Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 24)

Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 24)
Ilustrasi: Cindelaras dan ayam jagonya

Oleh: Budi Puryanto

Seri sebelumnya (Seri-23):

Meskipun tidak seperti yang diinginkan, keputusan Permaisuri memberikan mandat penuh mewakili raja, cukup melegakan hati Ki Tumengung. Setelah berhasil jabatan Patih didepan mata.

Permaisuri tidak berhenti sampai disitu. Dia ingin menarik keuntungan politik sebesar-besarnya dari setiap keputusan raja. Sehari setelah memanggil Ki Tumenggung, dia memanggil Senopati ke istananya: Istana Kaputren.

Tentu saja Senopati dengan senang hati memenuhi panggilan Permaisuri.
***************

SERI: 24

“Mohon ampun, Kanjeng Putri Permaisuri. Hamba menghaturkan sembah. Titah apa yang harus hamba jalankan,” kata Senopati, sambil menundukkan kepala. Hanya sesekali dia berani mendongakkan kepala.

“Senopati, aku hargai gagasanmu untuk menyerang wilayah kadipaten disisi timur karena mereka sudah menunjukan gejala mbalelo. Aku mendukungmu penuh. Oleh karena itu siapkan pasukanmu secukupnya. Segera adakan gladi untuk mempersiapkan perang. Pasukanmu harus siaga penuh. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Bisa saja mereka mendahului menyerang kita,”kata Permaisuri dengan tenang tapi gaya bicaranya menyiratkan orang yang sedang marah.

“Memangnya siapa mereka kok berani mbalelo perintah kerajaan. Jangan disamakan dengan keadaan dulu saat kita masih lemah. Sekarang kita ini negara yang sudah kuat. Bahkan lebih kuat dibanding Daha.”

“Karena itu, Senopati. Ini adalah kesempatanmu untuk menunjukkan baktimu kepada Jenggala. Kalau kemelut ini berhasil, kursi Tumenggung menjadi milikmu. Aku pastikan itu.”

Senopati melonjak hatinya. Tapi dia mencoba untuk menutupinya. Dia tetap diam, menunggu perkataan Permaisuri selanjutnya.

“Setelah keberhasilan menyapu kemelut kecil ini, saya menjadi punya alasan untuk mendongkrak Ki Patih dari kursinya. Atas nama bakti kepada Jenggala, Tumenggung berhak mendapatkan kenaikan pangkat menduduki kursi Patih. Dan kursi Tumenggung menjadi milikmu. Aku pastikan itu, Senopati,” tegas Permaisuri.

“Senopati tetap harus menunggu hasil kerja dari Tumenggung. Namun, segala sesuatu bisa terjadi. Kita tahu pasti, jangan-jangan mereka bergerak labih dahulu menyerang kita. Karenanya, pasukanmu harus siaga penuh. Gladi terus ditingkatkan. Pasukan jaga diperkuat. Dalam kondisi seperti ini, sangat sulit menentukan apa yang akan terjadi. Yang bisa kita lakukan adalah menyiapkan diri sebaik-baiknya. Jangan lengah oleh musuh. Jangan anggap mereka remeh,” kata Permaisuri.

“Segala kebutuhan pasukanmu akan dipenuhi oleh bendahara kerajaan. Jangan ragu-ragu untuk mengajukan apa saja yang Senopati butuhkan. Demi keutuhan negara, biaya berapapun akan kita penuhi.”

“Ingat pesanku, Senopati. Kursi Tumenggung menantimu. Bila saat itu tiba, aku akan menendang Ki Patih tua reyot itu. Aku sudah berkali-kali minta kepada raja untuk diberhentikan. Namun aneh, raja tetap saja tidak mau. Alasannya jasanya besar untuk Jenggala. Atas nama jasa untuk negara, saya akan tendang dia dari kursinya. Dia akan menjadi batu sandungan terbesar untukku. Akau harap Senopati bisa memahami hal ini. Saya kira cukup, Senopati bisa segera menyiapkan kebutuhan untuk  pasukanmu,” kata Permaisuri.

Baca Juga:

“Titah Kanjeng Putri Permaisuri akan hamba laksanakan,” kata Senopati lalu berjalan mundur sambil berjongkok, dengan pandangan tetap menunduk. Dia tidaak berani memandang wajah permaisuri, apalagi nada bicaranya menyiratkan sedang kesal dan marah.

Senopati merasa dukungan Permaisuri tidak main-main. Semua kebutuhan pasukan akan dipenuhi. Pasukan harus disiapkan dalam formasi siaga perang.

“Ini yang aku tunggu-tunggu. Memimpin perang ke wilayah timur. Saatnya aku menunjukkan kemampuanku sesungguhnya dalam memimpin perang. Aku tidak mau diremehkan. Penolakan Tumenggung atas usulku itu, terasa menyakitkan. Dia meremehkan kemampuanku, dan juga pasukanku. Untung Permaisuri mendukungku. Bahkan kini mendukung penuh rencanaku,” pikir Senopati.

