Oleh: Agus Mualif Rohadi
Awalnya NASDEM menciptakan ledakan momentum pertama sehingga terbentuk koalisi perubahan, kemudian disusul PKB bergabung dalam koalisi Perubahan sehingga menciptakan ledakan kedua momentum politik yang lebih besar.
Ada insiden keluarnya Demokrat dari koalisi, tetapi sama sekali tidak mempengaruhi ledakan momentum kedua.
Hancur berantakan pabrikasi framing pembelahan. Langsung lenyap isu cebong, kampret, kadrun, radikal, dan plesetan khilafah.
Namun masih mensisakan kebencian pada para pengikut aliran politik kegelapan yang memframing keburukan kepada saudara sesama bangsa.
Yang nampak sekarang justru radikalisme pemerintah memboyong investasi asing dengan disertai narasi buldozer, piting, gebug, pentung, tembakan gas air mata, gusur, kosongkan, relokasi rakyatnya sendiri.
Yang berhadapan dengan narasi lawan, lempar batu dan terakhir bakar.
Rempang meledak diikuti terbakarnya kantor kabupaten Pohuwato Gorontalo dan kantor perkebunan di Kaltim.
Bisa jadi jika tidak diantisipasi akan terjadi kebakaran susulan.
Data BPS menampakkan kemiskinan terparah justru berada di propinsi dimana investasi asing berduyun-duyun dengan menyabot jatah tenaga kerja lokal, memangkas sumber pendapatan daerah, bahkan pendapatan negara juga disumbangkan untuk investasi asing, kerusakan lingkungan yang nyata yang sulit diperbaiki.
Semua kerugian dan kerusakan yang difasilitasi undang-undang cilaka yang dirubah jadi undang-undang ciptaker, sehingga sah tidak melanggar hukum.
Menyeruaklah isu yang selama ini ditutupi oleh isu politik pembelahan. Muncul kembali isu kesenjangan, kemiskinan, pengangguran, korupsi, penggusuran, pengalihan hak secara paksa, kerusakan lingkungan, kegagalan proyek sehingga mangkrak, bumn kolaps, dan mungkin akan menyusul lainnya.
Isu-isu yang justru akan memperkuat perlunya perubahan.
Disisi lain, isu kelanjutan menjadi kesulitan mendapatkan penjelasannya. Angka-angka pun tidak berpihak pada isu berkelanjutan.
AMIN Effect akhirnya mengguncang dua tembok koalisi berkelanjutan.
Koalisi Jkw and his gangs kalau mau gabung menjadi satu harus dapat menciptakan momentum.
Siapa yg mau dipasangkan dengan Prabowo agar dapat tercipta momentum itu ? Apa Ganjar, Puan, Gibran bisa ?
Kalau tidak bisa tercipta momentum bagaimana? Kalau sambutan publik datar datar saja bagaimana? Atau malah justru akan mendapatkan reaksi negatif?
Apa justru nggak beresiko semakin buyarnya koalisi Jkw and his gangs ?
Kalau tidak satu pandangan dalam kalkulasi, apa tidak beresiko akan ada yang lari ke koalisi AMIN?
Giliran Jkw and his gangs mengkalkulasi, lebih memungkinkan 2 putaran atau 1 putaran untuk memenangkan pilpres.
Yang penting, mari tinggalkan penggunaan politik kegelapan dalam berebut kekuasaan yang terbukti telah mengakibatkan kerusakan sendi-sendi berbangsa dan bernegara.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
No Responses