Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-262)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-262)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi

IX. Nabi Muhammad
47. Perang Hunain.

Setelah penaklukkan Makkah, nabi Muhammad tinggal di Makkah selama lima belas malam. Ibnu Ishaq berkisah, nabi Muhammad mendengar bahwa usai penaklukan Makkah, suku Hawazin terutama bani Malik telah bergabung dengan penduduk Tsaqif, kabilah Nashr, kabilah Jusyam, beberapa orang dari bani Hilal. Dari suku Hawazin yang tidak ikut bergabung adalah kabilah Ka’ab dan kabilah Kilab. Suku Hawazin dan sekutunya mampu mengumpulkan orang sekitar dua puluh ribu orang. Dari bani Jusyam terdapat tokoh tua yang dihormati dan ketika masih muda sangat dikenal kehebatannya dan jago bertempur dalam mengamankan orang-orang yang dikawalnya dalam perjalanan, yaitu Duraid bin Ash Shimmah. Mereka bersepakat menjadikan Malik bin Auf an-Nashri yang sebelumnya berinisiatif mengumpulkan mereka dalam melakukan perang melawan nabi Muhammad. Dalam perang tersebut Malik bin Auf membawa istri dan anak-anaknya bahkan yang masih kecil dan harta bendanya juga dibawa.

Mereka kemudian bergerak menuju lembah Authas. Ketika Malik mengumpulkan para pemimpin bani dan tokoh-tokoh lainnya di tempatnya, Duraid mengkritik Malik karena telah membawa istri dan anak-anaknya dalam perang, disamping tidak ikutnya bani Ka’ab dan bani Kilab. Dua bani tersebut menurut Duraid adalah contoh kekuatan dan keberanian. Namun Malik menepis kritik Duraid dan menganggap Duraid telah tua dan telah menjadi pelupa. Malik meminta kepada semuanya untuk ta’at kepadanya.

Nabi Muhammad mengirim Abdullah bin Abu Hadrad untuk mengetahui keadaan Malik dan pasukannya. Dia mampu menyelinap di dalam pasukan Malik dan beberapa waktu kemudian keluar lagi dari pasukan,setelah itu menyampaikan apa yang dilihat dan didengarnya. Setelah itu, nabi Muhammad menemui Shafwan bin Ummayyah, yang saat itu belum masuk Islam meskipun mendapat jaminan keamanan dari nabi Muhammad. Shafwan mempunyai seratus baju besi dan senjata untuk perang. Nabi Muhammad datang untuk meminjam barang barang tersebut. Shafwan bertanya apakah yang dilakukan nabi Muhammad itu perampasan atau peminjaman. Nabi Muhammad mengatakan peminjaman, dan kemudian Shafwan meminjamkan barangnya tersebut.

Nabi Muhammad berangkat bersama seluruh pasukan muslim yang menaklukkan Makkah dan ikut serta pula sekitar dua ribu orang dari Makkah. Dengan demikian cukup banyak orang-orang Qurais Makkah yang masuk Islam hanya dalam beberapa hari usai penaklukkan Makkah. Rasulullah memilih Attab bin Usaid Abu Al-Ish bin Umayyah bin Abdu Syams untuk memimpin kaum muslim di Makkah yang tidak dapat ikut serta dalam menghadapi orangorang suku Hawazin. Setelah itu, Rasulullah memimpin sendiri pasukan muslim menuju lembah Hunain. Saat itu pada 10 Syawal 8 H. Saat berangkat, Rasulullah berkata pada kaum muslim: “Pada hari ini, kita tidak akan dikalahkan karena jumlah yang sedikit “. Namun kaum muslim tidak memahami apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.

