Tulisan berseri ini diambil dari Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini. Atau pesan langsung bukunya pada redaksi zonasatunews.com dengan nomor kontak WA: 081216664689
Novel “SAFARI” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata yang dialami sejumlah mahasiswa yang kuliah di luar negri dikombinasi dengan pengalaman pribadi penulisnya. Seorang mahasiswa yang memiliki semangat tinggi untuk menuntut ilmu di negara maju, ditopang oleh idealisme berusaha memahami rahasia kemajuan negara lain yang diharapkan akan berguna bagi bangsa dan negaranya saat kembali ke tanah air.
Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
Cover Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah.
SERI-15
Aku memerhatikan wajah-wajah mereka mengikuti kalimat demi kalimat yang mengalir dari bibirku dengan seksama.
“Kita harus mampu menampilkan wajah Islam yang ramah, wajah Islam yang damai”, kataku lagi.
Aku berhenti sejenak. Suasana hening. Wajah mereka semuanya mengarah pada bibirku. Tampaknya mereka menunggu apa lagi yang akan Aku katakan.
“Jadi kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk menaklukan publik secara keseluruhan, dan tidak hanya terperangkap untuk melawan mereka yang menzalimi kita”, kataku.
“Saya berpendapat, yang memusuhi Umat Islam atau membenci Islam hanyalah segelintir politisi yang ingin mendapatkan dukungan secara instan, sementara mayoritas diam merupakan kelompok netral yang rasional. Kebencian dilawan dengan kebencian boleh-boleh saja, pertanyaannya kemudian, apakah ini baik untuk Islam dan Umat Islam di sini ? Merebut hati mayoritas diam dan membuat mereka yang membenci Islam berubah menjadi netral atau mencintai Islam memang tidak mudah, perlu perjuangan, kesabaran, dan kreatifitas. Akan tetapi di sinilah tantangannya ?”, kataku mengakhiri.
Mayoritas yang hadir bertepuk tangan. Beberapa orang bergerak mendekati dan menyalamiku, diikuti yang lain, sehingga akhirnya semuanya melakukannya.
Pada saat yang sama, jantungku berdegup kencang menahan amarah, terpengaruh oleh jalannya diskusi dan testimoni sejumlah orang yang secara sengaja dihadirkan. Aku mulai percaya dengan pernyataan-pernyataan serta jalan pikiran Azam yang sebelumnya selalu Aku tentang, walaupun dengan cara diam-diam. Kini Aku baru paham, kenapa para penceramah di kampus sering kali mengkritik bahkan mencerca Barat. Simpatiku terhadap Barat berkurang lagi. Kini Aku mulai berpikir kenapa Barat yang maju secara ekonomi, iptek dan politik, terperangkap ke dalam pelanggaran HAM berat, bersikap diskriminatif dan arogan. Kebimbangan, keraguan, dan berbagai dilemma menyelimuti dan mendominasi jalan fikiranku.
Selagi Aku masih melamun, moderator mengambil pengeras suara.
“Saya kira kita sudah mendapatkan kesimpulan”, katanya.
“Kita perlu merumuskan kesimpulan ini untuk disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Saya berharap, selain Steering Comitee yang sudah ditunjuk untuk merumuskan, saudara Amil perlu kita minta untuk ikut membantu agar rumusannya lebih sempurna. Selanjutnya mari kita akhiri pertemuan ini dengan sama-sama mengucapkan Alhamdulillah. Selanjutnya akan dibentuk tim kecil untuk menindak lanjuti kesepakatan itu dalam bentuk aksi”, katanya mengakhiri acara dengan mengetuk palu.
Sesuai rencana, Aku mengalokasikan dua hari tambahan. Aku minta saran pada Hasan yang saat itu bertugas sebagai Panitia. Hasan tidak hanya memberikan saran tempat-tempat yang menarik di kota Paris, tetapi juga menawarkan diri untuk menemaniku.
“Kalau Aku lihat dari wajahmu, kelihatannya Anda bukan orang Perancis asli”, komentarku berbasa-basi sambil menyelidik asal-usulnya.
“Oui”, katanya dalam bahasa Perancis, membenarkan.
“Ayahku berasal dari Maroko, tapi Aku sendiri dilahirkan di kota ini. Orang-orang Muslim di Perancis sebagian besar berasal dari Afrika Utara, seperti Maroko, Tunisia dan Aljazair, yang semuanya bekas jajahan Perancis”.
“Apakah dari negara lain tidak ada?”, tanyaku ingin tahu.
“Ada juga, tapi jumlahnya tidak besar”, jawabnya.
“Saya sudah lama mengagumi Indonesia”, katanya balas menyanjung.
“Apanya yang menarik ?”, tanyaku menyelidik.
“Alamnya yang indah dan penduduknya yang ramah”, katanya.
“Sudah pernah ke Indonesia ?”, tanyaku.
“Belum ! Tapi saya sudah lama merencanakannya, semoga dengan bertemu Anda prosesnya bisa lebih cepat”, jawabnya diplomatis sambal tersenyum mengharap dukunganku.
“Jangan khawatir, nanti Aku bantu”, jawabku.
“Kekagumanku pada Indonesia juga karena pandangan keagamaannya berbeda dengan kebanyakan negara Muslim”, katanya serius.
Aku hanya tersenyum mendengarnya, karena orang-orang Arab punya budaya menyanjung berlebihan yang dikenal dengan istilah Mujamilah. Tampaknya Hasan membaca jalan fikiranku.
“Aku membaca banyak buku sejarah tentang Indonesia, khususnya proses masuknya Islam melalui para saudagar yang berlangsung secara damai, berbeda dengan masuknya Islam di banyak wilayah lain yang berlangsung melalui perang”, katanya sembari menatap wajahku.
Aku terperanjat mendengarnya, karena pengetahuannya tentang dunia Islam termasuk Indonesia jauh melampaui perkiraanku.
“Anda kuliah di fakultas apa ?”, tanyaku menyelidik.
“Sejarah Arsitektur, tapi Aku juga menyukai Sejarah dan dunia Islam”, katanya seperti memahami kemana arah pertanyaanku..
“Hari ini kita city tour mengelilingi kota Paris, dan besok kalau Anda mau bisa mengunjungi Marseille, sebuah kota paling selatan di Perancis yang komunitas Islamnya paling besar”, katanya kembali ke pembicaraan semula.
“D’accored!”, jawabku setuju sambil mempraktikkan bahasa Perancis yang pernah aku pelajari di CCF Bandung.
Ketika Hasan menyebut nama Marseille, Aku langsung teringat nama Zidane, bintang sepak bola pujaanku yang konon berasal dari kota itu. Orang Perancis menyebutnya Zidang.
