Perubahan geopolitik global dan arah perubahan politik, ekonomi dan perdagangan dunia 15 tahun kedepan.
Oleh: Chris Komari
Activist Democracy, Activist Forum Tanah Air (FTA)
Dalam pandangan saya dan projeksi geopolitik dunia kedepan setelah PILPRES tahun 2024, tidak akan muncul 2 pilihan antara super liberalism dan neo-communism di Indonesia dan didunia pada umumnya.
Democracy will continue to fight back…!!!
Dari dulu, dunia ini sudah dan selalu dikuasai oleh 2 kelompok:
1). Kelompok global corporations, yang menjual barang dari kebutuhan pokok rumah tangga hingga alat-alat perang canggih, seperti drone dan kapal selam bertenaga nuclear untuk menguasai dunia.
2). Kelompok agama, yang menjual produk SURGA dan NERAKA kepada masyarakat didunia baik itu agama YAHUDI, KRISTEN, KATHOLIK, ISLAM, HINDU, BUDDHA, ZOROASTRIANISM, CONFUSIANISM, dll.
2 kelompok itu dari dulu sudah, selalu dan akan menguasai dunia baik lewat communism, dictatorship, monarchy, theocracy, rondonisasi maupun democracy.
Fakta geopolitik dalam kurun waktu 30 tahun terakhir adalah:
1). Ketika USSR itu bubar tahun 1991 dan Presiden Gobachev membuka perubahan baru lewat glasnost sebelum turun, Russia sudah mulai membuka diri untuk masuknya investasi dari BARAT.
Mulai tahun 1992 hingga tahun 1999 di era Presiden Boris Yeltsin, FEDERASI RUSSIA mulai dibanjiri GLOBAL CORPORATIONS.
Masuknya global corporations di Russia itulah yang menjadikan RUSSIA maju dan kuat secara ekonomi dan financial hingga hari ini, dengan banyak perusahaan minyak ASING yang membantu lifting crude oil dan beroperasi di Federasi Russia.
Itu yang membuat penghasilan revenues RUSSIA dari minyak sangat fantastic…!!!
Tetapi setelah perang di Ukraina, sudah ada 1.200 lebih GLOBAL CORPORATIONS cabut dari FEDERASI RUSSIA.
Hal itu akan sangat membuat ekonomi dan keuangan RUSSIA jeblok, karena terkuras untuk membiayai perang dan hilangnya income revenues yang semakin besar.
Bahkan setelah 1,5 tahun perang di Ukraina, Russia sudah mengalami DEFISIT $43 billion dollar, dan ekonomi Russia semakin merosot.
Ditambah kondisi perang di Ukraina yang tidak menguntungkan bagi Russia secara politik, ekonomi dan militer.
Saat ini tentara Russia sudah tidak mampu melakukan OFFENSIVE, hanya bisa melakukan DEFENSIVE….!!! Itu perubahan kondisi perang di Ukraina 180°.
Sementara itu dengan bantuan trainings, amunisi dan alat perang canggih dari negara BARAT, tentara Ukraina mulai menguasai kembali sedikit demi sedikit daerah yang sudah dikuasai oleh Russia selama 1,5 tahun perang yang terjadi di Ukraina.
Padahal ketika invasi militer Russia di Ukraina akan dimulai, Vladimir Putin memprediksi, Ibu Kota Ukraina, Kyiv, akan dikuasai dalam waktu 3 hari…!!!
Sekarang perang di Ukraina sudah berjalan 500 hari.
Prediksi saya, kedepan Russia akan semakin lemah secara ekonomi, keuangan dan militer.
Perang di Ukraina baru akan berhenti bila Vladimir Putin is “removed” from the chessboard perpolitikan di Russia.
Itu bisa saja terjadi ketika rakyat Russia sendiri yang menghentikan Vladimir Putin dari perpolitikan di Russia.
