Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 21)

Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 21)
Ilustrasi: Cindelaras dan ayam jagonya

Oleh: Budi Puryanto

Seri sebelumnya (Seri-20): 

Ki Joyo sendiri menjadi kagum. Bagaimana Cindelaras bisa menciptakan tarian yang menggambarkan Joko Alasan. Dan menarikannya dengan membawa jaran kepang, seperti kuda beneran yang hidup.

“Anak muda ini memang hebat. Pantas dia menjadi anak raja Jenggala,” bisik hati Ki Joyo.

Sementara Respati tak mengira Cindelaras bisa membuat tarian dan menarikan dengan sangat bagus. Benar-benar mamukau penonton.

“Luar biasa tarianmu Cindelaras. Aku benar-benar kagum dengan caramu menari diatas kuda itu. Kau berubah seperti Joko Alasan alam cerita Ki Joyo. Kau benar-benar bisa menghayati setiap gerakan tari yang kau ciptakan itu. Aku bahkan tidak tahu, sejak kapan tari itu kau buat,” kata Respati.
*********

SERI -21

“Aku sebenarnya belajar kepadamu, Respati. Kamu menciptakan tari topeng yang hebat. Gerakannya memang tidak rumit. Justru disitu kelebihannya. Tapi kamu bisa menarikannya dengan cara yang luar biasa. Aku berpikir, mengapa bisa bisa begitu. Lalu aku temukan kuncinya,” kata Cindelaras.

“Apa kuncinya menurutmu,” tanya Respati.

“Penghayatan. Gerakan tari yang sederhana tapi dilakukan dengan penghayatan yang dalam, akan memancarkan tenaga luar biasa dari tarian itu. Sehingga setiap gerakan yang kelihatannya sederhana itu, akan mampu memukau siapapun yang menonton. Bukan hanya karena gerakannya, tetapi kekuatan yang tidak tampak itu sebenarnya yang mempengaruhi pikiran penonton. Sederhananya, kamu ingin menyampaikan pikiranmu lewat gerakan tari yang kamu ciptakan itu,” ujar Cindelaras.

Mendengar uraian Cindelaras itu, Respati terbengong.

“Bagaimana dia bisa menangkap pikiranku, persis seperti yang aku inginkan,” bisi hati Respati.

“Berarti tari jaran kepang yang kau buat itu juga cara kamu ingin menyampaikan pikiranmu,” kata Respati.

“Tepat. Kamu memang cerdas sekali. Bahkan aku terpengaruh olehmu dalam menciptakan tarian itu. Kalau kami amati, beberapa gerakan dasarnya saya ambil dari gerakan tari yang kau ciptakan. Saya hanya mengubahnya sedikit,” kata Cindelaras.

“Jahat, kau meniru gerakan yang aku ciptakan. Bahkan tanpa ijinku,” kata Respati.

“Ya baiklah, aku mohon ijinmu. Tapi aku punya alasan melakukan itu,” kata Cidelaras membela diri.

“Apa itu. Jelaskan kepadaku,” kata Respati.

“Aku ingin tari jaran kepang itu akan dikenal dan ditarikan banyak orang. Seperti tari topeng ciptaanmu. Bahkan sebenarnya, kedua tarian itu bisa digabung. Maksudku, bisa keduanya bisa ditarikan bersama-sama,” jawab Cindelaras.

“Dengan iringan gamelan yang sama, maksudmu,” kata Respati tidak sabar.

“Tepat, Respati. Jadi, iringan gamelanya sama. Tapi kedua tarian itu bisa ditarikan pada saat yang sama,” kata Cindelaras.

“Nanti harus kita coba pada pagelaran berikutnya. Aku sudah tidak sabar,” kata Respati, sambil memandang Cindelaras dengan rasa kagum yang bertambah-tambah.

Sementara itu, dipojok lainnya tanpa diketahui oleh Ki Joyo, seseorang tiba-tiba sudah berada disampingnya.

