Oleh: Muhammad Chirzin
Guru Besar UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta
“Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Quran.”
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ
Sungguh engkau benar-benar berakhlak agung. (QS Al-Qalam/68:4)
وَٱلَّذِينَ ٱهۡتَدَوۡاْ زَادَهُمۡ هُدٗى وَءَاتَىٰهُمۡ تَقۡوَىٰهُمۡ
Mereka yang mengikuti petunjuk, Ia akan menambah petunjuk bagi mereka dan memperkuat ketakwaan mereka (QS 47:17)
وَمَا يَذۡكُرُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُۚ هُوَ أَهۡلُ ٱلتَّقۡوَىٰ وَأَهۡلُ ٱلۡمَغۡفِرَةِ
Tak seorang pun akan mengingat, kecuali dengan kehendak Allah: Dialah Yang layak tempat bertakwa dan Yang layak memberi pengampunan (QS 74:56)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ ٱتَّقِ ٱللَّهَ وَلَا تُطِعِ ٱلۡكَٰفِرِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقِينَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمٗا
Hai Nabi! Takutlah kepada Allah dan janganlah ikuti kaum kafir dan kaum munafik (QS 33:1)
إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحۡسِنُونَ
Sungguh Allah bersama mereka yang bertakwa dan mereka yang mengerjakan amal kebaikan (QS 16:128).
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخۡشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقۡهِ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ
Siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang yang menang (QS 24:52).
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sesungguhnya, dan janganlah mati kecuali dalam Islam (QS 3:102).
Takwa ialah memelihara hubungan yang baik dengan Tuhan, bukan saja karena takut, tetapi lebih lagi karena ada kesadaran diri sebagai hamba; memelihara diri jangan sampai terperosok pada suatu perbuatan yang tidak diridhai Tuhan.
Takwa ialah meninggalkan apa yang dilarang dan mengerjakan apa yang diperintahkan menurut kadar kemampuan.
Takwa membersihkan jiwa dan memberikan kemampuan untuk melakukan perbaikan di bumi.
Takwa ialah menunaikan segala yang diperintahkan dan menjauhi yang diharamkan. “Bertakwalah kepada Allah sepenuh kemampuan.” (64:16)
Takwa ialah meninggalkan segala dosa dan kemaksiatan serta melakukan ketaatan sepenuh kemampuan.
Takwa ialah memenuhi kewajiban dan menjaga diri dari kejahatan.
Takwa artinya melindungi atau menjaga diri dengan sangat dari dosa, atau dari sesuatu yang merugikannya di akhirat.
Takwa ialah menghindari segala yang membahayakan diri manusia dan keberadaan manusia dalam jangka pendek dan jangka panjang; menghindari penghalang antara manusia dan maksud-maksud yang mulia, tujuan-tujuan yang baik serta kesempurnaan yang dapat dicapai.
Takwa ialah menghindarkan sebab-sebab duniawi yang merintangi kesempurnaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat menurut sunatullah yang berlaku di dunia, seperti kemenangan atas musuh, menjadikan kalimat Allah menjulang tinggi dan kalimat orang kafir terpuruk.
Bertakwalah sedemikian rupa, sehingga kamu tidak meninggalkan satu hal pun yang sebenarnya kamu mampu.
Takwa berarti: (1) takut kepada Allah, permulaan kearifan [ra`sul-hikmati makhafatullah]; (2) menahan atau menjaga lidah, tangan dan hati dari segala kejahatan; (3) ketaatan dan kelakuan yang baik.
Bertakwa kepada Allah ialah takut melanggar ketentuan-Nya yang suci. Takut demikian sama dengan cinta, sebab dengan itu timbul pula kesadaran tentang kecintaan Allah kepada semua makhluk-Nya.
Orang yang takwa memiliki mekanisme atau daya penangkal terhadap kejahatan yang merusak diri sendiri dan orang lain.
Orang bertakwa ialah orang yang bersih jiwanya sehingga ia dapat mencapai petunjuk Allah, siap sedia mengikuti kebenaran dan beramal demi keridhaan Allah sesuai dengan tingkat kesanggupan dan kemampuan berpikirnya.
Orang yang taqwa memelihara fitrahnya dari segala yang dapat merusaknya, dan mendindinginya dengan pancaran kebenaran.
Buah takwa ialah tercapainya kemampuan untuk membedakan dan memisahkan antara apa yang harus diterima dan apa yang harus ditolak.
Rasulullah SAW bersabda, “Man ahabba an yakuna akramannasi falyattaqillah; waman ahabba an yakuna aqwannasi falyatawakkal ‘alallah; waman ahabba an yakuna aghnannasi falyakun bima fi yadillah autsaqa minhu bima fi yadihi.”
Ali RA berkata, “At-taqwa tarkul-ishrar ‘alal-ma’shiyah wa tarkul-ightirar bith-tha’ah.”
