Oleh: Andrianto Andri/Pengamat Kebangsaan
Penunjukan Ganjar sudah bisa di tebak sejak awal April ini. Meskipun pengumumannya terkesan Mendadak. Bahkan seorang Jokowipun sudah bersiap berlebaran di Solo meski tergopoh-gopoh hadir ke Batu Tulis.
Jokowi jelas berkepentingan dengan pencapresan Ganjar.
Sudah lebih setahun ini, dia berusaha dengan berbagai manuver mengoalkan Ganjar. Bagi Jokowi hanya Ganjar yang bisa di percaya meneruskan pemerintahannya.
Hal ini di mulai bagaimana Ganjar berjuang meloloskan Gibran sehingga memperoleh tiket Wali kota Solo. Padahal saat itu Ahmad Purnomo/Wakil Walikota yang sudah fix akhirnya terdelete.
Publik menangkapnya ada upaya peran Ganjar. Sehingga sejak itulah Ganjar dan juga Erik Thohir sudah dianggap bagian keluarga..
Jokowi di kejar waktu maka siasat koalisi besarnya sesungguhnya untuk mengisolasi PDIP. Sehingga PDIP tidak miliki kawan koalisi.
Lantas ada Game of power global. Manakala sang the best Menterinya Luhut membawa kabar dari Beijing bahwa big project Kereta Cepat Jakarta-Bandung, APBN harus jadi jaminan Hutang RRC. Ada simbolisasi dari ungkapan tersebut bahwa ini jadi persoalan serius manakala Presiden mendatang di luar orbit. Maka sejak itulah upaya dari 8 penjuru angin untuk memastikan hanya Ganjar yang bisa memenuhi ultimatum RRC. Ada resiko buat PDIP bila tidak mematahuinya.
Yang pertama jika nekat Capreskan bukan Ganjar, resiko kalah Pilpres di depan mata. Lantas Pileg yang berbarenganpun bisa kalah juga. PDIP bisa kehilangan privilegnya bila keduanya kandas.
Sesungguhnya PDIP juga tidak nyaman dengan eksprimen Petugas Partai yang selama ini juga di luar kontrol. Namun yang paling di khawatirkan, bilamana PDIP juga kalah di Pileg sehingga jatah Ketua DPR juga ikut melayang (UU MD3 pemenang pemilu otomatis Ketua DPR).
Bisa jadi pragmatisme inilah yang membuat putusan yang akhirnya menepikan kader utamanya Puan. Premisnya Ganjar hanyalah Vote geter untuk Pemenangan Pileg.
Untuk Pilpres sikond berbeda jauh dengan yang lalu. Dengan buruknya kinerja Pemerintahan Jokowi ini bisa jadi beban Ganjar. Terbukti dari potret Lembaga Survey angka Ellectibilitas Ganjar dan kedua pesaing kuatnya Anies dan Prabowo sangat tipis. Dari preseden di pemilu baik lokal maupun internasional dengan sikond catatan buruk pendahulunya.
Maka Ganjar mesti menang satu putaran. Bila terjadi dua putaran,
siapapun lawan, Ganjar bakal keok (Pilpres 2004 dan Pilkada DKI 2017).
Jadi Saya tidak setuju bila pemilu di bilang sudah selesai. Kita masih mau lihat langkah catur Mega dalam penentuan Cawapresnya. Bisa jadi Mega tidak mau ambil usulan Cawapres dari Jokowi seperti Pilpres lalu. Bisa jadi Cawapres ini bisa berdampak negatif ellectoral.
Di tengah Game of Power Global jelas RRC dan Kompatriot Taipannya di belakang Ganjar. Lantas apakah kekuatan adi daya lainnya USA akan tinggal diam begitu saja.
Jelaslah Pilpres ini berbeda dengan lalu. Publik di suguhi pilihan Ganjar sebagai Status Quo dan Anies sebagai Anti Tesanya.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Perang Dunia III di Ambang Pintu: Dr. Anton Permana Ingatkan Indonesia Belum Siap Menghadapi Guncangan Global

Dr. Anton Permana: 5 Seruan Untuk Presiden Prabowo, Saat Rakyat Mulai Resah dan Hati Mulai Luka

Menyikapi UUD 18/8/1945

Rocky Gerung: 3 Rim Karatan di Kabinet Prabowo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Setahun Rezim Prabowo, Perbaikan atau Kerusakan Menahun?

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri

Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global

Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama



faw99October 20, 2024 at 1:23 pm
… [Trackback]
[…] Read More Information here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/andrianto-memahami-pilihan-mega/ […]