Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
(Seorang mantan staf ahli bidang ekonomi kedutaan yang kini mengajar sebagai dosen dan aktif menjadi kolumnis di beberapa media nasional)
Perang antara Rusia melawan Ukraina yang sudah berlangsung selama 7 bulan ini telah menyebabkan penderitaan kedua pihak yang berperang juga pada banyak negara di dunia ini. Hal ini terjadi karena pihak barat (Amerika Serikat dan Eropa) telah menjatuhkan berbagai sanksi kepada Rusia atas tindakannya menyerbu Ukraina. Sanksi itu dimaksudkan untuk memperlemah negara Rusia di banyak sektor baik politik, ekonomi, perdagangan, sosial dan budaya. Banyak negara menginginkan agar perang itu segera berakhir karena menimbulkan kekacauan didunia misalnya naiknya harga-harga BBM, pangan, kemiskinan dsb karena terganggunya pasokan bahan pertanian, pupuk, minyak dan gas yang semuanya itu merupakan komoditas penting dan sangat dibutuhkan banyak rakyat di banyak negara.
Namun keinginan untuk menghentikan perang bukanlah hal yang mudah, karena ternyata pihak pemerintah barat itu malah tidak menginginkan perang itu berakhir dengan tetap mengirimkan senjata-senjata canggih ke Ukraina agar dapat mengalahkan Rusia. Intinya agar Rusia tidak menjadi negara yang memiliki dominasi kuat di dunia. Jadi perang ini merupakan pertarungan geopolitik dalam hal hegemoni kekuasaan dunia. Baru-baru ini tanggal 23 Agustus 2022 menterli Luar Negeri Turkiye Mevlut Cavusoghu dalam suatu wawancara TV Global Haber – Turkiye mengatakan keyakinannya bahwa NATO tidak ingin perang berakhir. “Ada negara-negara di barat yang ingin perang berlanjut” kata dia.
Sikap politik negara-negara Eropa (dan Amerika Serikat) untuk memperlemah Rusia di berbagai bidang menjadi boomerang, karena ternyata Rusia ekonominya bertambah kuat, masih sanggup berperang selama berbulan-bulan, nilai mata uangngya Rubel juga kuat. Ini terjadi karena negara-negara barat itu sejatinya sangat tergantung kepada Rusia terutama dalam hal pasokan energi dan produk-produk pertanian.
TV Wion dari India melaporkan akibat keputusan untuk tetap memperpanjang konflik di Ukraina, Eropa mulai menghadapi resesi ekonomi yang parah dengan beberapa indikator antara lain jatuhnya nilai mata uang Euro. Pada tangal 12 Juli 2022 nilai 1 Euro = 1 US dolar, pada tanggal 23 Agustus 2022 1 Euro = 0,99 US dolar. Tingkat inflasi di beberapa negara Eropa sudah mencapai angka 2 digit, misalkan Estonia 23,2%; Latvia 21,3%; Lithuania 20,9% dan Citi Bank memprediksi tingkat inflasi di Inggris tahun depan 18%, inflasi di Amerika Serikat mencapai angka paling tinggi sejak 40 tahun lalu yaitu 8-9%. Selama ini negara-negara Eropa dan AS menikmati angka inflasi sekitar 2-3% yang membuat perekonomian mereka maju. Karena itu sebagai patokan angka inflasi mendekati/diatas angka 2 digit menunjukkan kondisi perekonomian yang sangat berbahaya. sementara Bank of England juga memperkirakan bahwa Eropa mengalami resesi dalam waktu yang cukup lama Terganggunya pasokan dari Rusia membuat kerugian besar di perekonomian negara-ngara Eropa, misalkan kerugian yang diderita Jerman bisa mencapai US$ 225 milyar selama 2 tahun.
Pada dasarnya kondisi menuurunnya perekonomian di Eropa ini dikarenakan karea krisis energi akibat terganggunya pasokan gas dari Rusia, tingkat inflasi yang tinggi dan pergolakan politik dalam negeri di beberapa negara Eropa. Khusus krisis energi, beberapa negara Eropa mulai mengambil keputusan untuk beralih ke batubara untuk menghindari ketergantungan dari Rusia. Keputusan penggunaan batubara ini ditentang para pecinta lingkungan hidup. Ditingkat grassroot banyak penduduk yang mulai mencari kayu bakar untuk di simpan untuk antisipasi menghadapi musim dingin nanti.
Sikap politik untuk menguasai hegemoni di berbagai bidang di dunia yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Eropa/NATO selama ini terutama dengan terus melanggengkan perang di Ukraina berakibat pada penderitaan rakyat negara-negara barat itu sendiri. Saat ini mulai bermunculan demonstrasi di berbagai negara Eropa menentang kenaikan harga-harga pangan dan BBM serta harga-harga kebutuhan sehari-hari.
Pada akhirnya rakyatlah yang menanggung penderitaan akibat keputusan yang diambil para politisinya demi melanggengkan dominasi nya di dunia.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
live videosNovember 30, 2024 at 9:04 pm
… [Trackback]
[…] Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/ahmad-cholis-hamzah-prahara-di-benua-eropa/ […]
webcam tokensDecember 5, 2024 at 10:51 pm
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/ahmad-cholis-hamzah-prahara-di-benua-eropa/ […]