“Luar biasa penari itu, Ki Joyo. Dia bisa memerankan Joko Alasan dengan  cara yang amat bagus. Saya lihat penonton bersemangat sekali meneriakkan Joko Alasan,” kata orang itu.

“Oh, Kanjeng Patih ada disini. Saya tidak bisa mengenalinya sama sekali,” kata Ki Joyo.

“Karena Ki Joyo ikut larut dalam tarian Joko Alasan itu. Makanya tidak menyadari kedatanganku,” kata Ki Patih yang menyamar dengan pakaian ala kadarnya, seperti petani desa.

“Iya Kanjeng Patih, titik kesadaranku tersentuh oleh gerkan tarian itu. Apalagi saat dia membawa kuda itu lari, dan meneriakkan kata-kata, ”Ayo lari cepat kudaku. Kita akan segera sampai ke istana..”, itu tidak seperti tarian lagi. Tetapi ajakan untuk kita semua,” kata Ki Joyo menguraikan.

“Itukah Cindelaras,” tanya Ki Patih.

“Ya, itulah Cindelaras, sang Joko Alasan,” jawab Ki Joyo.

“Aku yakin, carita yang kau bawakan, ditambah dengan tarian Joko Alasan itu, akan membekas dihati penonton. Dan akan menjadi buah bibir ditengah-tengah kehidupan rakyat Jenggala. Pada titik puncaknya nanti, kita tinggal menggunakan sedikit tenaga untuk menanamkan kesadaran bahwa Cindelaras itu adalah wujud Joko Alasan yang sebenarnya,” kata Ki Patih.

“Apakah tidak sebaiknya Kanjeng Patih mampir barang sebentar. Rumah persewaan tidak jauh dari sini,” kata Ki Joyo.

“Untuk kali ini tidak Ki Joyo. Lain kali barangkali aku akan mampir untuk bisa berbicara dengan anak-anak muda yang hebat itu,” kata Ki Patih, yang terus berbaur dengan para penonton dan menghilang.

Baca Juga:

Sementara itu Ki Joyo berjalan mendekati Cindelaras ingin memberikan pujian kepadanya. Tetapi yang terjadi justru diluar dugannya. Karena saat sudah dekat, Cindelaras yang berkata lebih dahulu kepada Ki Joyo.

“Maaf paman Ki Joyo. Itukah Kanjeng Patih yang menyelamatkan ibundaku. Aku lihat tadi sedang berbicara dengan Ki Joyo. Aku mendengar semua pembicaraan paman dengan Kanjeng Patih tadi,” kata Cindelaras.

“Kalau paman Ki Joyo bertemu dengan Kanjeng Patih lagi, tolong sampaikan terima kasihku karena telah menyelamatkan ibunda,” kata Cindelaras.

“Baik Cindelaras, nanti akan paman sampaikan. Tetapi Kanjeng Patih tadi berpesan ingin menemui kalian bertiga. Sebaiknya nanti anakmas sampaikan secara langsung apa yang menjadi keinginan anakmas Cindelaras,” jawab Ki Joyo.

Sebenarnya Ki Joyo heran, bagaimana Cindelaras bisa mendengar semua pembicaraannya dengan Ki Patih. Tetapi dia bisa menutupi dengan cepat rasa herannya itu.

“Anakmas Cindelaras, bagaimana anakmas bisa mendengar pembicaraan kami, padahal jaraknya cukup jauh. Dan kami berdua bicara dengan pelan sekali. Hampir berbisik-bisik,” tanya Ki Joyo.

“Paman jangan lupa, saya ini Joko Alasan yang lahir dihutan. Berteman dengan para binatang sejak kecil. Jadi saya mewarisi kemampuan binatang yang bisa mendengar dari jarak jauh,” jawab Cindelaras sambil tersenyum.

Melihat Ki Joyo mukanya tampak bingung, Respati menambahi dengan kata-kata yang lebih mengagetkan Ki Joyo.

“Paman Ki Joyo, bukan hanya mendengar dari jarak jauh, tetapi Cindelaras itu bahkan bisa mengerti bahasa binatang. Dia bisa berbicara dengan para binatang, paman,” kata Respati memotong pembicaraan Ki Joyo dengan Cindelaras.

