Mendayung Diantara Banyak Karang

Mendayung Diantara Banyak Karang
Dubes Muhammad Najib menerima penghargaan dari Majalah Economica Spanyol, sebagai salah satu diplomat terbaik

Oleh: Dr. Muhammad Najib, Dubes RI di Madrid

(Disampaikan pada Kuliah Umum Mahasasiswa FISIP S1, S2, dan S3 UNAS Jakarta, hasil Kerjasama UNAS Jakarta, AIPI, dan KBRI Madrid, pada 15 Juli 2023)

Judul ini terinspirasi dari pidato Bung Hatta pada tahun 1948 yang menggambarkan politik Luar Negri RI, tidak harus memilih salah satu dari dua poros besar waktu itu: AS dan Russia.

Meskipun kini dunia sudah berubah menjadi multipolar (bukan lagi bipolar saat Hatta menyampaikan gagasannya), pandangan Bung Hatta ternyata masih hidup bahkan semakin relevan pada saat ini.

Pemerintahan Global

Sistem pemerintahan di tingkat global saat ini, sejatinya merupakan warisan dari pasca Perang Dunia ke-2.

Para pemenang yang diwakili 5 negara mendominasi warnanya, terlihat dari Hak Veto yang diberikan kepada AS, Russia, Inggris, Peramcis, dan Tiongkok.

Badan-badan yang dibentuknya sebagai bagian dari organ PBB tersebar di kawasan AS dan Eropa, seperti: Markas Besar PBB di New York, sedangkan yang lainnya berada: Inggris, Perancis, Belanda, dan sejumlah negara lain.

Munculnya Persaingan diantara Para Pemenang dan Lahirnya Dunia yang Bipolar

Persaingan AS vs Russia

Dalam politik dan ekonomi, Russia membentuk blok Uni Soviet, sedangkan Amerika membentuk blok Kapitalis bersama Eropa Barat yang dikenal dengan sebutan Sekutu.

Dalam Dunia Militer, Russia membentuk Pakta Warsawa, sedangkan Amerika membikin NATO.

Kedua kelompok berebut pengaruh di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, baik secara politik, ekonomi, maupun militer.

Saling Mengalahkan antara Russia dan AS

Medan Pertarungan Paling Seru Terjadi di Timur Tengah (MENA) baik secara politik, ekonomi, maupun militer.

Libia, Suriah, Irak, dan Yaman berafiliasi ke Uni Soviet, sedangkan Israel, Yordania, Turki, dan sejumlah negara Teluk ke Amerika, sementara Mesir sebagai negara Arab paling penting secara politik dan militer brubah-ubah sikap.

Di Amerika Latin Sebagian besar berkiblat ke Uni Soviet dimana Kuba berada di barisan terdepan.

Di Asia, Amerika dikalahkan di Vietnam sedangkan Uni Soviet dikalahkan di Afghanistan.

Memasuki Era Multipolar

Bubarnya Uni Soviet dan Pakta Warsawa akibat kekalahannya di Afghanistan menempatkan Amerika dan sekutunya menjadi satu-satunya Super Power di Dunia.

Munculnya persaingan ekonomi secara diam-diam antara negara-negara yang tergabung di Uni Eropa dengan AS, dan diantara anggota UE sendiri yang bermuara pada Brexit melahirkan peta ekonomi baru.

Munculnya Tiongkok sebagai kekuatan baru secara ekonomi, politik, dan militer mulai mengancam dominasi negara-negara yang sebelumnya mendominasi panggung global.

Jerman, Jepang, Korea Selatan, India, dan sejumlah negara yang sebelumnya kurang diperhitungkan, kini muncul sebagai kekuatan ekonomi baru yang ikut mempengaruhi peta ekonomi dunia.

Pengaruh Perkembangan Sain & Teknologi

Perkembangan luar biasa sain & teknologi terutama yang terkait dengan Teknologi Digital, Internet, Big Data, AI, dst melahirkan banyak pengusaha dan perusahan baru yang memberikan pengaruh langsung terhadap ekonomi, politik, juga militer.

Bagaimana Indonesia Harus Menyikapinya ?

Politik bebas aktif bukan saja harus dipertahankan, bahkan harus ditingkatkan baik terkait kebebasannya maupun keaktifannya.

Memperkuat posisi dengan terus menjalin hubungan kerjasama dengan negara-negara yang memiliki sikap sama secara bilateral, regional, maupun global dengan prinsip saling menguntungkan (selain ASEAN, juga non blok, OIC, dll).

Proaktif dan mengambil inisiatif dalam berbagai organisasi regional maupun global, serta di banyak forum internasional.

Mengkampanyekan prinsip-prinsip multilateralisme dalam pergaulan global dengan semangat maju bersama dan menang bersama.

Tantangan

Sejumlah negara yang ingin memaksakan kehendak baik karena alasan kepentingan nasional maupun akibat tekanan politik di dalam negeri mengembangkan sikap unilateralisme (sepihak) dengan mengabaikan kepentingan negara lain.

Prinsip unilateralisme dalam politik ataupun ekonomi dapat bermuara pada apa yang dikenal dengan istilah preemtive dalam tindakan militer.

Munculnya sikap double standard baik dalam politik, praktik demokrasi, hukum, HAM, lingkugan hidup, ekonomi, juga militer, dsb.

Persaingan antar negara khususnya dalam bidang ekonomi semakin keras dan langsung bahkan tidak jarang diikuti oleh sikap politik dan tindakan militer.

Persaingan dan perebutan pengaruh antara Tiongkok vs AS & Sekutunya di wilayah Laut China Selatan, bukan saja meningkatkan ketegangan di Kawasan, tetapi juga dapat menjadi titik api baru yang akibatnya bisa langsung terhadap Indonesia.

Masa Depan Kita

Faktor internal: Ditentukan oleh kemampuan kita dalam mengkonsolidasi potensi yang kita miliki, baik yang berupa potensi alam yang kaya, posisi strategisnya secara geografis, dan sumberdaya manusia yang besar.

Faktor External: Ditentukan oleh kemampuan kita memanfaatkan setiap situasi dan peristiwa baik di tingkat regional maupun global untuk kepentingan nasional.

Menurut Kishor Mahbubani yang dikutif dan dirujuk banyak pemikir dan praktisi di Eropa dan Amerika.

Dia meyakini, masa depan dunia berada di Asia, khususnya yang berada di Pantai Timur Asia, dimana Indonesia berada pada posisi paling Selatan.

Potensi Alamiah yang Belum Terkelola Secara Baik

Tanah yang subur belum bisa menghasilkan pertanian dan perkebunan yang efisien, produktif & kompettitif.

Laut yang luas dan kaya belum bisa menghasilkan industri perikanan yang maju & modern.

Alamnya yang kaya dengan mineral penting yang dibutuhkan dunia industri modern belum bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Posisi geografisnya yang strategis belum dikapitalisasi untuk keuntungan ekonomi dan politik Penduduknya yang besar belum menjadi tenaga kerja yang terampil yang siap berkompetisi dengan bangsa lain.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K