Oleh: Muhammad Chirzin
Prof. Abdul Mu’ti telah mengungkapkan penafsiran KHA Dahlan sebagai tafsir transformatif, yakni tafsir yang menggerakkan dan membuahkan perubahan dalam kehidupan sosial dan keagamaan di Indonesia.
Selain Al-‘Ashr, surat yang populer ditafsirkan oleh KHA Dahlan secara transformatif ialah Al-Ma’un. Sampai-sampai dalam sebuah seminar pendidikan di Gedung Diklat Muhammadiyah di Jalan Kaliurang puluhan tahun yang lalu Prof. Dr. Muhadjir Effendy menyebut Muhammadiyah sebagai Ma’unisme (paham Al-Ma’un).
Faktanya, memang ide-ide perubahan yang digulirkan oleh KHA Dahlan adalah buah pemahaman yang mendalam atas pesan-pesan surat tersebut.
Kepedulian KHA Dahlan kepada anak-anak yatim diaktualisasikan dengan mendirikan panti asuhan. Miskin dalam pandangan KHA Dahlan bukan hanya tidak punya harta semata, tetapi mencakup miskin ilmu dan kesehatan.
Maka, KHA Dahlan menginisiasi pendirian rumah sakit dan sekolah.
Hingga kini, entah sudah berapa banyak jumlah rumah sakit PKU Muhammadiyah warisan KHA Dahlan, dan berapa ribu sekolah maupun berapa ratus perguruan tinggi Muhammadiyah sebagai amal jariyah warga Muhammadiyah.
Surat pembukaan Al-Quran, Al-Fatihah, hidup di hati orang-orang beriman dan menghidupkannya sepanjang masa. Tak seoŕang muslim pun di kolong langit ini yang bosan membacanya, karena muatan Al-Fatihah selalu menyertai setiap gerak dan langkahnya.
Rasulullah saw pernah bersabda, “Kullu ‘amalin la yubda’u bibismillahi fahuwa raddun – setiap perbuatan yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah tertolak.”
Sebagian ulama memaknai pesan hadis tersebut secara ketat, hingga ketika sesorang menyembelih seekor ayam, misalnya, dan lupa tidak membaca bismillah lebih dahulu, maka ayam itu tidak halal untuk dikonsumsi.
Untuk setiap tarikan napas dan setiap detak jantung kita patut memuji Allah swt. Sungguh, Allah swt Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan kita adalah setitik debu di alam semesta yang selalu dalam pemeliharaan Allah swt.
Allah benar-benar Maha Pengasih tak pilih kasih, dan Maha Penyayang tak pandang sayang.
Setiap insan mengetahui dan meyakini bahwa dirinya akan mengalami kematian. Berapa banyak generasi demi generasi yang silih berganti. Bagaikan tanaman yang tumbuh, berkembang, berbuah, dan layu.
Berbeda dari tumbuh-tumbuhan maupun binatang, kematian manusia bukan akhir perjalanannya. Ada kehidupan sesudah mati, ketika manusia mesti mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.
Supaya kehidupan kelak penuh kebahagiaan, setiap insan niscaya mengabdikan hidupnya untuk Allah swt semata, dan selalu memohon pertolongan kepada-Nya.
Inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin.
Sebagian mukmin sungguh-sungguh beribadah kepada Allah, dan sungguh-sungguh hanya memohon pertolongan kepada-Nya.
Sebagian mukmin sungguh-sungguh beribadah kepada Allah, tetapi tidak benar-benar memohon pertolongan hanya kepada-Nya.
Sebagian mukmin tidak sungguh-sungguh beribadah kepada Allah, tetapi permohonannya tiada hentinya.
Dan sebagian yang lain, sekalipun setiap shalat melafalkan iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, tetapi tidak benar-benar beribadah hanya kepada Allah, dan tidak sungguh-sungguh mohon pertolongan kepada-Nya semata.
Tak seorang pun tahu berapa jauh jarak yang harus ditempuh hingga tiba di garis finish: kematian. Agar perjalan selamat di dunia hingga akhirat, sudah semestinya setiap orang memohon bimbingan kepada Allah swt, agar selalu dituntun pada jalan-Nya yang lurus, jalan yang telah ditempuh oleh mereka yang dilimpahi nikmat sepanjang hayat, dan mohon dibimbing agar tidak tergolong orang-orang mendapat murka karena kelakuannya, dan tidak tergolong orang-orang yang tersesat.
Allah swt melahirkan generasi manusia di muka bumi dari masa ke masa. Becermin pada Al-Fatihah kita akan menemukan manusia-manusia pilihan Tuhan yang senantiasa beriman dan beramal saleh.
Saya bersaksi bahwa orang-orang tua yang telah mendahului kita telah mendapat nikmat Allah swt dalam hidupnya di dunia, dan akan terus berlanjut hingga hari akhir tiba. Mudah-mudahan kita dan anak cucu termasuk golongan mereka, hingga kelak kita dipertemukan oleh Allah swt dengan mereka di serambi surga-Nya, amin1000… ya mujibassa’ilin.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
PT Soechi Lines Tbk, PT Multi Ocean Shipyard dan PT Sukses Inkor Maritim Bantah Terkait Pemesanan Tanker Pertamina
ISPA Jadi Alarm Nasional: Yahya Zaini Peringatkan Ancaman Krisis Kesehatan Urban
Kerusakan besar ekosistem Gaza, runtuhnya sistem air, pangan, dan pertanian akibat serangan Israel
Ilmuwan Gunakan AI untuk Ungkap Rahasia Dasar Laut Antartika
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Kepala Desa Tirak, Suprapto, Membisu Soal Status Anaknya Yang Diduga Pembebasan Bersyarat (PB) Kasus Narkoba, Lolos Seleksi Calon Perangkat Desa
Jerat Jalur Merah: Ketika Bea Cukai Jadi Diktator Ekonomi
No Responses