“Oh..oh..oh..itu rupanya. Aku sama sekali tidak menduga. Aku belum pernah mengetahui langsung seseorang punya kemampuan seperti itu. Memang dalam dongeng di negeri jauh ada seorang yang berilmu tinggi punya kemampuan berbicara dengan binatang. Dia seorang raja dan manusia suci pilihan Sang Hyang Taya. Dia bisa memrintah binatang, angin, dan segala makhluk yang tidak tampak. Karena anugerah Sang Hyang Taya, dia memiliki kekuasaan yang sangat besar. Dia manusia yang berkuasa, berilmu, dan menyebar kedamaian untuk semesta,” kata Ki Joyo.

Sekarang ganti Respati yang kaget dan heran.

Baca Juga:

“Benarkah paman ada orang yang seperti itu,” tanyanya kepada Ki Joyo.

“Ya, namanya Sulaiman. Raja Sulaiman. Dia hidup ribuan tahun yang lalu. Tentu saja sekarang sudah tidak ada,” jawab Ki Joyo.

Cindelaras diam saja medengarkan perkataan Ki Joyo. Begitu mendengar nama Raja Sulaiman, dia ingat kembali. Nama itu yang dulu disebut oleh ibundanya dalam cerita-ceritanya.

“Ternyata dia seorang raja besar, berilmu tinggi, dan orang suci pilihan Yang Maha Kuasa. Dia benar-benar ada dimasa ribuan tahun yang lalu. Aku kira hanya cerita ibundaku saja,” kata Cindelaras dalam hatinya.

“Mengapa anakmas Cindelaras tampak gelisah,” tanya Ki Joyo.

“Tidak paman. Aku kaget saja mendengar paman menyebut nama Raja Sulaiman. Mendadak aku ingat, dulu ibundaku pernah menyebut Raja Sulaiman dalam salah satu ceritanya. Aku kira hanya cerita saja, ternyata benar-benar pernah ada dimasa lalu,” jawab Cindelaras.

“Begitulah anakmas, banyak kisah dimasa lalu yang kita anggap hanya cerita saja. Kita mengira cerita itu tidak mungkin ada dalam kehidupan sesungguhnya. Tetapi anakmas sendiri mengalami yang bagi orang lain merupakan cerita aneh yang tidak nyata. Misalnya tadi, mampu mendengar dari jarakyang cukup jauh. dan juga bisa berbicara dengan para binatang. Itu bagi kebanyakan orang hanya merupakan cerita kosong saja,” kata Ki Joyo.

“Itulah kemurahan Yang Maha Agung. Yang terpenting anakmas, tirulah Raja Sulaiman. Dia memerintah kerajaannya dengan baik. Mencintai rakyatnya. Yang benar dikatakan benar. Yang salah dikatakan salah. Negerinya makmur sentosa. Tidak ada negara lain yang berani mengganggunya. Dia sangat dicintai rakyatnya. Dia salah seorang raja besar yang pernah ada dimuka bumi ini. Tetapi hidupnya sederhana. Dia tidak tergoda oleh kemegahan istana, gemerlap emas berlian, dan puja-puji orang. Dia hanya mengharap dicintai oleh Sang Hyang Taya, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, Tan Keno Kinoyo Ngopo,” jawab Ki Joyo.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

4 Responses

  1. click here to find out moreNovember 24, 2024 at 7:02 am

    … [Trackback]

    […] Find More here on that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-21/ […]

  2. Kim Jong UnDecember 15, 2024 at 7:23 pm

    … [Trackback]

    […] Find More Information here on that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-21/ […]

  3. เค้กด่วนJanuary 25, 2025 at 4:46 pm

    … [Trackback]

    […] There you can find 54737 more Info on that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-21/ […]

  4. watch meJanuary 27, 2025 at 10:28 am

    … [Trackback]

    […] Read More to that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-21/ […]

Leave a Reply