2). RRC CHINA juga begitu
Dulu diera Deng Xiaoping tahun 1978, RRC mulai membuka diri untuk investasi ASING dengan open door policy.
Selama 30 tahun terakhir, kemajuan ekonomi di RRC tidak lepas dari banyak GLOBAL CORPORATIONS yang beroperasi di RRC.
Ditambah keterbukaan negara BARAT untuk memberikan tempat dan kesempatan bagi RATUSAN perusahaan raksasa CHINA untuk mendapatkan public funds (capital investments) dari luar negeri, khususnya dari BARAT, seperti di WALL STREET dan LONDON STOCK EXCHANGE (LSE).
Tetapi Xi Jinping itu juga sama dengan Vladimir Putin, lupa bagaimana negaranya bisa maju secara ekonomi, perdagangan dan keuangan.
Ketika RRC CHINA mulai ketahuan praktek perdagangan yang tidak fair, licik dan suka manipulasi currency, data perusahaan dan suka mencuri copy rights, hasil research dan intellectual properties dari negara BARAT.
Maka negara BARAT, khususnya USA mulai melakukan perhitungan baru untuk menghadapi kelicikan praktek perdagangan RRC.
Disitulah awal dari perang dagang antara USA dan RRC, yang dimulai oleh Presiden Donald Trump.
Hasilnya CHINA sekarang bukan lagi menjadi negara exporter terbesar di USA, tetapi negara CANADA dan MEXICO…!!!
Ditambah kebijakan Xi Jinping yang ingin mencaplok TAIWAN.
Kebijakan Xi Jinping itu jelas akan mengubah geopolitik di ASIA-PACIFIC yang akan memiliki dampak besar terhadap perdagangan dunia dan nasional interests negara BARAT, khususnya USA.
Disitulah negara USA mulai mengalihkan perhatian dan military hardwares di INDO-PACIFIC untuk menghadapi RRC dengan membuat dan memperluas perjanjian militer baru dengan beberapa negara di ASIA PACIFIC, termasuk dengan PAPUA NEW GUINEA, PHILLIPINE, NEW ZEALAND, AUSTRALIA, KOREA dan JEPANG.
Disamping itu, dengan kebijakan baru Xi Jinping, yakni:
“Anti-Foreign Nationalism” yang disebut “Espionage Law” (UU anti espionage) yg begitu broad, mengancam semua orang asing yang tinggal di China.
Orang ASING di RRC mulai takut akan menjadi korban kebijakan Xi Jinping.
Seperti pergi ke tempat tertentu dan mengambil photo saja, bisa dikategorikan melakukan tindakan espionage terhadap RRC dan bisa ditangkap under new Espionage law di RRC.
Hal ini yang membuat ratusan GLOBAL CORPORATIONS takut dan sudah mulai meninggalkan RRC.
Di USA juga ada UU AUDIT baru bernama S.945 Holding Foreign Companies Accountable Act yg lolos dari US CONGRESS untuk melawan perusahaan ASING di WALL STREET yang suka memanipulasi data perusahaan untuk bisa mendapatkan dana investment di WALL STREET, di Amerika Serikat (AS).
Tahun 2022 sudah ada 5 perusahaan BUMN milik RRC yang di keluarkan (delisting) dari WALL STREET, karena tidak mampu memenuhi tuntutan peraturan AUDIT baru di USA.
Tahun 2023, akan ada 270 perusahaan SWASTA milik orang CHINA yang akan dikeluarkan (delisting) dari Wall Street.
Artinya mereka tidak lagi memiliki access untuk mencari dana investasi dari WALL STREET.
Sekarang saja, dunia REAL ESTATE dan PERBANKAN di RRC sudah jeblok dan nyungsep.
Utang RRC mencapai $23 trillion dollar, ditambah $500 billion dollar utang pemerintahan Provinsi di RRC.
