David Hearst: Perang Ini Bisa Meruntuhkan Israel

David Hearst: Perang Ini Bisa Meruntuhkan Israel
David Hearst, pemimpin redaksi Middle East Eye

ZONASATUNEWS.COM, GAZA – David Hearst, pemimpin redaksi Middle East Eye, berpendapat bahwa perang di Gaza ini bisa menjadi akhir dari Israel

“Ini merupakan kesalahan perhitungan yang mengejutkan bagi Israel, selain merupakan bencana moral dan hukum, namun juga merupakan bencana militer,” katanya.

Setelah hanya 2 bulan pemboman di Gaza, Israel telah membunuh dan melukai jumlah orang yang kira-kira sama dengan jumlah orang yang tewas dalam empat bulan selama invasi ke Lebanon pada tahun 1982, namun tingkat kehancurannya jauh lebih tinggi.

Kita hanya akan tahu kapan gencatan senjata diumumkan, tapi menurut analis militer, di Gaza Utara 68% bangunan telah hancur, sebanding dengan pemboman Sekutu di Hamburg, Cologne, dan Dresden (dimasa perang Dunia II).

Israel telah membom hampir 20.000 warga Palestina, 70% di antaranya adalah wanita dan anak-anak. Namun karena haus darah Israel masih belum terpuaskan karena (dendam) akibat serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023.

Pemukim Israel minta Gaza dihapus

Daniel, Wakil Kepala dari gerakan pemukim Israel mengatakan bahwa Gaza harus dihapus sehingga pemukim dapat melihat laut tidak seperti pengepungan Beirut atau pembantaian tahun 1982 di kamp pengungsi Sabra dan Shatila.

Pemboman malam hari di Gaza disiarkan langsung oleh Al Jazeera, jutaan orang Arab menangisi diri mereka sendiri saat  menyaksikan adegan horor secara real time dan hal ini mempunyai efek mengerikan pada opini publik di Timur Tengah, juga tentunya di Palestina sendiri.

Jajak pendapat Khalil Shikaki menemukan bahwa 72% koresponden percaya bahwa Hamas benar dalam melancarkan serangannya pada tanggal 7 pada bulan Oktober dengan 82% warga Tepi Barat mendukungnya, dan pada saat yang sama, dukungan terhadap Otoritas Palestina menurun drastis.

Khalil Shikaki

Shikaki menemukan bahwa 60% warga Tepi Barat menginginkan agar Otorita dibubarkan. Hal yang sama juga terjadi di negara-negara Teluk yang telah atau sedang mempertimbangkan dengan serius untuk menormalisasi hubungan mereka dengan Israel bahkan di Arab Saudi yang penguasanya Putra Mahkota Muhammad bin Salman terbang ke Israel secara diam-diam untuk menarik perhatian Donald Trump dalam kebangkitannya ke tampuk kekuasaan.

96% warga negara Saudi percaya negara-negara Arab harus menghentikan hubungan intim mereka dengan Israel, Survei yang dilakukan pada hari Jumat (22/12/2023) lalu juga menemukan bahwa 40% masyarakat Saudi menyatakan sikap positif terhadap Hamas dan hal ini dibandingkan dengan hanya 10% pada bulan Agustus sebelum perang dimulai.

Serangkaian penilaian cerdas mengkonfirmasi kenaikan popularitas Hamas yang meroket sejak dimulainya perang. Para pejabat AS kini mengakui bahwa Hamas telah berhasil memposisikan diri sebagai pembela perjuangan Palestina dan pejuang yang efektif melawan Israel.

Jadi, sementara Israel dan kekuatan militernya memikirkan kemenangan dalam kaitannya dengan jumlah warga Palestina yang telah mereka bunuh dan jumlah rumah yang telah mereka hancurkan, Hamas justru meningkatkan jangkauan serangan mereka.

Hal ini merupakan berita buruk bagi siapa pun yang berpikir bahwa mereka dapat memaksakan penguasa sementara atas Gaza yang telah hancur dan hal ini mencakup sebagian besar pemerintah di dunia barat, namun ini adalah berita yang lebih buruk lagi bagi pemerintah Israel atau pemerintah mana pun di masa depan.

Sedang meletakkan dasar bagi perang selama 50 tahun lagi

Generasi-generasi Palestina bangsa Arab dan Muslim tidak akan melupakan barbarisme yang dilakukan Israel saat ini. Jalur Gaza, yang merupakan salah satu kamp pengungsi besar, kini menjadi wilayah suci. Perang ini merupakan kesalahan perhitungan yang sangat mencengangkan bagi Israel.

Selain merupakan bencana moral dan hukum, bencana ini juga merupakan bencana militer, mengingat perlawanan tersebut memiliki popularitas dan status yang belum pernah terdengar selama beberapa dekade di dunia Arab.

“Mot Hamas” yang dalam bahasa Ibrani adalah keruntuhan Hamas adalah slogan dan nama Kamp Perang Israel. Sekarang kita bisa merevisinya untuk membaca Mot Israel (Keruntuhan Israel), karena itulah dampak yang mungkin ditimbulkan oleh perang ini.

Saksikan videonya dubawah ini:

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K