Oleh: Jilal Mardhani
Agaknya yang sudah terang-terangan mendapuk diri sebagai ‘partai Jokowi’, tersingkir juga dari barisan legislator yang masuk ke Senayan nanti.
Alhamdulillah.
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
Prakiraan yang berkemungkinan besar jadi kenyataan itu, membuktikan kalau masyarakat pemilih kita gak naif-naif amat.
Miskin iya tapi gak bodoh.
Walau PSI — begitulah sebutan Partai Solidaritas Indonesia itu — sudah mengaku diri sebagai partainya Jokowi. Presiden Indonesia yang penuh kontroversi dan digadang-gadang tetap memiliki approval rating tinggi.
Walaupun mereka sudah menempatkan Kaesang, putranya yang penjual martabak dan pisang goreng, jadi ketua. Dengan cara super kilat yang seumur hidup Indonesia, belum pernah terjadi.
Walaupun poster dan baliho yang memajang wajah bapak-beranak tersebut sudah tersebar secara terstruktur, sistematis, dan masif dari Sabang hingga Marauke, Miangas ke Pulau Rote.
Kayaknya tetap keok juga, tuh!
Uuhuuyyyy.
* * *
Berdasarkan hitung cepat Litbang Kompas, PSI merupakan bagian dari kesepuluh partai politik yang bakal tak masuk ke Senayan. Mereka belum dan juga tak pantas mengisi kursi-kursi legislator Indonesia hingga 2029 mendatang. Posisi terhormat wakil rakyat yang berpeluang dan amat mungkin mempengaruhi arah perjalanan kehidupan bangsa yang besar dan majemuk ini.
Dari sigi Litbang Kompas, partai-partai pengusung Prabowo-Gibran yang lolos, cuma mengantongi 42,3 persen suara. Sedangkan 3 parpol pendukung Anies-Muhaimin kira-kira 29,1 persen. Sementara satu-satunya partai yang menjagokan Ganjar-Mahfud tapi lolos ke Senayan, PDIP, dapat 16,3 persen. Walau masih tersisa kemungkinan melonjak hingga lebih 20 persen jika PPP lolos. Memang dari prakiraan sementara, partai itu ‘kalah tipis’. Kurang 0,13 persen dari ambang batas. Masih mungkin ‘tertolong’ margin error kan?
Dengan maupun tanpa PPP, partai-partai pendukung Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud sangat memungkinkan berkoalisi untuk menantang kezaliman yang menyingkirkan mereka berdua. Dengan memilih jadi opisisi kekuasaan eksekutif yang kemungkinan besar dimenangkan Prabowo-Gibran.
Gabungan kedua kubu itu kira-kira mengantongi 45,4 persen suara. Apalagi jika PPP yang kemarin turut mengusung Ganjar-Mahfud, lolos. Senayan sangat mungkin mereka kuasai.
Jika selama ini ditengarai banyak kalangan, Jokowi menguasai instrumen ‘penyanderaan’ — hingga mereka enggan berkutik walau sudah memamerkan beragam tingkah-polah yang kebangetan — kini situasi amat sangat memungkinkan berbalik 180 derajat.
Semoga partai-partai pendukung Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang kemarin semestinya sudah merasakan sakitnya ‘terzalimi berjamaah’, tak serta-merta melupakan semua itu. Tak mudah tergiur rayuan gombal yang sangat mungkin ingin dilancarkan Jokowi maupun kubu Prabowo-Gibran.
Indonesia sedang memiliki harapan menemukan titik balik sejarah kebangsaannya yang kemarin terseok. Jika dan hanya jika pendukung Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud bisa bersatu. Membuktikan kesaktian motto ‘Bhinneka Tunggal Ika’ yang konon dikutip PBB kemarin. Untuk mempersatukan bangsa-bangsa dunia melawan tirani.
Kalian sangat berpeluang menyandera balik Joko Widodo dan rezim pengikutnya. Demi mempersatukan kembali kejayaan bangsa dan negara kita.
Tahan sedikit lagi rasa sakit itu.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Quo Vadis Kampus Era Prabowo
Habib Umar Alhamid: Prabowo Berhasil Menyakinkan Dunia untuk Perdamaian Palestina
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Kelemahan Jokowi
No Responses