Paus Fransiskus memprioritaskan Amerika Latin selama masa kepausannya

Paus Fransiskus memprioritaskan Amerika Latin selama masa kepausannya
Orang-orang di London berduka atas wafatnya Paus Fransiskus di usia 88 tahun

Aktivisme dan keterlibatan Paus bergema di kawasan tersebut

BOGOTA, Kolombia – Sebagai paus pertama yang lahir di Amerika Latin, Fransiskus, yang meninggal di Roma pada usia 88 tahun, memprioritaskan kawasan tersebut selama masa kepausannya, dengan mengakui bahwa kawasan tersebut merupakan rumah bagi hampir 40% populasi Katolik dunia, konsentrasi terbesar di dunia.

Selama 12 tahun masa jabatannya, ia mengunjungi 10 negara di Amerika Latin dan Karibia, lebih banyak daripada paus mana pun sebelumnya, dan sering menggunakan perjalanan ini untuk menghubungkan kembali Gereja dengan masyarakat dan menyoroti isu-isu seperti kemiskinan dan kesenjangan.

Paus Fransiskus membedakan dirinya dengan melibatkan Vatikan secara aktif dalam urusan regional.

Upayanya mendefinisikan ulang peran kepausan di Amerika Latin, dengan memfokuskan perhatian pada Global South dan mengatasi tantangan yang sudah lama ada termasuk kemiskinan, kesenjangan, kerusakan lingkungan, dan korupsi.

Selama perjalanan internasional perdananya ke Brasil pada tahun 2013, Paus Fransiskus menetapkan gaya khasnya dengan memilih kendaraan terbuka, daripada mobil Paus berlapis baja, untuk memfasilitasi interaksi langsung dengan masyarakat.

Ia mengisyaratkan aspirasinya agar Gereja lebih terlibat dalam masalah sosial, lebih dekat dengan komunitas terpinggirkan, dan bersedia menangani masalah politik.

Sejak kunjungan pertamanya ke favela di Rio de Janeiro, Fransiskus menyampaikan pesan yang jelas: Gereja tidak boleh tetap terpisah dari masyarakat.

“Saya ingin Gereja turun ke jalan,” katanya. “Jika tidak, Gereja akan menjadi organisasi nonpemerintah—dan Gereja tidak boleh menjadi LSM.”

Paus Fransiskus juga memainkan peran penting dalam mendorong dialog antara Kuba dan AS. Ia memfasilitasi pencairan diplomatik yang signifikan antara kedua negara pada tahun 2014, membantu menjadi perantara pembicaraan rahasia yang mengarah pada pemulihan hubungan, seperti yang diakui oleh mantan presiden Barack Obama dan Raul Castro.

Ia juga mendukung proses perdamaian Kolombia dengan pemberontak FARC, sebuah kontribusi yang membuat Presiden Juan Manuel Santos saat itu menerima Hadiah Nobel Perdamaian.

Ia juga mengunjungi Ekuador, Bolivia, Paraguay, Meksiko, Kolombia, Chili, Peru, dan Panama. Meskipun memiliki hubungan yang mendalam dengan wilayah tersebut, ia tidak pernah kembali secara resmi ke Argentina, sebuah keputusan yang menyebabkan kekecewaan di antara banyak orang di negara asalnya.

Warisan Paus Fransiskus di Amerika Latin melampaui kehadiran fisiknya. Ketika ia baru saja menyelesaikan satu tahun sebagai perwakilan tertinggi Gereja Katolik, pada bulan Juni 2015, ia menerbitkan ensiklik “Laudato si’,” di mana ia menunjukkan aktivisme lingkungannya dengan pesan-pesan yang ia perkuat di seluruh mandatnya.

Ia menyerukan aksi global terhadap perubahan iklim dan mengkritik konsumsi berlebihan oleh negara-negara kaya, yang bergema kuat di wilayah yang sangat rentan terhadap eksploitasi lingkungan.

Penekanan Paus Fransiskus pada keadilan sosial, pengelolaan lingkungan, dan keterlibatan diplomatik telah meninggalkan jejak di wilayah tersebut.

Presiden dan pemimpin di seluruh kawasan telah menyampaikan duka mendalam atas kematian Paus, sosok yang sangat dirasakan oleh kawasan tersebut karena memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapinya.

SUMBER: ANADOLU
EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K