ZONASATUNEWS.COM—Salah seorang Mursyid Thariqoh Syaziliyah yang masyhur adalah KH Abdul Jalil Mustaqim, Tulungagung Jawa Timur. Kiai Jalil juga mengasuh pesantren bernama Pesantren PETA (Pesulukan Thariqoh Agung), Tulungagung. Ayahnya, Syekh Mustaqim Husein juga seorang sufi besar pada jamannya, juga seorang Mursyid Thariqoh.
Suatu hari, ada seorang santri yang gelisah terkait makna zuhud, sehingga santri ini memberanikan diri bertanya Kiai Jalil.
“Mbah Kiai, apa yang dimaksud zuhud dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin?” tanya santri penuh penasaran.
“Kamu belum paham ya?” Kiai Jalil balik bertanya.
“Belum, Mbah Kiai,” jawab santri.
“Sekarang kamu ke sana. Itu ada bak mandi, kamu isi sampai penuh ya,” perintah Kiai Jalil.
“Injeh, Mbah Kiai. Siap!,” jawab santri.
Santri itu kemudian mengisi dua bak mandi yang besar itu. Santri itu menimba air dari sumur yang tak jauh dari bak mandi. Karena begitu penasaran dengan makna zuhud, santri ini tidak terasa sudah mengisi secara penuh bak mandi itu. Capek, tentu saja. Tapi itu tak dirasakan sedikitpun oleh santri itu.
“Sudah selesai Mbak Kiai. Dua bak mandi sudah penuh semua.” Santri itu melaporkan tugasnya kepada Kiai Jalil.
“Kamu capek atau tidak?” tanya Kiai Jalil.
“Injeh, Mbah Kiai. Capek, tapi saya senang Mbah Kiai,” jawab santri dengan tetap riang gembira.
“Ya sudah. Sekarang kamu mandi dulu ya. Habis mandi, nanti ke rumahku ya,” tegas Kiai Jalil.
“Injeh, Mbah. Nderek Dawuh,” jawab santri.
Karena merasakan capek yang sangat, santri itu bergegas mandi ingin menikmati segarnya air yang sudah diambil dari sumur. Begitu nikmat ia mandi, sehingga ia tersadar untuk segera sowan Mbah Kiai. Setelah ganti baju yang pantas, santri itu bergegas sowan kepada Mbah Kiai.
“Sudah rampung mandinya?”
“Sudah Mbah Kiai.” Jawab santri dengan gembira.
“Airnya kamu habiskan?” tanya Kiai Jalil.
“Ya tidak, Mbah Kiai. Saya gunakan secukupnya saja.” Jawab santri.
“Itulah zuhud wahai santriku. Carilah harta sebanyak-banyak, tapi gunakan harta itu secukupnya saja. Sisanya biar dimanfaatkan untuk keperluan orang lain.” Tegas Mbah Kiai Jalil dengan sederhana.
Santri itu kaget dan terpana dengan jawaban sederhana dari mbah kiai yang sangat dihormatinya itu. Tanpa perlu dalil-dalil dan ayat2, Mbah Kiai Jalil memberikan jawaban yang sangat tepat bagi santri itu.
Itulah ciri khas ulama’ Indonesia. Mereka mampu menerjemahkan ajaran Islam dengan penjelasan sederhana, tetapi maknanya sangat dalam dan sangat cocok dengan kondisi masyarakat.
Inilah ilmu warisan para ulama yang terus mengalir kepada umat Islam Indonesia sampai saat ini.
Editor : Setyanegara
Tags:Related Posts
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Quo Vadis Kampus Era Prabowo
Habib Umar Alhamid: Prabowo Berhasil Menyakinkan Dunia untuk Perdamaian Palestina
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
phuket divingNovember 14, 2024 at 5:13 pm
… [Trackback]
[…] Find More here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/apa-itu-zuhud-jawaban-kyai-jalil-ini-menakjubkan/ […]
sexy chatJanuary 14, 2025 at 12:29 pm
… [Trackback]
[…] Find More Info here on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/apa-itu-zuhud-jawaban-kyai-jalil-ini-menakjubkan/ […]
Lottovip98January 30, 2025 at 7:14 am
… [Trackback]
[…] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/apa-itu-zuhud-jawaban-kyai-jalil-ini-menakjubkan/ […]