Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-243)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-243)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi

IX. Nabi Muhammad

Ibnu Ishaq dan ibnu Hisyam mengkisahkan, Rasulullah kemudian mengajak kaum muslim untuk ke baitullah Makkah untuk menjalankan umrah. Ajakan tersebut kemudian diikuti sekitar tujuh ratus kaum muslim baik dari kaum muhajirin maupun anshar, jumlah yang setara pasukan kaum muslim dalam perang Uhud. Dengan jumlah tersebut, Rasulullah merasa yakin kaum qurays tidak akan mengganggu kedatangan kaum muslim ke baitullah. Nabi Muhammad juga menyeru agar orang arab dan badui padang pasir disekitar kota Madinah untuk ikut ibadah umrah. Namun dari mereka hampir tidak ada yang berani ikut karena takut terjadi perang dengan kaum qurays.

Nabi Muhammad juga memerintahkan membawa tujuh puluh unta untuk ibadah kurban, yang hal itu berarti satu unta untuk sepuluh orang. Kaum muslim juga diperintahkan untuk membawa kain ihram, dengan telah memakai kain ihram ketika memasuki kota Makkah. Dengan memakai kain ihram tersebut, kaum muslim memberikan isyarat kepada penduduk Makkah, bahwa mereka tidak sedang mengajak perang, datang hanya untuk kepentingan beribadah. Sebelum berangkat nabi Muhammad menunjuk Numailah bin Abdullah al-Laitsi sebagai imam shalat di Madinah. Ketika semua persiapan telah selesai maka rombongan umrah yang besar untuk pertama kali pergi dari Madinah.

Sebelum ada kaum muslim, selalu ada rombongan umrah dan haji dari Yatsrib, namun hanya kecil jumlah orang yang ikut serta. Kali ini berangkat sebuah rombongan besar untuk umrah dari Madinah sedang hubungan kota Madinah dan Makkah masih dalam status perang.

Ketika perjalanan sudah di daerah Usfan atau Asfan, rombongan tersebut bertemu Bisyr bin Sufya, yang mengabarkan bahwa kedatangan nabi Muhammad telah diketahui oleh penduduk Makkah. Mereka sedang melakukan penghadangan rombongan umroh di Dzu Thawa, dan bersumpah dengan nama Allah bahwa Nabi Muhammad dan kaum muslim tidak boleh masuk ke daerah mereka selama lamanya. Khalid bin Walid juga telah bersiap dengan pasukan berkudanya.

Dengan demikian, kaum qurays telah siap menyambut kedatangan rombongan umroh dari Madinah ini dengan siap melakukan peperangan. Mendengar informasi tersebut, untuk menunjukkan tidak ada niat perang pada kaum qurays, nabi Muhammad kemudian meminta agar kaum muslim mencari jalan lain untuk menghindari bentrokan perang di Dzu Thawa. Dengan dituntun oleh seorang yang telah mengenal jalan lain, kemudian rombongan umrah melalui jalan gunung yang sulit sehingga perjalanan menjadi sangat lambat. Mereka naik turun gunug dengan jalan cukup berkelok kelok namun cukup banyak pepohonan sehingga jika lelah dapat beristirahat dengan berteduh pada pepohonan.

darus.id ilustrasi foto, rombongan nabi Muhammad dari Medinah bermaksud umroh ke Mekkah dengan membawa tujuh puluh unta kurban, satu unta untuk sepuluh orang.

Akhirnya mereka keluar dari gunung dan sampai pada jalan datar berjarak sekitar dua belas kilometer dari kota Makkah. Jarak yang sudah sangat dekat dengan tempat tujuan. Saat itulah nabi Muhammad bersabda: “Katakanlah kami memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya“. Para sahabat yang mendengar dan mengerti perkataan Rasulullah SAW kemudian menyahutinya: “ Demi Allah, itulah perkataan (hiththah) yang dulu pernah ditawarkan oleh Allah kepada bani Israel, namun mereka enggan untuk mengatakannya“. Kemudian Rasulullah melanjutkan perkataannya: “ hendaklah kalian berjalan melewati Dzatul Yamin yang terletak diantara tepi al-Hamsyi, jalan yang mengeluarkan kalian dari Tsaniatul Mirar, tempat pemberhentian di al Hudaibiyah, dari bawah kota Makkah “.

