Haji Non Kloter Atau Haji Mandiri Semakin Membesar

Haji Non Kloter Atau Haji Mandiri Semakin Membesar
Agus Mualif Rohadi (tengah) sedang naik haji

Oleh: Agus Mualif Rohadi

 

Beberapa hari di Madinah, dalam kesempatan shalat di masjid Nabawi, beberapa kali saya bertemu dengan jamaah haji Indonesia non kloter atau Haji Mandiri.

Ada yang berangkat dari Jakarta, Makassar, bahkan dari NTB. Rupanya cukup banyak travel yang terbukti mampu memberangkatkan haji non kloter ini.

Bahkan ada travel dari Jakarta yang memberangkatkan para polisi dan keluarganya dengan jumlah jamaah sebanyak 400 orang. Setara jumlah jamaah haji untuk 1 kloter pemberangkatan. Bukan main. Travelnya asti mempunyai jaringan bisnis yang sangat baik dengan pebisnis arab saudi untuk penyediaan hotel, transportasi, dll. Pekerjaan yang tidak mudah, mengingat musim haji adalah musim paling sibuk bagi transportasi, perhotelan, catering, dll di Arab Saudi.

Mencari celah kosong untuk mendapatkan penginapan dan transportasi yang telah menjadi langganan pemerintah, puluhan tahun telah menjadi langganan pengelola haji pemerintah.

Dengan semakin banyaknya pemberangkatan jamaah haji non kloter ini, pasti pemerintah sudah tahu. Saya lihat bahwa pemerintah mengetahui namun menutup mata. Hal ini merupakan kemajuan sikap pemerintah dari tahun sebelumnya.

Kebijakan Pemerintah Arab Saudi membuka lebih luas haji, umroh dan ziarah ini juga menguntungkan negeri tetangganya. Qatar, Oman, Turki adalah negara yang ikut menerima manfaat dari kebijakan pemerintah arab saudi ini. Paling tidak maskapai penerbangan dari negera tersebut telah memanfaatkannya. Jamaah haji non kloter menggunakan pesawat Qatar Air, Oman Air, Turki Air dengan transit di Abudabi, Muscat Oman, Istambul kemudian masuk arab saudi dengan landing di Riyadh.

Pemerintah tentu sudah tahu. Dan saatnya memikirkan manfaat perubahan kebijakan pemerintah arab saudi untuk mengatasi kelemahan pemberangkatan jamaah haji kloter yang telah menimbukan urutan yang semakin sulit dinalar. Bisa bisa anak Indonesia baru lahir langsung didaftarkan naik haji supaya dapat berangkat haji di umur 30 tahun sampai 40 tahun.

Saya menyaksikan saat ini jamaah haji kloter Indonesia mayoritas sudah diatas umur 55 tahun bahkan saya sering ketemu jamaah haji berumur 70 tahun keatas. Jadi mayoritas jamaah haji kloter adalah manula 60 tahun – 70 tahun yang ini mempunyai resiko kesehatan cukup tinggi. Meskipun pemerintah Arab Saudi semakin baik layanannya, namun ibadah thawaf, sa’i dan jamarat adalah ibadah fisik yang membutuhkan ketahanan fisik lumayan. Jumlah jutaan orang menghasilkan situasi berdesakan yang lumayan berat bagi manula.

Artinya jemaah haji non kloter adalah terobosan untuk secara berangsur angsur, mungkin membutuhkan waktu 20 tahun atau lebih, dapat berperan mengatasi masalah pemberangkatan haji Indonesia agar tidak didominasi manula.
Pemerintah sudah saatnya merangkul pengusaha travel untuk bekerjasama dalam pemberangkatan haji non kloter. Toh tidak mengganggu jumlah kuota haji yang ditetapkan untuk Indonesia. Jika ada yang merasa bisnisnya terganggu dengan adanya jamaah haji non kloter atau mandiri, mereka harus disadarkan bahwa kue dari kegiatan haji mereka itu tidak akan betkurang.

Allahu’alam bissawab.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K