Chris Komari: Kolonialisme-Imperialisme Russia, Sangsi Ekonomi dan KTT G-20 di Bali

Chris Komari: Kolonialisme-Imperialisme Russia, Sangsi Ekonomi dan KTT G-20 di Bali
Chris Komari, aktivis demokrasi, tinggal di California, USA

Oleh: Chris Komari

Aktivis Demokrasi-Farum Tanah Air, Tinggal di California AS

Saksikan sendiri bagaimana kondisi perubahan hidup dan penderitaan rakyat Russia dibawah sangsi ekonom Barat setelah 3 bulan berjalan.

Padahal sangsi ini diproyeksikan untuk jangka panjang antara 15 tahun hingga 20 tahun kedepan dengan tujuan melemahkan kekuataan ekonomi Russia, keuangan Vladimir Putin dan kekuataan Militer Russia.

Semua itu tidak harus terjadi, bila Vladimir Putin tidak menjalankan kebijakan kolonialisme dan imperialisme terhadap negara-negara tetangganya. History invasi Russia sudah berjalan mulai dari Polandia, Serbia, Chechnya, Crimea, Donbas dan kini Ukraina.

Sebenarnya semua itu bisa dihindari, dengan diplomatic approach, tidak harus dengan invasi militer untuk merangkul kembali mantan negara-negara Soviet Union.

Tetapi semuanya sudah terlanjur, nasi sudah menjadi bubur, Russia sudah invading Ukraina, kerusakan, kematian dan korban kedua negara sangat besar dan kehancuran bangunan di Ukraina sudah terjadi dimana-mana.

Akan diperlukan, billions and billions dollar untuk membangun Ukraina, and Russia will pay for it…!!!

Invasi Russia kali ini membuat batas kesabaran negara Uni Eropa tidak bisa ditahan lagi, kebijakan kolonialisme dan imperialisme Vladimir Putin membahayakan keselamatan Eropa.

Kini, 43 negara Uni Eropa, NATO dan USA melakukan retaliation dengan sangsi ekonomi terhadap Russia yang sudah “gagal” mencapai military objectives di Ukraina.

1). Gagal menguasai Ibu kota Kiev.

2). Gagal menangkap Presiden Ukraina.

3). Gagal mengganti Presiden yang pro Russia.

4). Gagal menguasai Ukraina.

5). Tentara Ukraina semakin perkasa.

Tentara Russia hanya bisa mempertahankan daerah Eastern side of Ukraina, sekitar Donbas dan Mariopul area meski harus menghadapi resistensi dari tentara Ukraina yang semakin kuat karena mendapat bantuan senjata perang mutakhir dari 43 negara, termasuk bantuan ekonomi dan keuangan yang jumlahnya luar biasa.

Dari USA sendiri sudah mendapatkan bantuan sebesar $15 billion dollar. Presiden Joe Biden meminta persetujuan US Congress $33 billion untuk membantu Ukraina.

Tetapi US Congress malah menyetujuinya sebesar $40 billion dollar untuk membantu Ukraina.

USA, NATO dan European Union siap menghadapi taktik The War Of  Attrition Vladimir Putin di Ukraina.

This is the war antara kekuataan ekonomi dan financial dari The West Vs. Russia.

Setiap hari Russia harus mengeluarkan biaya perang di Ukraina sebesar $9 billion per hari, kalikan 90 hari. Belum lagi kerusakan dan kehancuran alat-alat perang Russia dan kematian 20% tentara Russia yang berperang di Ukraina, sekitar 20.000 orang…!!!

The West akan terus membuat Russia terjebak dalam kesibukan perang di Ukraina selama mungkin, sambil memonitor jalannya sangsi ekonomi untuk melemahkan ekonomi Russia.

Kedepan dalam waktu tidak lebih dari 12 bulan, negara-negara Eropa akan berhenti total untuk tidak membeli oil dan natural gas dari Russia.

