Oleh : Agus Mualif Rohadi
IX. Nabi Muhammad
Saat itu, Abu Sufyan juga membawa anaknya yang masih kecil. Ketika Ummu Salamah menyampaikan perkataan nabi Muhammad, Abu Sufyan menjawab: “ Demi Allah, Muhammad harus memberiku ijin untuk masuk. Jika tidak, aku akan membawa anak kecil ini keliling padang pasir hingga mati kelaparan“. Ummu Salamah kembali kepada suaminya menyampaikan jawaban Abu Sufyan. Nabi Muhammad menjadi iba dan akhirnya mempersilahkan mereka masuk ke kemahnya. Ketika di hadapan nabi Muhammad, mereka berdua kemudian berbai’at masuk Islam. Setelah berbait, Abu Sufyan bin Al-Harits melantunkan syair pendek :
Yang pernah ku usir
Kini Allah telah mendapatkanku
Syair itu kemudian dijawan oleh Nabi Muhammad :
Engkaulah orang yang pernah mengusirku.
Beberapa saat kemudian, nabi Muhammad melanjutkan perjalanan bersama pasukannya. Sampai di Marru Azh-Zhahran, ketika nabi Muhammad berhenti untuk istirahat dan berbuka puasa, ditempat ini tiba-tiba datang pasukan bani Sulaim sekitar seribu orang dengan sembilan ratus pasukan berkuda ikut bergabung. Pemimpin mereka berkata: “Hai Rasulullah, engkau kira kami ini pengecut, kami adalah pamanmu dari pihak ibu, maka kami datang kepadamu dan engkau dapat menguji kami. Kami setia dalam peperangan, cerdik dalam pertempuran, dan penunggang kuda yang hebat “. Keluarga dari jalur ibu adalah karena Atikah adalah istri Abdu Manaf, orang dari bani Sulaim, Ibu Hasyim, sedang Hasyim adalah ayah Abdul Muthalib, kakek Rasulullah.
Mereka kemudian meyerahkan bendera kepada Rasulullah untuk di bawa orang yang ditunjuk oleh nabi Muhammad. Rasulullah SAW menerimanya, namun belum waktunya mengibarkan bendera. Selain dari bani Sulaim, di tempat tersebut juga datang pasukan dari bani Muzainah membawa pasukan dengan jumlah seribu orang. Dari bani Muzainah bahkan berangkat pula orang-orang yang saat itu baru menyatakan masuk Islam.
Jarak ke Makkah masih sekitar dua hari perjalanan. Namun, rombongan besar itu betul betul menimbulkan kebingungan tentang tujuannya. Perkemahan di Az-Zahran, selain dekat ke Makkah juga dekat dengan wilayah suku Hawazin yang juga menjadi musuh kaum muslim. Pemukiman tersebut juga terletak di bukit Tsaqif yang di dekat wilayah tersebut juga terletak pemukiman Thai’if yang disana terdapat kuil berhala al-uzza dan al-manat. Suku Hawazin dan penduduk Thaif tidak terikat dengan perjanjian Hudaibiyah. Jika pasukan tersebut bermaksud menyerang suatu tempat dapat pula menyerang tempat suku Hawazin dan penduduk Tha’if. Kaum Qurays berharap kaum muslim tidak menyerang Makkah meskipun ada pelanggaran terhadap perjanjian Hudaibiyah, namun nabi Muhammad belum menyatakan bahwa perjanjian tersebut telah batal karena adanya pelanggaran. Penduduk Tha’if mengantisipasi situasi tersebut dengan mengirim utusan kepada suku Hawazin memberikan pesan tentang kedatangan pasukan muslim dalam jumlah yang sangat besar untuk ukuran kota-kota di jazeerah Arabiya. Baik kaum Qurays, penduduk tha’if dan suku Hawazin mengirim orangnya untuk memantau gerakan pasukan muslim.
