Oleh: Agus Mualif Rohadi
Kalau pasangannya Ganjar – Prabowo itu, selain merendahkan Prabowo juga merendahkan partai pengusungnya, terutama Gerindra dan Golkar.
Kalau pasangannya Prabowo – Ganjar, selain merendahkan Megawati sebagai pengambil keputusan partai terbesar yang angkuh, tapi juga sekaligus menjatuhkan harga diri dan kehormatan Ganjar.
Jadi kalau mengkoalisikan Gerindra – PDIP, ya mesti mengistirahatkan Ganjar. Realitisnya ya memang Puan yang dimajukan, menjadi
Prabowo – Puan.
Spekulasinya itu.
Kenapa koo kedua koalisi ini tidak segera mengkongkritkan pasangannya? Apa betul mereka sedang menjajagi untuk bergabung?
Rasanya tidak mudah menjawabnya. Bagaimana situasi batin Prabowo dan Megawati sebenarnya.
Bagi Prabowo mungkin nggak begitu masalah karena dia sudah dua kali nyapres. Dia pasti masih punya simpul simpul basis massa pendukung dari dua kali pilpres itu.
Tapi bagaimana Ganjar dengan situasi tak menentu ini? Pasti semakin sedikit waktu untuk memperluas basis massanya.
Calon pendukungnya pasti bertanya tanya. Sampean ini mau nyapres atau nyawapres sih?
Tidak mudah bagi Ganjar kalau hanya mengandalkan mesin partai.
Ada apa diantara kedua koalisi ini?
Apa ada perang psikologis antara Prabowo dengan Megawati?
Apa Prabowo ingin menundukkan Megawati terlebih dahulu sebelum berangkat pilpres?
Dan Megawati juga menangkap atau berpikir bahwa Prabowo sedang ingin menundukkannya?
Lalu Megawati kemudian mbatin dan berkata dalam hati, terusno Le karepmu, tak ladeni.
Mengapa pula partai partai lain koo betah dengan kondisi itu ? Apa kondisi itu terjadi karena memang ada dan membuktikan adanya jerat Jkw terhadap para pimpinan partai ?
Dan jeratnya ternyata tak berguna?
Jkw baru saja bilang di acara Parmusi, silahkan rayat memilih Prabowo, Anies atau Ganjar.
Jkw apa nyerah karena ternyata tidak mampu cawe-cawe?
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
No Responses