.
Selengkapnya saksikan videonya dibawah ini:
EDITOR: REYNA
Related Posts

AS Tolak Peran Hamas dan UNRWA di Gaza, Blokade Bantuan Israel Berlanjut

Pemerintahan Trump akan membuka suaka margasatwa Alaska untuk pengeboran

Akankah pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir memberdayakan Afrika atau justru memperkuat ketergantungan pada negara asing?

‘Pembersihan etnis pelan-pelan:’ Setelah gencatan senjata Gaza, eskalasi Israel bergeser ke Tepi Barat

Putusan HAMAS: ICJ menegaskan Israel melakukan genosida, menolak legalisasi permukiman

Laporan: Amazon berencana mengganti pekerja dengan robot

Penjelasan – Mungkinkah inovasi digital membentuk masa depan layanan kesehatan di Afrika?

Kecerdasan buatan akan menghasilkan data 1.000 kali lebih banyak dibandingkan manusia

Serangan Israel menewaskan 42 orang di Gaza karena kedua belah pihak mengatakan pihak lain melanggar gencatan senjata

Iran, Rusia, dan Tiongkok mengirim surat ke PBB yang menyatakan kesepakatan nuklir dengan Teheran telah berakhir



live camsDecember 6, 2024 at 5:21 pm
… [Trackback]
[…] Read More Info here to that Topic: zonasatunews.com/internasional/masyarakat-internasional-menanti-kehadiran-muhammadiyah/ […]
BAUJanuary 18, 2025 at 12:37 am
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/internasional/masyarakat-internasional-menanti-kehadiran-muhammadiyah/ […]