Baca Juga:
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-255)
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-256)
Pada malam hari, nabi Muhammad memerintahkan kaum muslim menyalakan obor pada perkemahan kaum muslim yang diletakkan secara memanjang. Kerlip obor tersebut dari kejauhan menjadi pemandangan yang menakutkan bagi penduduk tiga kaum tersebut. Mereka juga tidak berani membawa pasukan untuk menantang perang. Mereka hanya bisa berjaga jaga menanti apa yang akan diperbuat oleh nabi Muhammad dan pengikutnya.
Abbas bin Abdul Muthalib di Makkah, menganggap situasi tersebut sebagai situasi yang tepat untuk dirinya dan keluarganya hijrah. Bersama istrinya yaitu Ummu al Fadl dan anak anaknya, Abbas dengan cara terbuka keluar dari Makkah dan memutuskan untuk tinggal di Madinah.
Ibnu Ishaq berkisah, ketika al-Abas ditanya oleh orang-orang Qurays al-Abas berkata: “ Wahai orang-orang Qurays, hati-hatilah dipagi ini. Demi Allah, jika Rasulullah SAW memasuki Makkah dengan kekerasan dan orang-orang Qurays tidak meminta jaminan keamanan kepadanya, maka itu adalah sebuah kehancuran bagi mereka sepanjang masa “. Tidak ada yang berani menggangu perjalanan al-Abas dan keluarganya. Di perkemahan kaum muslim, nabi Muhammad menyambut gembira kedatangannya al-Abas yang menyatakan bergabung dengan kaum muslim. Kedatangan al-Abas dan Ummu al Fadl juga sangat menggembirakan Maymunah, istri nabi Muhammad yang saat itu ikut pula dalam perjalanan tersebut.
Perkataan al-Abbas seperti sebuah peringatan kepada kaum Qurays, dan tokoh-tokoh mereka kemudian berkumpul untuk membahas situasi tersebut. Mereka tidak punya pilihan lain untuk mengatasi situasi tersebut, karena jika sampai terjadi perang, kekuatan kaum muslim saat itu sangat besar bagi penduduk Makkah yang sudah banyak kehilangan tokoh maupun jago perangnya. Mereka sepakat mengirim Abu Sufyan bin Harb sebagai utusan untuk berbicara dengan nabi Muhammad tentang kelanjutan hubungan dua kota tersebut.
Namun mereka menyadari kota Makkah tidak dalam situasi menawarkan sesuatu akibat pelanggaran mereka sendiri sedang kekuatan kota Makkah tidak lagi mendukung untuk memberikan pilihan kepada nabi Muhammad.
Abu Sufyan mengajak Hakim sepupu Khadijah istri nabi Muhammad, yang pada saat perang Badr dianggap mempunyai peran yang baik ketika menghentikan perang Badr. Abu Sufyan juga minta tolong Budayl bin Warqa’ dari suku Khuza’ah, yang mempunyai peran dalam melaporkan pelanggaran kaum Qurays kepada nabi Muhammad. Abu Sufyan berharap jasa Budayl untuk dapat mempertemukannya dengan nabi Muhammad. Pada saat yang sama alAbas memainkan peranannya sendiri. Pada malam hari, dia keluar kemah mencari orang yang dapat diminta tolong pergi ke Makkah untuk menyampaikan pesannya agar penduduk Makkah meminta jaminan keamanan kepada nabi Muhammad. Al-Abas keluar dengan mengendarai bagal milik nabi Muhammad.
Di perjalanan, tiba-tiba al-Abas mendengar suara Abu Sufyan bin Harb berkata pada temannya: “Aku belum pernah melihat api dan markas tentara seperti malam ini “. Budayl bin Warqa’ menjawab: “ Demi Allah, itu adalah kabilah Khuza’ah yang sedang menyalakan api “. Abu Sufyan bin Harb berkata lagi: “ Api kabilah Khuza’ah dan markasnya tidak sebesar itu “. Al-Abas kemudian menyela yang membuat kaget Abu Sufyan: “ Wahai Abu Hanzalah “. Abu Sufyan yang mengenali suara itu kemudian menyahut: “ Apakah engkau Abu Al-Fadl ?”. Al-Abas menjawab: ” betul “.
