Anies Belum Habis

Anies Belum Habis
Anies Baswedan memberi sambutan dalam acara halal bihalal JRMK, Jakarta Utara (Jakut), Minggu (19/5/2024). (KOMPAS.com/ADHYASTA DIRGANTARA)

Oleh: Muhammad Chirzin

Usai perhelatan Pilpres yang ditandai dengan keputusan MK menolak gugatan Paslon 01 dan 03, dengan kemenangan pasangan Prabowo-Gibran, Tim Pemenangan Anies-Muhaimin segera dibubarkan. Sungguhpun demikian, komunitas relawan-relawan AMIN amat sangat diharapkan untuk tetap dipertahankan.

Pada 7 Mei 2024, bertepatan dengan hari ulang tahun Anies Baswedan ke-55, komunitas relawan AMIN Jogja bermetamorfosis menjadi Gerakan Perubahan Indonesia (GPI). Diharapkan komunitas relawan-relawan AMIN di berbagai daerah membentuk wadah baru yang serupa. Mereka menanti kesediaan Anies Baswedan untuk memimpin Gerakan Perubahan Indonesia secara nasional, bahkan internasional.

Di tengah jeda aktivitas Anies pasca Pilpres beredar spekulasi, komentar, perkiraan, penilaian, dan saran untuk kiprah Anies di waktu mendatang.

Tidak terdengar opini dari relawan AMIN yang menyarankan Anies, bila ditawari jabatan oleh rezim Prabowo-Gibran, untuk menerimanya. Jika demikian, berarti Anies mengikuti jejak Prabowo menjadi anggota kabinet Jokowi.

Beberapa pihak berpendapat bahwa untuk melanjutkan gagasan perubahan Indonesia, seyogianya Anies Baswedan mendirikan partai politik, sebagai kendaraan untuk maju Pilpres kembali pada 2029, dengan alasan, tanpa kendaraan sendiri Anies tidak akan bisa sampai di Kursi RI 1. Untuk mendirikan partai politik baru pun sudah ada pengusaha di Kalimantan yang sanggup menyediakan dana puluhan hingga seratus miliar. Atas saran itu di antara pendukung Anies mengajak para relawan belajar dari pengalaman Bapak Reformasi Indonesia, Amien Rais, yang tidak berhasil mengantarkan partai barunya, Ummat, masuk di Senayan.

Beberapa pengamat menyarankan Anies bergabung ke salah satu partai pengusungnya pada Pilpres 2024. Komentar pun segera muncul berupa pertanyaan, relakah pimpinan-pimpinan partai yang bersangkutan menerima kehadiran Anies dengan tangan terbuka?
Opsi ketiga, Anies maju berlaga lagi untuk menjadi Gubernur Jakarta. Berkenaan dengan opsi ketiga tersebut, pengelola kanal

KBA melaporkan, Mantan Capres Anies Baswedan buka suara soal banyaknya anggapan masyarakat yang menyebut kontestan Pilpres 2024 yang ikut Pilkada adalah turun kasta.

Ia menyebut keduanya, baik Pilpres maupun Pilkada, sama-sama kompetisi yang penting untuk negara, sehingga tidak seharusnya dirating berdasarkan kasta atau level.

Menurut Anies Pilpres adalah sebuah kompetisi, dan dalam kompetisi itu ada yang menjadi calon lalu ada yang ditetapkan sebagai penerima mandat dari konstitusi.

Menurutnya, baik Pilpres ataupun Pilkada hanyalah sebuah kompetisi. Ketika kompetisi selesai, sudah seharusnya para kontestan kembali ke posisi semula.

Ia menilai sangat wajar jika ada politisi yang kembali menjabat sebagai Gubernur, Bupati, Wali Kota, Menteri, ataupun Anggota Legislatif. Sebab, itu adalah posisi asli para kontestan kompetisi demokrasi.

Setelah kompetisi semua kembali ke posisi masing-masing, apa pun posisi sebelumnya.

Apakah yang dikerjakan sesudah Pilpres harus diartikan sebagai lebih rendah? Sebelumnya ada yang Gubernur, ada yang Menteri, kemudian ikut kompetisi, diasumsikan naik, lalu setelah kompetisi selesai apa pun yang dikerjakan diasumsikan turun.

KONTENISLAM.COM memberitakan, pengamat politik Rocky Gerung menunjukkan problem yang muncul jika capres nomor urut satu Anies Baswedan maju di pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2024, yaitu akan dianggap hanya ingin jabatan, bukan memimpin rakyat.

Hal tersebut akan terjadi jika Anies Baswedan tidak menerangkan tujuannya maju di Pilkada DKI Jakarta 2024. Jika ingin memimpin rakyat setelah kalah Pilpres 2024, mantan Gubernur DKI Jakarta itu cukup melanjutkan kegiatan politiknya, tanpa harus mengikuti kompetisi politik lagi atau mempunyai jabatan.

Nanti ada problem lagi, bahwa ternyata Anies hanya ingin punya jabatan politik, bukan untuk memimpin rakyat. Sebab, kalau dia memimpin rakyat, mestinya dia teruskan saja kegiatan politiknya di luar sistem elektoral.

Anies mesti di luar keinginan untuk jadi Gubernur lagi atau jadi menteri, sehingga dia bisa endapkan seluruh kemarahan publik selama Pilpres 2004 ini menjadi bahan permenungan umum, dan itu membutuhkan kesabaran diri dan kesadaran diri untuk mengendalikan ambisi politik.

Sebelumnya, Anies Baswedan mengaku mempertimbangkan berbagai dukungan dari masyarakat kepada dirinya untuk maju pada Pilkada DKI Jakarta 2024. Selain itu dukungan juga hadir dari partai politik (parpol).

Anies pun menyatakan, sekarang ia memang dalam fase menakar, mempertimbangkan. Sudah ada undangan dari parpol dan masyarakat juga, bisa dibilang seminggu bisa tiga sampai empat kali berdatangan ke rumah. Berbagai kelompok mengundang untuk kembali ke Jakarta.

Namun Anies belum ingin mengungkapkan parpol yang mulai mendukungnya untuk maju Pilkada DKI Jakarta 2024, dan meminta publik untuk menunggunya.

Beberapa pengamat mendukung opini Rocky Gerung, dengan mengemukakan tambahan argumentasi, siapa yang jamin jika Anies maju Pilkada Jakarta, ia akan memenangkan Pilkada? Andaikata Anies memenangkan Pilkada DKI pun, bukankah ia berada di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran?

Lebih baik Anies di luar pemerintahan rezim ini, dan memandu gerakan perubahan Indonesia, semacam oposisi rakyat untuk mengawal keselamatan negara dan bangsa, menuju perubahan yang dicita-citakan. Wallahu a’lam.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K