Oleh : Agus Mualif Rohadi
IX. Nabi Muhammad
Namun ada pula kejadian yang dikecam oleh Rasulullah atas perbuatan seorang muslim. Ketika seorang musyrik yaitu Ibnu al-Atswa’ al-Hudzali melihat kondisi Makkah setelah hari penaklukkan dan bertanya pada orang-orang Makkah, ia dilihat orang-orang dari kabilah Khuza’ah, dan kemudian mereka mengepung ibnu al-Atswa’. Orang Khuza’ah mengenalinya dan kemudian bertanya apakah dia yang membunuh Ahmar orang Khuza’ah, yang dia benarkan. Tiba – tiba Khirasyi bin Umayyah datang dengan membawa pedang terhunus meminta agar orang-orang Khuza’ah minggir dan menjauh. Setelah itu Khirasy membunuh ibnu al-Atswa’. Orang-orang Khuza’ah melepaskan dendamnya karena beberapa waktu yang silam mereka banyak dibunuh oleh orang dari bani Bakr dan Quraisy. Peristiwa tersebut didengar oleh nabi Muhammad kemudian mengecam perbuatan Khirasy dan meminta agar orang-orang Khuza’ah berhenti melakukan pembunuhan. Nabi Muhammad bahkan membayar diyat atas kematian Ibnu al-Atswa’ agar orang-orang Khuza’ah tidak melanjutkan dendamnya dengan membunuh.
Setelah keadaan kota Makkah menjadi tenang, terdapat kisah tentang orang-orang yang merasa terancam jiwanya karena kemenangan kaum muslim. Abdullah bin Sa’ad yang Nabi Muhammad berpesan agar dibunuh, secara sembunyi-sembunyi akhirnya dapat menemui Utsman bin Affan yang merupakan saudara sesusuannya. Utsman bin Afan kemudian membawa Abdullah bin Sa’ad menghadap Rasulullah SAW yang saat itu sedang bersama-sama beberapa sahabat. Utsman bin Affan meminta jaminan keamanan Rasulullah untuk Abdullah bin Sa’ad. Nabi Muhammad diam tidak menjawab lama sekali. Kemudian menjawab “Ya“. Abdullah bin Sa’ad kemudian masuk Islam lagi. Setelah itu Utsman bin Affan pergi bersama Abdullah bin Sa’ad. Ketika itu kemudian nabi Muhammad berkata: “Aku berdiam diri agak lama tadi karena harapan ada salah seorang dari kalian yang berdiri kemudian memenggal leher Abdullah bin Sa’ad “. Seorang dari anshar kemudian bertanya: “kenapa engkau tidak memberi isyarat kepadaku, wahai Rasulullah ?”. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seorang nabi itu tidak boleh membunuh dengan cara memberi isyarat “.
Hari hari berikutnya, nabi Muhammad kemudian membuat rencana untuk meng-Islam-kan wilayah-wilayah sekitar Makkah. Rasulullah melakukan itu karena nabi Muhammad tidak akan lama di Makkah sedang masih banyak berhala di wilayah sekitar Makkah yang dapat berpengaruh buruk pada penduduk Makkah yang baru masuk Islam.
Ibnu Ishaq berkisah, Nabi Muhammad mengirim tim dakwah yang dipimpin Khalid bin Walid ke daerah Tihamah bagian bawah. Khalid membawa pasukan secukupnya bukan bertujuan untuk berperang, tetapi untuk memberikan keamanan pada para pendakwah. Dia ditemani oleh orang-orang dari kabilah Sulaim bin Manshur dan kabilah Mudlij bin Murrah. Namun ketika mereka berdakwah pada bani Jadzimah bin Amir bin Abdu Manat bin Kinanah, warga bani Jadzimah keluar rumah membawa pedang sehingga menimbukan salah paham. Khalid bin Walid menyeru kaum muslim untuk menurunkan pedangnya. Namun terdapat seorang warga bani Jadzimah yaitu Jahdam tidak percaya terhadap Khalid, kemudian dengan tetap mengacungkan pedangnya memprovokasi kaumnya dengan mengatakan jika mereka ikut menurunkan pedangnya seperti kaum muslim mereka akan ditawan dan dibunuh. Namun pedang Jahdam akhirnya dapat direbut oleh kaumnya. Kemudian Khalid bin Walid meminta semua warga Jadzimah meletakkan kedua tangan mereka diatas pundaknya. Namun masih ada lagi seorang yang memberontak lalu dibunuh oleh Khalid bin Walid.
Ibnu Hisyam berkisah, saat itu nabi Muhammad baru saja menceritakan mimpinya: “Aku bermimpi makan sepotong roti haits (kurma dicampur mentega) dan merasakan kelezatannya, namun tiba-tiba sebagian makanan tersebut berhenti di tenggorokanku, kemudian Ali bin Abu Thalib memasukkan tangannya dan mengeluarkan makanan yang menyumbat tersebut“. Mendengar cerita mimpi Rasulullah tersebut kemudian Abu Bakar berkata: “Wahai Rasulullah, salah satu dari pasukan yang engkau kirim mendatangkan kabar yang menyenangkanmu dan pasukan lainnya mendatangkan hambatan. Oleh karena itu, utuslah Ali untuk menyelesaikan hambatan itu “.