“Menyusuri kota Paris paling menarik lewat Sungai Seine, karena gedung-gedung bersejarah yang memiliki nilai seni tinggi hampir semuanya dapat dinikmati dari sungai”, kata Hasan mencoba menjelaskan pilihannya saat memasuki taksi yang akan membawa kami.
“Antum a’ lamu bi madinakum (Anda lebih mengetahui kota
anda sendiri)”, komentarku tidak keberatan atas inisiatifnya dengan menggunakan bahasa Arab dengan maksud untuk meningkatkan keakraban, sekaligus menguji apakah dia bisa berbahasa orang tuanya.
“Ternyata Anda bisa juga berbahasa Arab”, komentarnya dengan wajah berbinar.
“Aku memahaminya, tapi susah mengucapkannya. Ayah dan Ibuku masih menggunakan bahasa Arab Amiyah sebagaimana digunakan di negri leluhurku, tapi dengan anak-anaknya, mereka menggunakan bahasa Perancis. Mungkin Anda sudah mengetahui bahwa Bahasa Arab Amiyah tiap-tiap negara Arab berbeda-beda, dan tidak sama dengan Bahasa Arab Fusha yang juga dikenal dengan istilah Modern Standard Arabic sebagaimana yang digunakan dalam Al Qur’an juga yang anda gunakan”.
Taksi terus bergerak menuju Sungai Seine dan berhenti di Point de L’alma sebuah terminal tempat kapal ditambat. Ada beberapa pilihan tempat Kita bisa memilih untuk naik kapal, tapi Point de L’alma yang paling populer. Kami membeli tiket kemudian antre untuk memasuki kapal bernama Bateaux Mouches. Hasan menolak ketika Aku mengeluarkan uang hendak membayar untuk dua tiket. Ia mengeluarkan uang sendiri untuk dirinya. Bagi masyarakat Barat pada umumnya, walaupun Kita berjalan bareng atau makan bersama, bayarnya tetap sendiri-sendiri, kecuali kalau sejak awal Kita mengundang secara khusus.
“Bateaux Mouches berarti Kapal Musa”, kata Hasan saat Kami mulai naik ke kapal.
Kapal mampu memuat tidak kurang dari seribu penumpang. Separuhnya duduk di kursi yang berjajar di bagian atap, sedang separuhnya lagi di bagian bawah. Aku memilih tempat di bagian atas agar leluasa melihat pemandangan di antara turis-turis Jepang, Cina dan Eropa. Udara cerah dan matahari bersinar terang.
“Anda beruntung”, kata Hasan.
“Jarang sekali orang Paris bisa menikmati udara senyaman ini”, tambahnya.
Baca Juga:
- Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-13): Menaklukkan London
- Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-14): Membelah Paris Dengan Kapal Musa
Selain melihat gedung-gedung tua yang sangat menawan, Aku juga melihat banyak sekali orang yang duduk atau berbaring menikmati hangatnya matahari siang itu.
Pasangan muda-mudi tampak leluasa bercinta tanpa peduli orang di sekelilingnya. Orang-orang yang melihatnya pun menganggap sesuatu yang biasa. Aku cepat-cepat memalingkan wajah ketika melihat pemandangan itu.
“Apakah di tepi sungai ini selalu ramai seperti ini?”, tanyaku
“Tentu tidak. Hanya kalau cuaca cerah, dan kebetulan hari ini juga hari libur. Bagi orang Paris, tempat ini yang paling menarik untuk menghabiskan waktu sekaligus menjemur diri”, kata Hasan menjelaskan.
Kapal terus bergerak perlahan. Dari arah berlawanan kapal-kapal serupa dengan ukuran berbeda-beda berpapasan dengan kapal yang kami tumpangi. Setiap kali berpapasan, orang-orang melambaikan tangan gembira saling menyapa. Saat melewati bawah jembatan, orangorang yang berdiri di atasnya juga sering melambaikan tangan, bahkan ada yang melemparkan permen atau coklat. Diam-diam Aku kagum juga atas keramahan dan sikap riang mereka.
Jembatan-jembatan yang Kami lalui bentuknya berbedabeda, ada yang terbuat dari beton, ada juga yang dari besi baja. Ada yang tiangnya besar dan kokoh, ada pula yang kecil-ramping. Tapi, semuanya indah. Kalau dalam membuat jembatan saja keindahan sangat penting bagi orang Perancis, bagaimana kalau mendesain pakaian atau gedung, tentu lebih indah lagi, pikirku menduga-duga. Aku menoleh ke arah Kiri mengamati gedung yang sangat megah, luas dan indah.
“Itulah Louvre, museum terbesar di dunia dengan koleksi paling kaya benda-benda bersejarah”, kata Hasan.
“Bagaimana cerita di balik bangunan itu?”, tanyaku menyelidik, ketika Aku perhatikan pada bagian-bagian yang tertentu bangunan itu mirip sekali dengan Petra yang pernah Aku lihat di Jordan.
“Louvre pertama kali dibangun pada abad ke-13, kemudian terus-menerus diperluas. Dulunya digunakan sebagai istana raja-raja Perancis. Yang terakhir menempatinya adalah Louis XIV, sebelum revolusi”.
“Anda tahu jenis arsitektur bangunan ini?”, tanyaku mengejar.
“Orang menyebut arsitektur jenis ini dengan sebutan arsitektur Baroque, jenis arsitektur atau seni bangunan yang sangat popular di Eropa”.
Paling tidak, Louvre dibangun tiga belas abad sesudah Petra. Karena itu, bukan mustahil apa yang disebut Baroque terinspirasi oleh Petra, Aku berspikulasi.
“Yang itu Gereja Notre Dame yang sangat terkenal dengan ciri menara kembarnya yang unik. Jenis arsitekturnya disebut Gothik, di tengah arsitektur Baroque yang mendominasi gedung-gedung di kota Paris lama”, kata Hasan.
Ciri bangunan Notre Dame terletak pada beberapa lengkungannya yang mirip dengan lengkungan di masjid-masjid di Timur-Tengah atau India, tetapi menaramenaranya tinggi dan lancip. Aku teringat gedunggedung tua dalam film-film Drakula. Kapal kemudian berputar kembali menyusuri rute yang berbeda. Gedunggedung tua berjajar sepanjang sungai yang kulalui, sampai akhirnya kapal yang kutumpangi mendekati Patung Liberty. Patung yang bentuknya sangat aku kenal melalui gambar-gambar itu disebut Statue de la Liberte. Kini patung yang dipuji dunia itu berdiri tegak di hadapanku seakan menyongsong.
“Orang tidak banyak tahu, sebenarnya patung seukuran manusia itulah Patung Liberty yang asli”, kata Hasan.
“Lalu bagaimana ceritanya dengan Patung Liberty raksasa yang berada di sebuah pulau kecil di dekat New York sana?”, tanyaku.
(Bersambung…..)
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ![]()
Related Posts

