JAKARTA – Di tengah gempuran tudingan tentang ijazah palsu yang kembali menyeruak ke permukaan, Presiden Joko Widodo — dengan nada tenang dan ekspresi datar — menyampaikan sebuah kalimat yang langsung mengguncang ruang publik:
“Silakan saja diperiksa, saya tidak punya apa pun yang perlu disembunyikan.”
Pernyataan itu bukan hanya respons terhadap isu hukum, tapi juga sebuah isyarat politik: Presiden tidak sedang panik, tidak sedang marah, tapi sedang menegaskan sesuatu — bahwa diam bisa jadi lebih kuat daripada seribu pembelaan.
Bukan Pertama Kali, Tapi Kini Jokowi Menjawab dengan Bahasa Lain
Isu ijazah palsu bukan barang baru. Tapi kali ini, cara Jokowi menjawab terasa berbeda. Tak ada amarah, tak ada gugatan balik, tak ada klarifikasi panjang lebar. Justru ada ketenangan — bahkan sedikit sarkasme — yang seolah berkata, “Kalau memang masih belum puas, ayo saja.”
Pakar komunikasi politik, Dr. Lestari Wulandari, menilai sikap Jokowi ini sebagai bentuk “leadership through composure”.
“Ini bukan tentang ijazah, ini tentang kredibilitas yang dibangun lewat sikap. Semakin ia terlihat tidak terganggu, semakin publik mempertanyakan motif pihak yang terus mengangkat isu ini,” ujarnya.
Polisi Diminta Turun Tangan — Isu Personal Masuk Ranah Hukum
Presiden tidak hanya membiarkan isu ini berputar di media sosial atau forum kampus. Ia secara terbuka mempersilakan penegak hukum untuk menyelidiki secara resmi — langkah yang justru membuat publik bertanya: Kalau Jokowi tak gentar, siapa yang seharusnya khawatir?
Kepolisian pun menyatakan siap menyelidiki jika ada laporan resmi masuk. Namun hingga kini, belum ada dokumen kuat yang bisa dijadikan dasar proses hukum yang valid.
Publik Terbelah, Tapi Mayoritas Justru Apresiasi Ketegasan Sunyi Jokowi
Menariknya, di tengah derasnya komentar miring dari sebagian kalangan, banyak warga justru memuji sikap Jokowi yang dianggap “dewasa secara politik.” Di platform X, frasa #IjazahPresiden menjadi trending, tapi bukan hanya berisi sindiran — melainkan juga refleksi:
“Bayangkan, sudah hampir 10 tahun jadi presiden, dua kali terpilih, dan masih dituduh soal ijazah SMA. Kadang Indonesia memang lucu,” tulis akun @riwayatnegara.
Bukan Tentang Kertas, Tapi Tentang Karakter
Di akhir hari, publik mungkin akan lupa tahun berapa Jokowi lulus SMA atau di mana dia kuliah. Tapi yang diingat orang adalah bagaimana ia bereaksi saat dituduh berbohong.
Dan untuk kali ini, Presiden memilih menjawab dengan ketenangan, bukan kemarahan. Dengan pembuktian hukum, bukan perang narasi. Dan mungkin itulah pelajaran paling mahal: bahwa keaslian kadang tak butuh cap, cukup integritas.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Skandal Tirak: Dinasti Narkoba di Balik Kursi Perangkat Desa Ngawi
Studi iklim menunjukkan dunia yang terlalu panas akan menambah 57 hari superpanas dalam setahun
Pendulum Atau Bandul Oligarki Mulai Bergoyang
“Perang” terhadap mafia dan penunjukan strategis: Analisis Selamat Ginting
20 Oktober: Hari yang Mengubah Lintasan Sejarah Indonesia dan Dunia
Vatikan: Percepatan perlombaan persenjataan global membahayakan perdamaian
Hashim Ungkap Prabowo Mau Disogok Orang US$ 1 Miliar (16,5 Triliun), Siapa Pelakunya??
Pembatasan ekspor Mineral Tanah Jarang Picu Ketegangan Baru China-AS
Penggunaan kembali (kemasan) dapat mengurangi emisi hingga 80%, kata pengusaha berkelanjutan Finlandia di Forum Zero Waste
Bongkar Markup Whoosh – Emangnya JW dan LBP Sehebat Apa Kalian
No Responses