Bagaimana bila dalam waktu 6 bulan kedepan, Uni Eropa tidak lagi membeli oil dan gas dari Russia dan Uni Eropa, NATO, USA, Australia dan Canada melakukan embargo terhadap Russia selama 15 hingga 20 tahun?

Itu semua sudah menjadi rencana The West guna melakukan isolasi terhadap Russia. It’s never good idea to fight many countries.!

Dunia akan menyaksikan sendiri nantinya, bagaimana dampak sangsi ekonomi the West terhadap ekonomi, financial dan kekuataan militer Russia.

Satu fakta yang pemimpin Indonesia harus sadari dari sekarang bahwa tekad bulat (solid) dari 43 negara (Uni Eropa, NATO, USA, AUustralia dan Canada) untuk mengunakan sangsi ekonomi terhadap Russia, tidak akan di batalkan atau dikurangi, meskipun perang di Ukraina berakhir..!!

Kenapa begitu…???

Karena tujuan dari sangsi ekonomi Barat adalah bukan untuk mengalah perang Russia di Ukraina, tetapi untuk “melemahkan” ekonomi, financial dan military might Russia.

Karena selama Vladimir Putin memiliki kekuataan ekonomi, financial dan military powers, Vladimir Putin akan selalu melakukan invasi militer ke negara tetangganya di Eropa.

Kondisi geopolitik yg membahayakan Eropa dan dunia inilah yang harus dihentikan.Itulah tekad bulat The West.

Sikap Indonesia

Bagaimana Indonesia seharusnya menyikapi perubahan geopolitical dunia seperti itu, khususnya sebagai Presiden G-20 dan sikap apa yang harus dilakukan Indonesia pada KTT G-20 di Bali mendatang?

Yang jelas, sangsi ekonomi The West terhadap Russia itu sudah berjalan in full swing dan tidak akan berhenti hingga mission accomplished.

Pertama, jangan sampai Presiden Indonesia meminta USA menghentikan perang di Ukraina?That’s gullible request and stupid position to take.

Apa untungnya bagi USA bila perang di Ukraina berhenti? Itu bukti pemimpin Indonesia tidak memahami issues global geopolitics.

Karena selama Russia memiliki kekuataan ekonomi, keuangan dan militer powers yang besar, maka selama itu pula Vladimir Putin akan menjalankan kebijakan kolonialisme dan imperialisme terhadap negara-negara di Eropa.

Itu yang harus dihentikan dulu.

Karena itu ketika Presiden Jokowi datang ke USA menghadiri summit USA-ASEAN 12-13 Mei 2022 dan membuat speech meminta USA menghentikan perang di Ukraina, terdengar strange, aneh dan too naive.

Kedua, kalau ada negara lain yang ingin perang di Ukraina itu segera berhenti adalah RRC China..

Karena, Eropa dan USA adalah market terbesar bagi RRC dan pengimport barang terbesar dari RRC. China tidak ingin kehilangan market di Eropa dan USA.

Itulah pesan yang disampaikan Presiden Biden kepada Presiden Xi Jinping untuk tidak main dibelakang pintu membantu Russia menghindari sangsi ekonomi, bila China tidak mau kehilangan market di Eropa dan USA.

Ketiga, kalau ada negara lain yang ingin perang di Ukraina berjalan terus selama mungkin adalah India.

Karena India bisa beli “dirt cheap” oil dari Russia yang sedang membutuhkan uang untuk membiayai perang di Ukraina.

Di era new Cold-War, hanya ada 2 pilihan bagi negara didunia ini: Either, Pro The West, Or against The West.

Sikap neutral, setengah-setengah dan ambiguous tidak akan memberi manfaat bagi Indonesia kedepannya karena sangsi ekonomi dari The West adalah for long term strategy, 15 tahun hingga 20 tahun kedepan.

Any country yang membantu Russia dari belakang pintu untuk menghindari sangsi ekonomi dari Barat, akan dianggap Against The West, dan akan menerima konsekwensinya, cepat atau lambat.

