Koordinator Aliansi BEM Seluruh Indonesian Kecam Aksi Premanisme Aparat

Zonasatu News –Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28E ayat (3) menyatakan, “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”

Negara kita mengamanatkan kebebasan berpendapat setiap warga negaranya dan menjadikan kebebasan pendapat sebagai hak mendasar setiap manusia (Fundamental Right).

“Namun melihat peristiwa yang baru-baru ini terjadi, peristiwa yang mampu menggores perasaan mahasiswa se-Indonesia ketika mahasiswa tidak dimanusiakan, ketika berpendapat adalah hal yang mengerikan, ketika suara-suara di balas kekerasan”, kata Koordinator BEM Seluruh Indonesia, M Fauzul Adzim kepada zonasatu pagi ini Sabtu (22/9).

Aksi premanisme dimaksud diantaranya peristiwa yang menimpa :

1. Mahasiswa di medan berunjukrasa di depan Kantor DPRD Sumut Kamis (20/9/2018) berujung ricuh. Bahkan seorang dari demonstran sampai terluka dan berlumuran darah menahan rasa sakit di bagian wajahnya diduga terkena hantaman benda keras. Wajahnya tampak bonyok, sambil memegangi wajahnya mahasiswa tersebut mengaku hanya berdiri dan tidak ikut berdemo, namun tiba-tiba dipukul aparat polisi.

2.Bengkulu. Aparat kepolisian Bengkulu, mengamankan dan menangkapi sejumlah mahasiswa yang menggelar aksi unjuk rasa menuntut Presiden Joko Widodo mundur dari jabatannya.

Aksi digelar pada Selasa (18/9) kemarin, di depan Gedung DPRD Bengkulu. Tak hanya menangkap, polisi juga terlihat memukuli massa mahasiswa.

3. Terjadi pemukulan terhadap perempuan yang sedang melakukan unjuk rasa.

Melihat peristiwa yang dapat merusak kondisi demokrasi negara ini  Aliansi Badan Eksekutid Mahasiswa Seluruh Indonesia menyatakan :

Pertama, sangat  kecewa. Dalam hal ini terhadap pihak kepolisian yang merupakan representasi pemerintahan dalam memperlakukan warga negaranya dengan tidak manusiawi dan kami meminta kapolri dan presiden Indonesia meminta maaf kepada seluruh mahasiswa Se-Indonesia secara langsung di hadapan publik.

Kedua, menuntut kepada pemerintah untuk mempertegas garis demokrasi negara kita yang memaknai suara rakyat adalah suara tuhan  “Vox Populi Vox Dei” dan menjaga garis garis demokrasi yang telah ditetapkan Rakyat!

Ketiga, mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian dan meminta kelada kapolri untuk mencopot jabatan setiap polisi yang memukul, menginjak, merusak hak-hak demorasi warga negara indonesia.

Keempat,  mengecam segala bentuk pengebirian demokrasi, ancaman-ancaman, premanisme, regulasi-regulasi yang mengkoptasi kegiatan mahasiswa di dalam kampus ataupun diluar kampus yang mengakibatkan ruang-ruang aspirasi di belenggu.

Kelima, BEM SI menghimbau kepada seluruh mahasiswa indonesia untuk bersatu, menghilangkan ego, menghilangkan sekat-sekat curiga dan mengedepankan persatuan mahasiswa Indonesia serta menguatkan soliditas perjuangan mahasiswa. Satu di bungkam, seribu melawan!

“Ingat kawan, mahasiswa tidak bisa terdiam, mahasiswa tidak bisa nyaman ketika rakyat itu tidak nyaman, kalau ada yang menfitnah kita di tunggangi sampaikan bahwa politik kita adalah politil nilai“, tegasnya, seperti tertulis dalam pernyataan sikap resminya.

Terakhir, pernyataan yang ditanda tangani Koordinator Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia 2018, Muhammad Fauzul Adzim, yang juga Presiden Mahasiswa Universitas Lampung,  mengajak seluruh Mahasiswa Indonesia untuk bersatu dalam menjaga demokrasi yang telah kita jaga bersama, hilangkan sekat-sekat organisasi, gerakan dan ideologi! Kita semua satu! Kita harus menjaga demokrasi kita dan memperjuangkan hak-hak Rakyat Indonesia.

Related Posts