Ibrahim bin Adham berkata, “At-taqwa: an la yajidal-khalqu fi lisanika ‘aiban; walal-malaikatul-muqarrabun fi af’alika ‘aiban; wala malakul-‘arsy fi sirrika ‘aiban.”
Al-Waqidi berkata, “At-taqwa: an tuzayyina sirraka lilhaqqi kama zayyanta zhahiraka lilkhalqi.”
Abu Hurairah bertanya tentang takwa, maka Rasulullah saw menjawab, “Pernahkah engkau bertemu jalan yang banyak duri dan bagaimana tindakanmu waktu itu?” Abu Hurairah menjawab, “Bila aku melihat duri, aku mengelak ke tempat yang tidak ada durinya atau aku langkahi, atau aku mundur.” Rasulullah pun berkata, “Itulah takwa.” (HR Abud-Dunya).
Rasulullah saw bersabda, “La yablughul-‘abdu an yakuna minal-muttaqina hatta yada’a ma la ba`sa bihi hadzaran lima bihil-ba`su.” (Ibnu Majah).
Rasulullah saw bersabda, “Inni la`a’rifu kalimatan.” Waqala utsmanu, “Ayatun lau akhadzan-nasu kulluhum biha lakafathum.” Qalu, “Ya rasulallah, ayyatu ayatin?” Qala, “Waman yattaqillaha yaj’al lahu makhrajan.” (Ibnu Majah).
Ciri-ciri internal pribadi muttaqin:
1. Menegakkan shalat (2:1-5; 2:177; 6:72; 20:132);
2. Berpuasa (2:183);
3. Tabah, dapat menahan diri dan sabar dalam penderitaan, kesengsaraan dan suasana kacau (2:177; 3:17; 3:120; 3:125; 7:128; 11:49; 16:127);
4. Memohon ampun atas segala dosa (3:17; 3:133; 3:135; 7:155);
5. Ingat nikmat Allah dan bersyukur kepada-Nya (3:103; 123);
6. Menghindari keburukan (5:100);
7. Menghalalkan yang halal (5:88; 7:157; 8:69);
8. Mengharamkan yang haram (5:96; 7:157);
9. Menjauhi riba (2:278;3:130);
10. Dapat menahan amarah (3:134);
11. Tidak meneruskan perbuatan dosa (3:135);
12. Menutup aurat (7:26);
13. Memohon pertolongan kepada Allah (7:128; 7:156);
14. Tidak khawatir (7:35; 10:62-63);
15. Tidak sedih (7:35; 10:62-63; 16:127; 48:26);
16. Bertawakal kepada Allah (62:3);
17. Menghindari pikiran jahat dari setan (7:201);
Ciri-ciri eksternal pribadi muttaqin:
1. Beramal saleh (38:28);
2. Mengeluarkan zakat dan membagi rezeki demi kesejahteraan orang lain (2:1-5,177; 3:17; 3:134; 7:156);
3. Memenuhi dan menepati janji (2:177; 3:76; 9:4; 9:7);
4. Benar dan jujur dalam kata dan perbuatan (3:17; 9:7; 9:119);
5. Mengerjakan amal kebaikan (5:93; 16:128);
6. Mengajak kepada kebaikan (3:104);
7. Menyuruh orang berbuat benar (3:104; 7:157);
8. Melarang berbuat mungkar (3:104; 6:51; 6:69; 7:157; 19:97);
9. Waspada terhadap nasib keturunan di masa depan (2:180; 4:9);
10. Menghindari orang tak beriman menjadi pelindung (3:28; 5:57);
11. Dapat memaafkan orang (3:134);
12. Berlaku adil (5:8);
13. Memelihara hubungan baik antar sesama (2:224; 3:105; 3:200);
14. Berjuang di jalan Allah (5:35).
EDITOR: REYNA
Related Posts
Pancasila Sebagai Sumber Moral dan Spiritual Bangsa
Orang Berstatus Bebas Bersyarat Tak Boleh Jadi Calon Perangkat Desa, Ini Penjelasan Hukumnya
Berjihad Melawan Korupsi, Menyelamatkan Hak Anak Indonesia Menuju Indonesia Emas
Habib Umar Alhamid: Prabowo Pantas Ajak TNI dan Rakyat untuk Bersih-bersih Indonesia
HIPKA Tegas Tolak Politisasi Hukum Demi Stabilitas Pembangunan Ekonomi Kalbar
Skandal Tirak, Ketua BPD Nilai Rizky Putra “Mbah Lurah” Belum Layak Sebagai Calon Karena Belum Bebas Murni
Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana
Reformasi Polisi dan Kebangkitan Pemuda: Seruan Keras Dr. Anton Permana di Hari Sumpah Pemuda
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
PT Soechi Lines Tbk, PT Multi Ocean Shipyard dan PT Sukses Inkor Maritim Bantah Terkait Pemesanan Tanker Pertamina
No Responses