Keempat, bila USA, NATO dan Eropa belum memberi sangsi terhadap India saat ini adalah karena posisi strategis India yang dibutuhkan oleh The West, khususnya oleh USA untuk menghadang pengaruh RRC di Asia and world wide.

India memiliki posisi yang strategis untuk menghadang China di Asia, kerja sama dengan Korea Selatan dan Jepang.

Indonesia harus cepat tanggap dengan perubahan geopolitik dunia dan harus cepat menyesuaikan diri serta berani mengambil sikap yang tegas, cepat dan tepat memanfaatkan perubahan geopolitik dunia.

Pemimpin Indonesia harus rasional dan calculated dalam menentukan sikap berdasarkan fakta yang ada, bukan berdasarkan imaginasi, hallusinasi, emotional 76 (ngimpi).

Senjata Nuklir

The West (USA) bukanya tidak berani melawan Russia dengan senjata Nuklir.

Tapi The West, khususnya USA sadar, bahwa perang nuclear itu Unwinable, tidak ada negara yang terlibat perang nuklir akan menang, semuanya dijamin akan hancur lebur.

Bila Russia mengunakan senjata nuclear di Ukraina, itu adalah awal dari berakhirnya kekuasaan Vladimir Putin di Russia.

Karena itu, The West sangat berhati-hati dalam menghadapi bully dictator dari Russia yang memiliki 6.000 nuclear warheads.

Massive sangsi ekonomi adalah instrument yang sangat Fatal dan Vital untuk dipakai melumpuhkan dan melemahkan kekuataan perang Vladimir Putin, tanpa NATO dan USA harus firing a single shot.

Russia dan Vladimir Putin can survive terhadap sangsi ekonomi Barat. Tetapi sangat berbeda, antara surviving dan having economic growth.

KTT G-20

Karena itu pada KTT G-20 mendatang di Bali, pemimpin Indonesia jangan planga-plongo dan too naive meminta The West, USA dan negara Uni Eropa untuk menghentikan perang di Ukraina.

Permintaan itu hanya pantas ditujukan kepada Russia, karena Russialah yang melakukan invasi militer ke Ukraina.

Lebih dari itu, pemimpin Indonesia jangan berpikir untuk mencari jalan pintu belakang untuk membantu Russia menghindari sangsi ekonomi dari The West, atau berharap sangsi ekonomi The West itu harus segera dihentikan dan diakhiri.

Apalagi bila Indonesia tetap ngotot mengambil posisi dan sikap dimana negara Eropa, G-7, Australia, Canada dan USA masih harus doing business as usual dengan RUSSIA dalam satu keranjang di G-20.

It’s not going to happen…!!! That’s against the will of 43 countries…!!! Wake up, Indonesia…!!!

Posisi seperti itu membuktikan bahwa para pemimpin Indonesia masih clueless dan masih 76 (ngimpi) terhadap perubahan geopolitik dunia, seolah-olah invasi militer Russia di Ukraina itu tidak pernah terjadi.

Bila itu sikap yang akan diambil pemimpin Indonesia di KTT G-20 mendatang di Bali, Indonesia will gain nothing from it. Just watch. 

Karena tidak mungkin tekad bulat dari 43 negara itu akan berubah di KTT G-20 mendatang di Bali.

Unless things change with the WAR in Ukraine or something happens politically inside Russia, the down fall of Russia’s economy is only a matter of time….!!!

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

2 Responses

  1. sa casinoNovember 23, 2024 at 2:42 am

    … [Trackback]

    […] Read More here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/chris-komari-kolonialisme-imperialisme-russia-sangsi-ekonomi-dan-ktt-g-20-di-bali/ […]

  2. top webcam sitesDecember 14, 2024 at 8:34 pm

    … [Trackback]

    […] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/chris-komari-kolonialisme-imperialisme-russia-sangsi-ekonomi-dan-ktt-g-20-di-bali/ […]

Leave a Reply