Oleh: Muhammad Chirzin
Pro-Kontra tentang Islamophobia di Indonesia antara lain dipicu oleh pernyataan Mahfud MD yang berkata,” Di Indonesia ada Islamophobia itu omong kosong!”
Saya pun menanggapinya di grup WA yang mengunggah narasi Pak Mahfud MD tersebut dengan singkat, “Ini Omong Kosong!!!”
Usai menyimak unggahan narasi Mahfud MD tersebut, salah seorang anggota WAG mengunggah tulisan Jerry Kwok Liaw kontra narasi Mahfud MD.
Mahfud MD pun membantah opini Herry Kwok Liaw via japri kepada Prof. Fauzul Iman, dikirim kepada Prof. Azyumardi Azra, lalu diforward di Grup WA PROFESOR PTKIN disertai tanggapannya. Saya pun pagi-pagi menanggapinya.
Salah Abstraksi Terhadap Gejala Terkait Islamophobia
Kita harus yakin bahwa di Indonesia tak ada Islamo phobia sebagai kebijakan. Kalau cemooh-cemooh antar oknum atau antar bagian dari komunitas ya terjadi utk semua agama, dong, bukan hanya terhadap Islam seperti. tudingan terhadap budaya Arab atau pakaian cadar.
Loh, di masyakat muslim kita kan sering ada ucapan “itu budaya Hindu dari budaya India, hindari itu budaya Katolik ada jin kafirnya, hati-hati itu Keristenisasi yang dibawa oleh Belanda, jangan dekat2 gereja, dan sebagainya.
Banyak yang lebih keras lagi. Misalnya, banyak ceramah, “kita jauhi Yahudi dan Nasara (Keristen) krn mereka takkan diam mengganggu kita sampai kita ikut agama mereka”.
Tapi terhadap ini tak ada yang menyebut Yahudi phobia atau Keristen phobia. Itu kan banyak juga di masyarakat kita.
Maksud saya, kalau seperti yang ditulis oleh Jerry Kwok itu alasan dan contoh-contoh untuk mengatakan ada Islamophobia di Indonesia ya sangat tak logis. Tak bisa kita bilang di Indonesia dalam kenegaraan ada Islamophobia hanya karena ada sikap sesama masyarakat yang kurang bersahabat terhadap perilaku masyarakat pemeluk agama lain.
Faktanya orang Islam di Indonesia tidak didiskriminasi, dan boleh bersaing secara demokratis dan intelektual. Makanya bermunculan politisi dan birokrat muslim. Juga bermunculan profesor-profesor muslim spt Prof. Fauzul, Prof. A’la, Prof Azyumardi, dll.
Masjid dan pesantren terbangun dgn bagus-bagus.UIN hebat-hebat, rektor-rektor dan pejabat muslim salat secara terang-terangan dan nyaman membawa sajadah di bahu di tempat-tempat terbuka. Di daerah-daerah para Gubernur dan Bupati membangun Islamic Centre.
Kalau hanya karena ada orang menyindir “kok berbau Arab”, “kok berjenggot dan bercelana cingkrang” lalu disebut ada Islamophobia maka berarti di Indonrsia juga ada Katholik phobia, ada Hindu phobia, ada Keristen phobia, Budha phobia, budaya phobia dan lain-lain.
Di kalangan komunitas kita kan banyak yang juga mendorong masyarakat muslim untuk menghindari perilaku tertentu dgn alasan itu ajaran Keristen, itu ajaran Hindu, itu ajaran Katholik, itu ajaran Yahudi, dan sebagainya. Kita tak boleh bohong, di kalangan kaum kita muncul hal-hal spt itu terhadap agama lain.
Jadi kalau kita bicara tak ada Islamophobia di Indonesia adalah dalam konteks kebijakan negara dan praktik politik dan pemerintahan. Kalau phobia di masyarakat ya banyak, dan semua terkena sasaran phobia.
“Pada saat yang sama setiap orang Islam boleh berkontestasi dan meraih prestasi melalui mekanisme yang demokratis. Kalau dalam konteks kebijakan dan kenegaraan kita tak ada Islamophobia. Tak yakin? Pak Fauzul, tanggapan saya ini saya tulis sebagai akademisi, boleh dishare kemana-mana,” kata Mahfud MD
Sementara itu Azyumardi Azra sepenuhnya sepandangan denan Mahfud MD. Tidak ada Islamofobia di Indonesia dalam bentuk ‘konspirasi’ atau ‘systematic policies against Islam and Muslims’.