Ibnu Ishaq berkisah, iring-iringan pasukan kaum muslim, ketika melewati pohon besar kaum Qurays yang disebut Dzatu Anwath, dimana di pohon tersebut biasanya secara rutin pada waktu atau untuk keperluan tertentu kaum Qurays menyembelih hewan, kemudian menggantungkan pedangnya dan setelah menyembelih tinggal di tempat tersebut selama sehari, beberapa orang kaum muslim berseru kepada nabi Muhammad: “Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami pohon dzatu anwath seperti yang mereka miliki“. Nabi Muhammad kemudian menjawab: “Allah Akbar, demi dzat dimana jiwa Muhammad berada di tanganNya, sungguh kalian telah berkata seperti yang pernah dikatakan kaum nabi Musa kepada nabinya – Hai Musa, buatkanlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala). Musa menjawab, susungguhnya kalian ini adalah kaum yang bodoh (Qs Al-A’raaf 138) – “.

Ketika sampai di lembah tihamah yang agak luas, hari telah malam. Kaum muslim tidak mengetahui jika suku Hawazin telah berada di tempat tersebut terlebih dahulu, bersembunyi di balik gundukan gundukan bukit. Esoknya, ketika pasukan muslim baru berkemas, ternyata mereka mendapati di atas bukit telah bersiap pasukan suku Hawazin dengan anak panahnya.

Tiba-tiba kaum muslim mendapat serangan hujan panah membuat pasukan muslim kocar kacir tidak terorganisir, sabagian meninggalkan unta-untanya, sebagian besar tercerai berai dalam kelompok-kelompok kecil yang tidak terpimpin. Rasulullah bergeser kearah kanan yang diikuti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali bin Abu Thalib, Al-Abas bin Abdul Muthalib, Abu Sufyan bin Al-Harits, Al-Fadhl bin al-Abas, Rabi’ah bin al-Harits, Usamah bin Zaid, Aiman bin Ummu Aiman bin Ubaid.

Orang-orang yang menyimpan dendam seperti Abu Sufyan bin Harb ketika melihat kaum muslim yang tercerai berai di medan tempur berkata: “Pelarian mereka tidak akan berakhir hingga mereka sampai di laut. Panah undian pasti berada di busur panahnya “. Perkataan tersebut menunjukkan, saat itu pasukan muslim sudah tidak mempunyai harapan
memenangkan peperangan.

Ibnu Hisyam berkisah, Jabalah yang juga dikenal dengan Kaladah bin Al-Hanbal saudara Shafwan bin Umayyah yang menyaksikan peristiwa tersebut dari kejauhan, berteriak: “Ketahuilah, pada hari ini sihir telah kalah“. Namun teriakan tersebut di cela oleh Shafwan:“ Diamlah kamu, semoga Allah memecahkan gigimu. Demi Allah, jika aku dipimpin seseorang dari Qurays, itu aku lebih suka ketimbang dipimpin seseorang dari kabilah Hawazin “. Perkataan Khaladah menunjukkan bahwa masih banyak orang orang qurays Makkah tidak rela atas penaklukkan Makkah oleh nabi Muhammad, dan mereka berharap nabi Muhammad dan kaum muslim dapat dikalahkan dan dihancurkan oleh suku Hawazin.

Ketika pasukan muslim telah kocar kacir, kemudian Rasulullah berkata: “Pada pergi kemana orang-orang ?. Wahai Abbas, katakanlah dengan lantang – Wahai sekalian orang-orang anshar, wahai seluruh orang-orang pemilik samurah, wahai orang-orang al-Khazraj “. Perkataan nabi Muhammad tersebut kemudian diteriakkan oleh al-Abbas. Maka kemudian muncul teriakan yang merupakan jawaban: “Labbaika, Labbaika (kami memenuhi panggilanmu) “.Kemudian pasukan anshar mendekati posisi nabi Muhammad. Terdapat sekitar seratus orang telah berkumpul di sekitar nabi Muhammad.

Baca Juga:

Tidak lama kemudian pasukan kavaleri dan invanteri suku Hawazin mulai muncul dan menyerang kaum muslim diposisi nabi Muhammad. Ali bin Abu Thalib kemudian memimpin kaum muslim bertempur dengan pasukan Hawazin. Ali bin Abu Thalib menyerang unta pemegang panji perang Hawazin, sehingga untanya tersungkur dan kaki orang tersebut disabet pedang orang anshar yang berada di tempat tersebut. Namun jumlah orang Hawazin jauh lebih banyak dari pasukan muslim yang bersama nabi Muhammad.