Setelah perbincangan sebentar, kemudian mereka bersepakat Abu Sufyan bin Harb mengikuti Al-Abas menuju kemah kaum muslim dengan ikut membonceng bagal nabi Muhammad, sedang Hakim dan Budayl kembali ke Makkah. Ketika kaum muslim melihat yang datang alAbas dengan mengendari baghal nabi Muhammad, mereka tidak lagi memperhatikan siapa yang ada dibelakangnya yang membonceng. Namun ketika melewati perapian milik Umar bin Khattab, yang memiliki perapian tersebut kemudian mendekati al-Abas, dan akhirnya melihat Abu Sufyan bin Harb, sehingga dengan kaget dia berkata: “Abu Sufyan si musuh Allah. Segala puji bagi Allah yang telah menaklukkanmu tanpa perjanjian dan kesepakatan sebelumnya “. Kemudian Umar bin Khattab berlari menghadap Rasulullah, sedang Al-Abas segera memacu bagalnya sehingga dapat mengejar dan mendahului Umar bin Khattab.
Sampai di kemah nabi Muhammad, segera Al-Abas dan Abu Sufyan masuk ke dalam kemah, dan kemudian Umar bin Khattab masuk dengan nafas agak tersengal sengal. Umar bin Khattab berkata mendahului al-Abas: “ Wahai Rasulullah SAW, inilah Abu Sufyan bin Harb, Allah telah menaklukkannya, tanpa perjanjian dan kesepakatan. Oleh sebab itu, izinkan aku untuk memenggal lehernya “. Al-Abas kemudian berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah melindungi Abu Sufyan bin Harb “. Kemudian Al-Abas duduk disamping Rasulullah.
Umar bin Khattab terus berkata yang kemudian ditimpali oleh al-Abas. Akhirnya timbul percakapan yang panas antara Al-Abas dengan Umar bin Khattab, sehingga Umar bin Khattab berkata: “ Tahan ucapanmu, wahai al-Abas. Demi Allah, ke-Islamanmu saat engkau masuk Islam itu lebih aku sukai dari pada ke-islaman Khattab ketika masuk Islam. Dan aku juga tahu kalau ke-Islamanmu jauh lebih disukai Rasulullah SAW dari pada ke-Islaman Khattab “. Setelah itu perbincangan panas mereka dilerai oleh nabi Muhammad, dengan meminta agar Al-Abas membawa pergi Abu Sufyan dengan bagal nabi Muhammad yang dikendarainya, dan esok pagi agar dibawa menghadap kembali kepada nabi Muhammad.
Ketika menjelang shalat subuh tiba, kaum muslim sudah bangun dan mulai ramai mengambil air wudlu. Tidak terkecuali al-Abas yang kemudian mengajak Abu Sufyan melihat kaum muslim menjalankan shalat subuh. Ketika melihat kaum muslim sedang wudlu, Abu Sufyan melihat pemandangan yang belum pernah dia saksikan. Kaum muslim berebut bekas air wudlu nabi Muhammad, termasuk berebut air kumur nabi Muhammad. Abu Sufyan sampai terheran-heran, karena seorang rajapun tidak mendapatkan penghormatan seperti penghormatan kaum muslim terhadap nabi Muhammad. Ketika kemudian terdengar suara adzan memanggil untuk shalat, Abu Sufyan juga terperanjat, dan dia mengerti artinya. Apa yang dilihatnya tersebut membuat hatinya menjadi bergetar.
(bersambung ……………)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??
Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??
Allah Tahu Yang Terbaik Untukmu
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-276 TAMAT)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-274)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-273)
Agus: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-272)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-271)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-270)
บล็อกปูพื้นNovember 27, 2024 at 9:08 pm
… [Trackback]
[…] Find More Info here to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-257/ […]
ปั่นสล็อต เว็บไหนแตกดีDecember 18, 2024 at 7:03 am
… [Trackback]
[…] Read More Information here on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-257/ […]