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Api di Ujung Agustus (Seri 34) – Gelombang Balik

Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana

Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata

Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi

Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi

Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana

Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja

Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana




meja 365September 19, 2023 at 1:03 am
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-15-louvre-museum-terbesar-di-dunia/ […]
EurochemsiteOctober 31, 2023 at 6:22 pm
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-15-louvre-museum-terbesar-di-dunia/ […]
ร้านไวน์อุบลJanuary 2, 2024 at 6:16 am
… [Trackback]
[…] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-15-louvre-museum-terbesar-di-dunia/ […]
cute capuchin monkeyMarch 30, 2024 at 11:55 am
… [Trackback]
[…] Read More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-15-louvre-museum-terbesar-di-dunia/ […]
ห้องพักรายวันJune 5, 2024 at 9:51 am
… [Trackback]
[…] Here you will find 93150 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-15-louvre-museum-terbesar-di-dunia/ […]
namo333July 16, 2024 at 7:24 am
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-15-louvre-museum-terbesar-di-dunia/ […]
ngiyaw-ebooks.org sex 12 tuổiSeptember 12, 2024 at 4:21 pm
… [Trackback]
[…] Here you can find 70779 more Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-15-louvre-museum-terbesar-di-dunia/ […]
buy henry guns onlineSeptember 24, 2024 at 7:04 pm
… [Trackback]
[…] Find More Information here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-15-louvre-museum-terbesar-di-dunia/ […]
보증업체September 30, 2024 at 5:47 pm
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-15-louvre-museum-terbesar-di-dunia/ […]