Oleh: Bilmar RG
Memahami angka 58.59% bagi kita yang berakal dan memiliki pengetahuan empirik sederhana secara kasat mata bahwa pengetahuan kita ini tidak masuk akal, kecuali hasil akal akalan 58%.
Mengapa tidak masuk akal?
Pertama, empirik Pilpres langsung 2004 di ikuti 4 paslon dimana Paslon Capres / Cawapres Megawati dan KH. Hasyim Muzadi hanya mendapat kan 26,6%, pada hal Megawati adalah incumbent.
Lalu Pilpres 2009 di ikuti dua Paslon yaitu SBY-Budiono dan Paslon Megawati-Prabowo. Paslon SBY-Budiono menang dengan satu putaran 60%.
Kemudian Pilpres 2019 di ikuti dua Paslon yaitu Jokowi-MA dan Prabowo-Sandi. Jokowi- MA hanya bisa menang satu putaran 55% pada hal Jokowi incumbent.
Lalu Pilpres 2024 di ikuti 3 paslon kok bisa menang 1 putaran dengan angka fantastis 58.59%, masih kah kita sehat berpikir?
Dari mana 58.59%? Apakah benar benar suara elektoral atau suara asupan?
Secara kasat mata yang kualitatis Terstruktur, Systimatis dan Massive atau TSM. TSM tidak membicara kan kwantitative 58.50% akan tetapi kita bicara soal aturan konsititusi sebagai syarat mutlak mendapatkan 58.59%.
Relasi bersifat TSM terhadap kemenangan 1 putaran 58.59% oleh paslon 2 mutlak dan wajib didiskualifikasi bila secara kasat mata terlihat, terjadi, ada, terbuplikasi dan terekam.
Dan Relasi TSM terhadap satu putaran 58.59%secara kasat mata adalah :
1. Relasi Ketua MK dengan Jokowi
2. Relasi MKMK 90 dengan Gibran
3. Relasi MKMK90 dengan UU 7 thn 2017
4. Relasi Jokowi dengan Prabowo
5. Relasi Jokowi dengan Gibran
6. Relasi Jokowi dengan Paslon 02
7. Relasi lembaga Negara dengan Paslon 02
8. Relasi Quick Count dengan 58.59%
9. Relasi lembaga survei dengan 02
10. Relasi KPU dengan paslon 02
11. Relasi 498.6 Triliun dengan 58.59%.
Relasi-relasi ini menurut pendapat saya, Team Hukum Paslon 01 dan 03 secara kasat mata dengan mudah bisa mereka buktikan relasi-relasi TSM ini.
Saya berpendapat untuk membuktikan relasi-relasi TSM ini tidak perlu team hukum hebat hebat cukup lawyer lawyer muda, jujur dan berintegritas tinggi.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Quo Vadis Kampus Era Prabowo
Habib Umar Alhamid: Prabowo Berhasil Menyakinkan Dunia untuk Perdamaian Palestina
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Kelemahan Jokowi
No Responses