Oleh: Budi Puryanto
Pemimpin Redaksi
Sufmi Dasco Ahmad, salah satu tokoh penting Partai Gerindra, menjadi perbincangan setelah tidak ditunjuk sebagai menteri dalam kabinet Merah Putih dibawah pemeirntahan Presiden Prabowo Subianto. Sebagai Ketua Harian Partai Gerindra dan salah satu arsitek strategi politik partai, Dasco memiliki rekam jejak yang kuat dalam membangun konsolidasi internal Gerindra dan mengamankan dukungan politik. Namun, absennya nama Dasco dalam daftar menteri memunculkan berbagai spekulasi.
Ada beberapa alasan yang mungkin menjadi pertimbangan Prabowo Subianto sebagai presiden dalam menentukan komposisi kabinetnya:
Keseimbangan Politik dan Profesionalisme
Kabinet Prabowo dirancang untuk mencerminkan keseimbangan antara profesionalisme dan representasi politik. Prabowo mungkin memutuskan bahwa Dasco lebih dibutuhkan di luar kabinet untuk menjalankan tugas-tugas strategis lainnya, seperti menjaga stabilitas partai atau mengawasi mekanisme politik yang lebih luas.
Sebagai Ketua Harian Partai Gerindra, Dasco memiliki peran stategis dalam menjaga soliditas partai dan mengelola hubungan antara Gerindra dan partai-partai koalisi. Dengan Gerindra berada di posisi penting pemerintahan, keberadaan Dasco di partai menjadi aset strategis untuk mengontrol jalannya kebijakan partai di parlemen dan menjaga stabilitas politik.
Prioritas Jabatan Lain yang Tidak Kalah Strategis
Meski tidak menjadi menteri, Dasco telah ditunjuk sebagai Wakil Ketua DPR RI. Belakangan dia juga menjabat Koordinator Tim Pengawas Itelijen DPR RI, sebuah posisi strategis yang berhubungan langsung dengan keamanan dan intelijen negara. Posisi ini memberi Dasco pengaruh yang besar di sektor yang tidak kalah penting dibandingkan posisi di kabinet.
Disamping itu, Prabowo mungkin juga mempertimbangkan rotasi dan regenerasi dengan memberi kesempatan kepada kader lain di Partai Gerindra untuk tampil di kabinet. Keputusan ini bisa menjadi bagian dari strategi jangka panjang Gerindra untuk mempersiapkan kader-kader muda atau tokoh-tokoh baru yang dapat mendukung kelangsungan partai di masa depan.
Spekulasi dan Respons Publik
Absennya Dasco di kabinet memunculkan spekulasi bahwa hubungan internal di Gerindra mungkin menjadi salah satu faktor. Namun, Dasco sendiri telah menepis isu tersebut dengan menegaskan loyalitasnya kepada partai dan Prabowo. Dalam beberapa kesempatan, ia menyatakan bahwa dirinya siap mengabdi di mana pun ditempatkan, baik di dalam kabinet maupun di luar.
“Saya dan Partai Gerindra memiliki visi yang sama untuk membangun bangsa ini. Jabatan bukanlah hal utama; yang penting adalah kontribusi nyata bagi rakyat,” ujar Dasco dalam sebuah wawancara.
Keputusan ini justru dapat memperkuat posisi Dasco sebagai tokoh senior yang dihormati di internal partai. Dengan tetap fokus pada perannya di luar kabinet, Dasco dapat memainkan peran penting sebagai penjaga stabilitas partai sekaligus penghubung antara partai dan pemerintahan.
Bagi Partai Gerindra, keputusan ini menunjukkan fleksibilitas dalam pengelolaan kader, di mana peran-peran strategis dapat didistribusikan secara optimal sesuai dengan kebutuhan politik dan pemerintahan.
Tidak ditunjuknya Sufmi Dasco Ahmad sebagai menteri dalam kabinet Prabowo bukanlah tanda dari berkurangnya pengaruhnya, melainkan refleksi dari strategi politik yang lebih besar. Dengan Dasco memegang posisi penting di luar kabinet, ia tetap menjadi salah satu figur kunci yang berkontribusi dalam pemerintahan Prabowo.
Dalam konteks politik Indonesia yang dinamis, peran seperti yang diemban Dasco sering kali tidak kalah strategis dibandingkan posisi menteri. Dengan tangan dingin dan pengaruh politiknya yang luas, Dasco diperkirakan akan terus memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas politik nasional dan mendukung pemerintahan Prabowo Subianto.
BERSAMBUNG
EDITOR: REYNA
BACA JUGA:
Related Posts
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Quo Vadis Kampus Era Prabowo
Habib Umar Alhamid: Prabowo Berhasil Menyakinkan Dunia untuk Perdamaian Palestina
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
No Responses