Lihat saja kondisi ekonomi dan kehidupan rakyat RRC saat ini, sudah sangat sulit dengan jumlah penggaguran yang sangat tinggi dan sebanyak 6.600.000 bangunan real estate kosong blong.
Bahkan banyak rakyat China yang menolak membayar cicilan rumah mereka dan itu terjadi hampir diseluruh RRC.
Ditambah dengan kaburnya ratusan global Corporations dari RRC karena takut menjadi korban UU ESPIONAGE LAW yang baru dikeluarkan oleh XI JINPING, ekonomi RRC kedepan akan sangat sulit.
Apalagi dengan dikeluarkannya sebanyak 270 perusahaan raksasa CHINA dari WALL STREET karena tidak mampu memenuhi persyaratan AUDIT baru negara Amerika Serikat (AS).
Itu semua akan membuat ekonomi RRC terus melemah dan nyungsep.
Dalam waktu 5, 10 atau 15 tahun kedepan, RUSSIA dan CHINA tidak akan bisa menikmati dan memiliki economic growth double digit, seperti pra COVID-19 dan pra perang di Ukraina.
Itulah mengapa RUSSIA dan RRC ngebet memperbesar jaringan BRICS.
Tetapi BRICS itu sendiri sudah bisa diprediksi akan gagal dengan berbagai variable dan faktor yang ada di dalamnya dari masing-masing anggota BRICS itu sendiri.
Ada 11 alasan mengapa BRICS akan gagal yang ada dalam link diatas.
Diantaranya adalah:
1). GDP negara BRICS itu sendiri tidak besar, yang paling besar itu hanya RRC.
GDP RRC itu juga made-up, tidak sebesar itu menurut penyelidikan para economist dunia, angka GDP RRC itu hanya manipulasi dari partai komunikasi China dengan 60% mark up.
2). Negara BRICS itu sendiri tidak akur satu sama lain, mereka sebenarnya saling membenci, saling berperang satu sama lain merebutkan batas territory, seperti:
✓). INDIA dengan RRC.
✓). RUSSIA dengan RRC.
✓). IRAN dan SAUDI ARABIA
3). Banyak dari negara BRICS itu sendiri masih banyak yang tergantung kepada negara BARAT, termasuk produk technology dari BARAT, senjata perang, obat-obatan, pendidikan dan sistem keuangan serta serta investasi dari BARAT.
Bila BARAT melakukan tindakan politik untuk mempersulit negara BRICS itu, seperti mengeluarkan dari SWIFT sistem, maka negara BRICS itu akan kalang kabut untuk bisa mudah melakukan transaksi export-import.
4). Daya beli atau buying power rakyat di negara BRICS tidak sebesar daya beli rakyat di negara BARAT, karena perbedaan standard living cost dan ekonomi.
Sehingga produk-produk yang dihasilkan oleh negara BRICS, tetap membutuhkan buyers, dan sejauh ini buyer terbesar adalah rakyat dari negara BARAT.
5). RRC CHINA sudah terbukti sering melakukan manipulasi terhadap currency dan RRC CHINA adalah negara KOMUNIS.
COMMUNISM is against CAPITALISM…!!!
Bagaimana mungkin negara BRICS yang ingin mengembangkan dunia capitalism tetapi tergantung pada mata currency yang dikuasai oleh negara KOMUNIS RRC CHINA yang against capitalism…???
Itu saja sudah sulit untuk bisa diterima akal sehat, mempercayai currency kepada negara KOMUNIS dibanding currency yang dimiliki oleh negara DEMOKRASI…???
Sebagai perbandingan.
Negara UNI EROPA dengan EURO yang lebih solid, satu rumpun, tidak terlalu banyak perbedaan dan memiliki GDP dan technology lebih besar dari BRICS, tidak mampu mengkudeta hegemony US DOLLAR, meski sudah berjalan selama 30 tahun.