Baca Juga:

Setelah itu, perjalan dilanjutkan, namun sesaat kemudian unta nabi Muhammad berhenti tidak mau melanjutkan perjalanan. Di hentak untuk berjalan tetap tidak mau jalan. Nabi Muhammad kemudian berkata: “Bukannya ia tidak mau berjalan sebab yang demikian itu bukan kebiasaannya, tetapi ia ditahan oleh Dzat yang dulu pernah menahan gajah untuk sampai di Makkah. Apabila pada hari ini orang-orang qurays mengajakku menjalin kembali hubungan kekerabatan, pastilah aku menyepakatinya. Berhentilah kalian“.

Wattpad.com Letak Hudaibiyah, yang sekarang menjadi salahsatu tempat miqat bagi Jemaah haji atau umrah.

Salah seorang sahabat menyampaikan laporan kepada nabi Muhammad bahwa di tempat rombongan ini berhenti tidak ada air yang mencukupi. Kemudian nabi Muhammad mengambil panahnya dan diberikan pada seorang sahabat agar di tancapkan di sumur air yang ada. Ketika panah tersebut ditancapkan ke sumur tersebut, kemudian mucul air yang deras dari anak panah yang menancap tersebut. Nabi Muhammad telah menunjukkan mukjizatnya yang lain. Ibnu Ishaq mengkisahkan, sahabat yang membawa anak panah nabi Muhammad dan menancapkannya di sumur adalah Najiyah bin Jundab bin Umair bin Sahm bin Mazin bin Salaman bin Aslam bin Asfa bin Abu Haritsah. Namun ada riwayat lain dari Ibnu Hisyam yang mengkisahkan bahwa yang menancapkan anak panah tersebut adalah al-Barra’ bin Azib. Allahu’alam, mana yang benar, mungkin kedua sahabat tersebut yang datang ke sumur tersebut dan salah satu diantaranya yang menancapkan anak panah tersebut.

Kaum Qurays di Dzu Thawa telah menunggu beberapa lama, namun ternyata rombongan nabi Muhammad yang dihadangnya itu tidak muncul. Mereka menyadari bahwa kaum muslim mengambil jalan yang berbeda, sehingga mereka segera kembali ke Makkah. Pada saat yang sama, terdapat laporan bahwa rombongan dari Madinah tersebut telah berada di Hudaibiyah.

Segera para tokoh qurays berunding untuk mengambil keputusan atas datangnya rombongan dari Madinah tersebut. Mereka memahami bahwa nabi Muhammad tidak ingin perang dengan mereka. Oleh karena itu mereka bersepakat mengirim utusan untuk menemui nabi Muhammad, yaitu Budail bin Warqa’ al-Khuzai disertai beberapa orang Khuza’ah. Saat itu, nabi Muhammad sedang beistrihat ketika Budhail meminta untuk menghadap. Ketika Budhail bertanya tentang tujuan datang ke Makkah, setelah mendapatkan penjelasan kemudian kembali ke Makkah dan berkata: “Wahai orang-orang qurays, sesungguhnya kalian tergesa gesa terhadap Muhammad. Ketahuilah bahwa sesungguhnya dia datang bukan untuk tujuan perang. Dia datang untuk mengunjungi Baitullah“. Namun orang-orang Qurays masih curiga dan oleh karena itu mereka tetap menolak kedatangannya dengan kasar sekaligus khawatir atas pandangan orang-orang arab lainnya.

(bersambung ………)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K