Tidak lama kemudian datang seorang dari bani Jadzimah melaporkan peristiwa yang menimpa baninya. Tindakan Khalid yang membunuh salah seorang saudaranya tersebut sempat ditentang oleh dua orang yang ciri-cirinya kemudian dikenali oleh Umar bin Khattab bahwa orang yang mencegah Tindakan Khalid adalah anaknya yaitu Abdullah bin Umar dan Salam mantan budak Abu Hudzaifah. Mendengar laporan tersebut, kemudian nabi Muhammad memanggil Ali bin Abu Thalib dan bersabda: “Wahai Ali, berangkatlah ke bani Jadzimah, lihatlah masalah mereka, dan letakkan urusan jahiliyah di bawah kedua kakimu “.
Ali bin Abu Thalib kemudian pergi dengan membawa banyak harta. Kepada bani Jadzimah kemudian Ali bin Abu Thalib membayar diyat atas darah yang tumpah maupun atas barang yang rusak. Ali bahkan membayar tempat minum anjing yang rusak. Harta yang dibawa Ali bin Abu Thalib hingga tersisa sedikit namun dia masih bertanya bertanya apakah masih ada darah dan kekayaan bani jadzimah yang harus dibayarnya. Bani Jadzimah menyatakan sudah terbayar semua. Namun Ali memberikan sisa harta yang dibawanya sambil berkata: “Sisa harta ini aku berikan kepada kalian sebagai wujud kehati-hatian Rasulullah atas apa yang tidak beliau ketahui dan tidak kalian ketahui“. Khalid bin Walid tentu melihat peristiwa tersebut dan dia menyadari telah membuat kesalahan atas tugas yang diembannya, sehingga Rasulullah mengirim Ali bin Abu Thalib untuk menyelesaikan urusan yang ditimbulkannya dengan bani Jadzimah.
Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam berkisah dari Abu Amr Al-Madani yang mengatakan bahwa Abdurrahman bin Awf mencela Khalid bin Walid karena memanfaatkan pristiwa dakwah di bani Jadzimah untuk membalas dendam karena pamannya yaitu Al-Fakih bin Al-Mughirah bin Umar bin Makzum yang sebelumnya telah dibunuh orang-orang bani Jadzimah serta merampas hartanya. Abdurrahman bin Awf sendiri sebelum peristiwa penaklukan Makkah atau bahkan sebelum masuk Islam, telah membalas kematian ayahnya yaitu Auf bin Abdu Auf bin Abdul Harits bin Zuhrah yang dibunuh bersama pembunuhan terhadap Al-Fakih bin AlMughirah. Mereka dibunuh orang-orang bani Jadzimah yang dipimpin Khalid bin Hisyam. Sedang Khalid bin Hisyam telah dibunuh Abdurrahman bin Awf.
Baca Juga:
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-259)
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-260)
Dengan adanya pembayaran diyat tersebut maka urusan tersebut dapat diselesaikan dan pengajaran risalah Islam dapat dilanjutkan tanpa ada ganjalan dengan warga bani jadzimah. Ali bin Abu Thalib kemudian kembali ke Makkah dan melaporkan hasilnya kepada nabi Muhammad, yang membenarkan dan membaikkan tindakannya. Setelah itu, Nabi Muhammad berdiri dan menghadap kiblat kemudian mengangkat tangannya seraya berdo’a: “Ya Allah, aku berlepas diri kepada-Mu dari perbuatan Khalid bin Walid“.Beliau mengucapkan do’a tersebut sebanyak tiga kali.
Ibnu Ishaq berkisah, setelah peristiwa di bani Jadzimah, Khalid bin Walid melanjutkan tugasnya ke Nakhlah untuk menghancurkan berhala al-Uzza yang diagung agungkan oleh orang Quraisy dari bani Kinanah, bani Mudhar dan bani Syaiban yang merupakan bagian dari bani Sulaym.

id.quora.com berhala al-Uzza yang dihancurkan oleh Khalid bin Walid. Sebelum Islam datang, berhala ini diagung agungkan oleh bani Qurays, bani Kinanah, bani Mudhar dan bani Syaiban. Al-Uzza seperti Aphrodite daalam kepercayaan pagan Yunani atau Venus dalam kepercayaan pagan Roma.
Ketika pemilik berhala tersebut mengetahui Khalid bin Walid menuju ke berhala Uzza, dia cepat cepat pergi ke berhalanya kemudian menggantungkan pedangnya di berhala Uzza tersebut, kemudian ditinggal pergi. Mungkin hal tersebut dilakukan sebagai tanda menyerah. Ketika Khalid bin Walid sampai ditempat tersebut, ia melihat pedang pemilik berhala tersebut menggantung di berhala tersebut, yang kemudian berhala tersebut dihancurkannya. Setelah itu, Khalid bin Walid kembali ke Makkah melaporkan pekerjaannya kepada nabi Muhammad.
(bersambung ……………)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??
Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??
Allah Tahu Yang Terbaik Untukmu
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-276 TAMAT)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-274)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-273)
Agus: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-272)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-271)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-270)
sell weapons of destructionNovember 12, 2024 at 10:25 am
… [Trackback]
[…] Read More on to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-261/ […]