Apalagi negara BRICS yang anggotanya saling berjauhan, tidak akur, saling membenci, saling berperang dan memiliki nasional interest yang berbeda-beda…???
BRICS akan tetap berjalan dan itu bisa dianggap sebagai MARKET baru bagi RUSSIA dan CHINA yang sudah kehilangan MARKET SHARE dari negara BARAT.
Tetapi apakah negara BRICS bisa menggantikan market share negara BARAT bagi produk RRC dan RUSSIA…???
Absolutely not.
INDIA dan CHINA sudah terbukti tidak mampu menggantikan oil dan gas market share negara EROPA bagi RUSSIA….!!!
Mengetahui hal ini, saya menyayangkan sekali sikap pejabat ditanah air yang tidak mampu membaca perubahan geopolitik global dan mengambil kesempatan itu untuk kepentingan rakyat Indonesia.
Sikap gangho dan sok tahu sendiri para pejabat ditanah air, khususnya PRESIDEN, MENKEU, MENLU dan MARVES tentang foreign direct investment (FDI) yang berkiblat kepada RRC dibanding dengan JEPANG dan BARAT, sangat disayangkan.
Ekonomi dan perdagangan dunia tidak lepas dari pengaruh dan kepentingan GEOPOLITIK masing-masing negara.
Meminta anggota G-20 pada pertemuan di Bali kemarin untuk memisahkan issue ekonomi dan issue geopolitik is as dumb as ever, karena tidak memahami nasional interest masing-masing negara.
It was just too naive and stupid to even entertain such a notion…!!!
Apa kesempatan itu…???
1). Sudah ada ribuan KORPORASI international yang sudah cabut dari RUSSIA dan RRC dan sedang mencari negara baru…???
2). Sayangnya, incaran KORPORASI INTERNATIONAL itu adalah negara INDIA, MEXICO dan BRAZIL.
3). Indonesia itu sebenarnya bisa menjadi negara ke 4 incaran KORPORASI INTERNATIONAL, tetapi Indonesia harus menghentikan korupsi, membuat aturan hukum yang pasti, sistem pengadilan yang fair, adil dan bisa dipercaya, tidak mudah disogok dan mirip sinetron, serta menciptakan stabilitas politik dalam negeri.
Itu kondisi yang harus diciptakan di Indonesia untuk membuat Indonesia attractive oleh para KORPORASI international…!!!
Indonesia selalu ketinggalan kereta karena pejabat dipemerintahan sok tahu, sok pinter tapi clueless…!!!
EDITOR: REYNA
Related Posts
Putusan HAMAS: ICJ menegaskan Israel melakukan genosida, menolak legalisasi permukiman
Laporan: Amazon berencana mengganti pekerja dengan robot
Penjelasan – Mungkinkah inovasi digital membentuk masa depan layanan kesehatan di Afrika?
Kecerdasan buatan akan menghasilkan data 1.000 kali lebih banyak dibandingkan manusia
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
weed in cannesNovember 6, 2024 at 6:10 am
… [Trackback]
[…] Read More Information here on that Topic: zonasatunews.com/internasional/11-alasan-mengapa-brics-akan-gagal-sangsi-ekonomi-barat-dan-perang-di-ukraina-akan-terus-membuat-keuangan-russia-dan-china-semakin-melemah/ […]
BAUJanuary 2, 2025 at 11:55 pm
… [Trackback]
[…] Info on that Topic: zonasatunews.com/internasional/11-alasan-mengapa-brics-akan-gagal-sangsi-ekonomi-barat-dan-perang-di-ukraina-akan-terus-membuat-keuangan-russia-dan-china-semakin-melemah/ […]
webcamsJanuary 14, 2025 at 9:56 am
… [Trackback]
[…] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/internasional/11-alasan-mengapa-brics-akan-gagal-sangsi-ekonomi-barat-dan-perang-di-ukraina-akan-terus-membuat-keuangan-russia-dan-china-semakin-melemah/ […]