Agus Mualif : Beleid Israel Dalam Perang Wilayah Dan Agama (bagian kedua)

Agus Mualif : Beleid Israel Dalam Perang Wilayah Dan Agama (bagian kedua)
Penulis (Agus Mualif) berfoto ditengah tengah antara Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli.

Penulis : Agus Mualif Rohadi

2. Berdirinya kerajaan, Daud membentuk pemerintahan bersama, membangun ibu kota kerajaan israel, Yerusalem Ir (kota) Daud

Wilayah yang luas yang dibagi dalam kekuasan dua belas suku justru mengakibatkan bani Israel banyak mengalami kekalahan karena setiap suku kemudian berperang sendiri sendiri sesuai kepentingan dan kebutuhan setiap suku bani Israel. Antar suku bani Israel juga sering berselisih yang tidak jarang menimbulkan pertempuran antar suku. Bahkan karena persoalan perempuan, suku Benyamin diperangi oleh sebelas suku lainnya hingga hampir musnah dan hanya menyisakan sekitar 600 orang. Kebanyakan laki laki suku Benyamin harus mengambil istri dari suku suku kana’an.

Peperangan bertahun tahun yang sebelumnya dipimpin oleh orang salih, dan dalam setiap peperangan pasukan bani Israel selalu menandu tabut perjanjian untuk memberikan semangat dalam peperangan, tidak terjadi lagi. Peperangan di suatu wilayah suku menjadi tanggung jawab suku masing masing. Akibatnya dalam kurun waktu puluhan tahun, bani Israel sering mengalami kekalahan di medan perang.

Situasi itu membuat suku suku bani Israel bersepakat membentuk kerajaan dan mengangkat seorang raja. Kepada nabi mereka, yaitu nabi Samuel, para kepala suku meminta ditunjuk seorang Raja Israel. Setelah berkeliling, dengan petunjuk Allah tentang ciri ciri raja yang harus dicarinya, akhirnya nabi Samuel menemukannya, yaitu Saul dari suku terkecil bani Israel, yaitu suku Benyamin.

Pada awalnya, penunjukan Saul banyak diragukan oleh suku suku lain. Tapi setelah Saul dipertunjukkan kepada seluruh suku, kemudian suku suku bani Israel sepakat atas penunjukan itu karena memang tidak ditemukan dari suku lainnya orang yang secakap dan sekuat Saul. Nabi Samuel kemudian merestui pendirian kerajaan Israel dengan raja pertamanya yaitu Saul. Sejak itu bani Israel mempunyai negara, wilayah, pemerintahan dan membentuk pasukan perang. Saul kemudian memulai memimpin peperangan yang medan pertempurannya berada dalam banyak tempat.

Pada sekitar tahun 1000 SM – 950 SM, seorang pemuda dari suku Yehuda yaitu Daud mampu membunuh Jalut (Goliat) dari suku filistin. Kemenangannya itu membuat Daud langsung menjadi orang kuat bani Israel. Namun perang masih terjadi di banyak medan pertempuran. Saul sering mengirim Daud ke medan medan pertempuran yang berat, namun Daud selalu memenangkan pertempurannya. Sebelum Daud tampil dalam peperangan, pasukan Raja Saul banyak mengalami kekalahan.

Daud dalam kitab Samuel diceritakan sebagai seorang nabi yang dalam hidupnya, bergerak kearah manapun dia, selalu berada dalam medan pertempuran. Kemenangan demi kemenangan yang diraih Daud membuatnya semakin disegani lawan. Al Qur’an menggambarkan keperkasaan Daud dalam peperangannya : ” Dan Kami ajarkan (pula) kepada Daud cara membuat baju besi untukmu, guna melindungi kamu dari peperanganmu. Apakah kamu bersyukur (kepada Allah) ” (Qs Al – Anbiyaa 80).

Disisi lain, Saul tidak bisa bertindak tegas terhadap lawan lawannya. Petunjuk nabi Samuel agar Saul menghabisi lawan lawannya dan memusnahkan harta benda serta ternak lawannya tidak dilaksanakan oleh Saul secara tuntas. Saul tidak bisa menghabisi lawannya, mungkin disebabkan ibu Saul adalah perempuan Yabesy Gilead dari suku Amon, salah satu suku kana’an kuno. Saul mempunyai banyak kerabat dengan suku Amon. Akibatnya, perang tidak bisa benar benar dimenangkan oleh Kerajaan Israel. Bahkan dalam suatu pertempuran, akhirnya Saul dapat dibunuh, demikian pula anaknya yang bertempur bersamanya terbunuh pula.

Nabi Samuel kemudian mengangkat Daud sebagai raja Israel dalam suatu upacara khusus. Daud diurapi dengan minyak yang dicampur dengan rempah rempah, serta untuk pertama kali pula ada pemberian gelar Krestos kepada raja, Daud sang Krestos, Daud sang penolong. Karena reputasinya dalam peperangan sekaligus berasal dari suku terbesar, Daud dengan cepat dapat menyatukan dua belas suku Israel sehingga kerajaan menjadi kuat.

Kedudukannya di Hebron yang menjadi pusat kota suku Yehuda, membuat Daud mencari tempat yang lebih netral untuk dijadikan ibu kota. Daud melirik kota kecil dipedalaman yaitu kota Yerusalem yang menjadi tempat tinggal suku kana’an yang tidak pernah berperang dengan bani Israel, yaitu suku Yebus. Dikisahkan kedatangan Daud si jago perang ke Yerusalem, di pintu benteng kota dihadang oleh orang orang cacat tubuh. Daud dan pasukannya menghindar kemudian mencari pintu masuk lain, dan akhirnya masuk melalui selokan air. Namun Daud tidak bermaksud untuk memerangi, kemudian berunding dan disepkati berbagi kekuasan dan pemerintahan dengan suku Yebus di Yerusalem. Daud membuat pemerintahan bersama dengan kepala suku Yebus. Untuk menghormati suku Yebus, nabi Daud meletakkan Tabut Perjanjian di luar benteng kota. Yerusalem dibangun menjadi kota besar, ibu kota kerajaan israel dan disebut Ir (kota) Daud. Pada masa nabi Daud, kebangsaan israel mulai terbangun, mempunyai negara dan wilayah yang jelas.

Suatu saat, nabi Daud memperistri wanita Yebus yaitu Betsheba, yang sebelumnya adalah istri panglima perangnya. Dari Betsheba Daud memperoleh anak yaitu Salomo (Sulaiman). Sebelum akhir hayatnya, kerajaan Israel kemudian diserahkan kepada anaknya yaitu Sulaiman. Nabi Sulaiman resmi menjadi raja kerajaan Israel yang ketiga setelah diurapi oleh nabi Nathan dan imam Zadok.

(bersambung ke bagian 3)

 

TERKAIT :

 

Last Day Views: 26,55 K
Tags: ,