Oleh: Ridwan Saidi
(Budayawan, Sejarawan, Politisi Senior)
Delman angkot roda dua dengan tenaga kuda. Delman hadir setelah gerobak. Gerobak diperkirakan XVII M.
Sebelum gerobak angkutan barang andalan géték, via air. Delman, juga gerobak, penamaan yang biasanya tak ada arti.
Kusir, pengendali delman, artinya belakang. Posisi pengendali di belakang kuda. Tana Kusir tana belakang. Posisinya di belakang arteri Pondok Indah.
Gombongan kuda adalah fasilitas umum yang disediakan untuk minum kuda. Bangunan bertinggi kurang dari semeter berbentuk circle dengan diameter 5 meter.
Material batu dan semen. Posisi gombongan strategis di sekitar Jakarta.
Biasanya di dekat gombongan ada tukang kopi dan kue pancong. Kusir pada nongkrong di situ.
Pada tahun 1821 ada true story menyangkut crime legendaris yang melibatkan seorang kusir nama Sami’un.
Adalah Dasima perempuan Kuripan, Parung, yang tadinya kerja di Legok, Tangerang, menjadi bini piara orang Inggris karyawan Raffles nama William.
William kasi modal pada bini piara untuk berdagang emas. Istilah waktu itu untuk wanita pebisnis emas: cengkaw.
Suatu sore jelang gelap seusai bisnis emas Dasima pulang ke rumahnya di Pejambon dengan delman.
Setiba di jembatan Pejambon kusir hentikan delman dan rampas petiman (kotak tempat emas) yang dibawa Dasima. Dasima melawan dan dibunuh. Jenasah dibuang ke kali.
Esoknya Belanda temukan jenasah Dasima di kolong jembatan belakang Istiqlal sekarang.
Sebelumnya polisi Belanda sudah terima pengaduan Tuan William bahwa dia punya bini piara tidak pulang.
Polisi bekerja dan berhasil tangkap pelaku seorang kusir delman nama Sami’un. Sami’un di-onderzoek dan mengaku. Pemeriksaan klaar.
Tak lama berselang pemeriksa kembali meminta Sami’un ubah pengakuan. Ia bukan dader (pelaku) tapi mede dader (pembantu pelaku). Kalau OK, Sami’un cuma kena bui 8 tahun. Sami’un bingung dan girang.
Belanda siapkan dader Puasa putra Gg Mendung, Kwitang. Ia seorang jago dan guru maen pukulan yang sudah lama dicurigai Belanda karena banyak murid2nya anak Indo Kebon Siri.
Puasa juga mengajar teratur di Mester Kornelis, termasuk Demang Mester muridnya.Empat tahun setelah ini murid2 Puasa terlibat Perang Diponegoro 1825-1830 yang dikenal sebagai Kontingen Mester Kornelis.
Suatu pagi di tahun 1821 di depan Museum Seni Rupa, sekarang, Bang Puasa menjalani dengan tabah hukum gantung sampai mati. Emang salah apa? (RSaidi)
EDITOR: REYNA
Baca Juga:
Tags:Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
Api di Ujung Agustus (Seri 23) – Dua Api, Satu Malam
Api di Ujung Agustus (Seri 22) – Duel Senyap di Rumah Sakit
Api di Ujung Agustus (Seri 21) – Baku Hantam di Dua Pintu
No Responses