Syaibah bin Utsman bin Abu Thalhah dari bani Abduddar berkata:“ Pada hari ini, aku bisa melampiaskan dendamku. Hari ini aku akan membunuh Muhammad “.Dia mengatakan begitu karena ayahnya terbunuh di perang Uhud. Ketika dia sudah di dekat Rasulullah, tiba-tiba pandangannya tertutup dan malah tidak berdaya dan kehilangan tenaga. Akhirnya dia sadar bahwa nabi Muhammad terlindung darinya. Ada seorang muslim dari Makkah yang saat itu sabar bertempur di samping rasul dengan memegang tali bighal tunggangan Rasulullah (binatang hasil perkawinan silang antara kuda dengan keledai) sehingga beliau bertanya: “ siapakah orang ini ? “.Orang tersebut kemudian menjawab: “ Aku anak pamanmu, wahai Rasulullah “. Abu Sufyan bin Al-Harits bin Abdul Muthalib menjawab pertanyaan nabi Muhammad.

Nabi Muhammad juga melihat terdapat seorang perempuan muslim yang ikut bertempur dengan menaiki unta dan membawa pisau. Saat itu wanita tersebut juga sedang hamil. Rasulullah kemudian bertanya: “Apakah ini Ummu Sulaim. Mengapa engkau membawa pisau, wahai Ummu Sulaim “.Ummu Sulaim adalah istri Abu Thalhah. Ummu Sulaim kemudian menjawab: “Pisau ini sengaja aku bawa. Apabila ada salah seorang dari kaum musyrikin mendekat padaku, aku akan menikamnya dengan pisau ini “. Nabi Muhammad tersenyum mendengar jawaban tersebut.

Ibnu Ishaq berkisah dari perkataan Abu Ishaq bin Yasar: “ aku melihat seperti ada gumpalan hitam turun dari langit di tempat diantara kami dan musuh. Aku perhatikan, ternyata gumpalan itu adalah semut yang berserakan dan memenuhi lembah. Aku yakin bahwa itu adalah para malaikat, karena yang terjadi setelah itu adalah kekalahan musuh. Setelah itu, pasukan muslim yang bersama nabi Muhammad dapat mendesak pasukan Hawazin. Pada saat pasukan Hawazin mulai mundur, pasukan muslim yang tercerai berai dapat berkumpul kembali dan mulai mendesak pasukan Hawazin. Perang menjadi berat sebelah, banyak kurban berjatuhan dari suku Hawazin dan sekutunya, dan akhirnya pasukan Hawazin dan sekutunya tercerai berai. Bani Tsaqif lari ke Thaif. Pasukan muslim kemudian melakukan pengejaran terhadap suku Hawazin yang lari ke arah lembah Autas. Malik bin Auf An-Nashri bersama mereka.

Pengejaran terhadap suku Hawazin cukup berat karena harus melalui celah celah bukit yang sempit. Sering terjadi pertempuran sporadis, sehingga dalam pengejaran terhadap suku Hawazin terdapat kaum muslim yang mati syahid. Namun akhirnya Rasulullah menghentikan pengejaran terhadap suku Hawazin dan melanjutkan perjalanan menuju kota Thaif untuk menyerang suku Tsaqif.

(bersambung …………….)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

4 Responses

  1. Ventilatoare elicoidaleNovember 26, 2024 at 5:26 am

    … [Trackback]

    […] Here you can find 96721 more Information to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-162-2/ […]

  2. Gym Equipment shopDecember 15, 2024 at 4:14 pm

    … [Trackback]

    […] Read More to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-162-2/ […]

  3. หวยJanuary 4, 2025 at 5:54 pm

    … [Trackback]

    […] Find More to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-162-2/ […]

  4. altogelJanuary 19, 2025 at 8:06 pm

    … [Trackback]

    […] Here you will find 43074 additional Information to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-162-2/ […]

Leave a Reply