Dia segera menyiapkan pasukannya, diadakan gladi setiap hari. Alun-alun kerajaan sangat ramai oleh gladi parajurit. Mereka berlatih menggunakan segala jenis senjata. Memanah, menombak, bermain pedang, naik kuda, hingga berlatih ketangkasan beladiri tanpa senjata.

Pasukan jaga disiapkan berlapis. Mereka bergantian jaga siang dan malam. Penjagaan tidak boleh lengah. Pasukan harus siaga perang.

Keadaan ini memancing keheranan Ki Patih. Meskipun dia tidak diangga lagi sebagai Patih, namun dia juga tidak dipecat. Sehingga secara resmi dia masihlah Patih Jenggala. Dan orang masih banyak yang menghormati. Disamping jasanya besar untuk negara, dia sesungguhnya adalah tiang negara. Berpangalaman menghadapi segala bahaya. Dan juga bijaksana dalam menghadapi persoalan. Yang paling terkenal dari probadinya adalah ketenangannya dalam menghadapi masalah. Seberat apapun masalah itu.

Kecerdasan otak Ki Patih cepat sekali membaca keadaan. Meskipun dia tahu keputusan raja dalam pisowanan agung, tentu saja melalui telik sandi kepercayaannya, tetapi dia tidak yakin secepat ini reaksi yang dilakukan oleh Senopati.

Hanya dalam hitungan hari, Senopati sudah menggelar gladi pasukan sebesar itu. Pasukan segelar sepapan bukan jumlah yang sedikit. Gladinya saja sudah membutuhkan pembiayaan yang besar. Belum lagi kebutuhan alat-alat perang tambahan, atau mengganti yang sudah usang.

“Ini hanya bisa terjadi kalau ada dukungan besar dan penuh. Siapa lagi kalau bukan Permaisuri,” bisik hati Ki Patih, yang mengakui kecerdikan sekaligus kelicikan Permaisuri.

Namun muncul teka-teki berikutnya. Mangapa Permaisuri mendukung penuh perang. Bukankah dia setuju langkah diplomasi yang akan diperankan oleh Ki Tumenggung?

“Ha..ha…ha, bukan main wanita ini. Cerdik dan licik. Dia rupanya sudah tidak sabar melihat anaknya menjadi raja. Atau dia sendiri yang ingin menjadi Ratu, ha…ha…haa,” kata Ki Patih pelan kepada dirinya sendiri.

Tentu saja Ki Patih tidak akan membiarkan langkah-langkah lair dari Permaisuri. Amat berbahaya kalau kerajaan mengerahkan pasukan dalam jumlah besar. Akan banyak jatuh korban dari kedua belah pihak. Pada ujungnya nanti Jenggala yang akan menderita. Negara menjadi lemah. Dan itu sangat berbahaya, karena kalau datang serangan dari negeri lain, Jenggala pasti akan dengan mudah dikuasai.

“Ini harus dicegah. Perang ini tidak boleh terjadi. Harus dicari cara untuk menggagalkannya,” pikir Ki Patih.

Baca Juga:

“Ha..ha..ha…baiklah Kanjeng Putri Permaisuri, permainanmu akan aku imbangi,” tiba-tiba Ki Patih berkata sendiri. Mukanya cerah, senyumnya merekah. Pertanda dia sudah menemukan langkah yang baik untuk mengimbangi langkah Permaisuri.

“Aku harus bertemu Citra Menggala secepatnya. Tidak boleh kedahuluan gerak Ki Tumenggung ke wilayah timur itu,” pikir Ki Pati sambil mengganggukan kepala berkali-kali. Kepala yang ditumbuhi rambut putih merata itu, masih jernih memikirkan persoalan negara. Bahkan menjadi lebih bijaksana.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYA

Last Day Views: 26,55 K

6 Responses

  1. เครื่องล้างจานOctober 22, 2024 at 11:16 am

    … [Trackback]

    […] Information to that Topic: zonasatunews.com/budi-puryannto/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-24/ […]

  2. พรมรถNovember 1, 2024 at 12:46 pm

    … [Trackback]

    […] Here you can find 92573 more Info on that Topic: zonasatunews.com/budi-puryannto/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-24/ […]

  3. สล็อตวอเลท เติมเงินเว็บตรง AUTO ไม่มีขั้นต่ำNovember 18, 2024 at 6:14 pm

    … [Trackback]

    […] Find More to that Topic: zonasatunews.com/budi-puryannto/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-24/ […]

  4. free camsDecember 6, 2024 at 3:12 pm

    … [Trackback]

    […] Find More Info here on that Topic: zonasatunews.com/budi-puryannto/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-24/ […]

  5. BAU DiyalaJanuary 3, 2025 at 7:10 am

    … [Trackback]

    […] Read More on on that Topic: zonasatunews.com/budi-puryannto/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-24/ […]

  6. chat roomsJanuary 13, 2025 at 8:30 pm

    … [Trackback]

    […] Here you will find 60525 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/budi-puryannto/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-24/ […]

Leave a Reply