“Mereka yang menyebut ada Islamofobia di Indonesia dari pemerintah adalah mereka yang tidak bisa bersikap proporsional, ‘ngebyah uyah’, dan tendensius. Saya pernah dalam satu forum webinar dengan pak Mahfud, dia membantah adanya apa yang mereka sebut ‘Islamofobia’ tersebut,” ungkap Azyumardi Azra.
Dia menambahkan, saya setuju dengan respons Pak Mahfud MD, bahwa secara teori, Islamophobia sebagai kebijakan Pemerintah Indonesia, tidak ada.Karena menurutnya itu tentu bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam praktiknya, apakah yang terjadi di lapangan cuma tindakan oknum? Mengapa phobia Islam dalam realita terstruktur, sistematis, dan massif?
Buktinya, kriminalisasi HRS, Jumhur Hidayat, Syahganda Nainggolan, Munarman, Edy Mulyadi, dan lain-lain.
Bagaimana dengan kasus pembantaian syuhada pengawal HRS di Tol KM 50?
Kata Pak Mahfud MD, “Kita tidak bisa mengatakan itu pelanggaran HAM berat kalau Komnas HAM mengatakan itu bukan pelanggaran ham berat…”
Bukankah pembantaian KM 50 itu targetnya pembunuhan HRS?
Bagaimana dengan kelakuan Abu Janda, Denny Siregar, Ade Armando yang suka menebar ujaran kebencian, dan mendiskreditkan Islam dan ulama? Kapan mereka ditindak? Apakah mereka memang kebal hukum?
Katanya memang ada anggaran tertentu untuk membiayai pendengung dan buzzer?
Berikut terlampir meme ucapan-ucapan Pak Mahfud MD dll yang belum terkonfirmasi oleh Pak Mahfud MD dan pihak-pihak terkait.
Salah seorang anggota grup WA Profesor PTKIN merespons, “Slmt bergerak Kereta cepat : Gerakan Nasional Anti Islmophobia (GNAI) insya Allah itu bagian dari da’wah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar” utk Indinesia damai!”
Di grup WA yang lain salah seorang anggotanya mengunggah buku penulis Barat tentang Islamophobia dengan pesan, “Mungkin ada manfaat memperbandingkan dengan naskah ini.”
Sementara itu Prof.Suteki ikut merespons, “Soal phobia pemerintah dlm kebijakan, ada. Mau tahu?”
Prof. Suteki memberikan contoh kebijakan-kebajakn terkait:
1. Pasar Muamalah (pendiri ditangkap).
2. Perda yang berbasis agama atau yg dikenal ada unsur syariah.
3. Kriminalisasi dan peminggiran ajaran Islam khilafah dan jihad.
4. Persekusi terhadap organisasi Islam seperti HTI, FPI dan aktivis dakwah serta ASN yang terkait dengan label radikal, ekstrimis. Bahkan ada portal ASN No Radical.
Anggota WA yang lain pun menambahkan:
5. Lembaga negara, seperti BNPT routine mengeluarkan data pesantren2 yg terjangkit teroris, radikalah. Tanpa pernah rakyat mengetahui standard radikal teroris itu seperti apa.
6. Densus melakukan penangkapan sekaligus menyebabkan kematian “tersangka” tanpa sempat membela diri.
Salam Indonesia!!!
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Catatan M Chirzin: Lanjutan Pro-Kontra Islamophobia di Indonesia - Berita TerbaruJuly 28, 2022 at 8:25 am
[…] Catatan M Chirzin: Pro Kontra Islamophobia di Indonesia […]
sex camsNovember 6, 2024 at 9:50 am
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/catatan-m-chirzin-pro-kontra-islamophobia-di-indonesia/ […]
altogelDecember 3, 2024 at 2:33 pm
… [Trackback]
[…] Find More to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/catatan-m-chirzin-pro-kontra-islamophobia-di-indonesia/ […]
โอลี่แฟนDecember 3, 2024 at 3:09 pm
… [Trackback]
[…] Find More to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/catatan-m-chirzin-pro-kontra-islamophobia-di-indonesia/ […]
BAUJanuary 18, 2025 at 9:55 am
… [Trackback]
[…] Find More Information here on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/catatan-m-chirzin-pro-kontra-islamophobia-di-indonesia/ […]