C). Bagaimana bila seseorang itu sudah terdoktrinisasi oleh ideology democracy…???
This is self-criticism terhadap diri saya sendiri sebagai an activist democracy.
Sejelek-jeleknya orang yg telah terdoktrinisasi (doctrinized) oleh ideology demokrasi, orang itu masih:
1). Menghormati perbedaan,
2). Menghormati freedom of speech,
3). Menghormati freedom of expression,
4). Menghormati freedom of assembly,
5). Menghormati freedom of the press,
6). Menghormati freedom of religion,
7). Menghormati equality & equal opportunity,
8). Menghormati equality before the law,
9). Menghormati due process & fair trial,
10). Menghormati pluralism,
11). Menghormati kedaulatan rakyat…!!!
Seorang warga negara yang bisa seperti diatas, memiliki jiwa demokratis dan rasa toleransi yg tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berdemokrasi.
Pada akhirnya saya akan memilih seorang kandidat, tetapi saya tidak type person-oriented atau partai politik-oriented. Saya selalu issue-oriented.
Karena itu, saya tidak merasa terdoktrinisasi oleh partai manapun dan oleh Capres siapapun.
Hal itu yg membuat saya tidak cocok menjadi kader partai politik, karena tidak suka diatur-atur dan harus mengikuti ideology tertentu, yg belum tentu benar….!!!
My vote is not for sale, and neither for free…!!!
D). Pertanyaan terakhir…..???
Bagaimana bila ada orang yang tidak dikenal sama sekali oleh seorang kandidat Presiden (Capres), dan seketika orang itu dengan senang hati dan rasa enthusiasm memberikan dukungan sepenuhnya secara gratis terhadap kandidat Presiden itu dengan harapan, capres itu akan membuat perubahan politik dan ekonomi yg menguntungkan rakyat banyak dan dirinya, tanpa membuat perjanjian politik dan kontrak sosial dengan kandidat itu secara tertulis yg dilegalisir di NOTARIS dengan saksi-saksi dan materai Rp.10.000?
Apakah itu illusi, reality atau wishful thinking…???
You tell me…!!!
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Pretty GamingOctober 26, 2024 at 4:14 pm
… [Trackback]
[…] Read More on to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/chris-komari-perspektif-demokrasi-sebuah-ilusi/ […]
top camsDecember 15, 2024 at 10:42 am
… [Trackback]
[…] Find More Info here on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/chris-komari-perspektif-demokrasi-sebuah-ilusi/ […]
BAU DiyalaJanuary 18, 2025 at 10:03 am
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/chris-komari-perspektif-demokrasi-sebuah-ilusi/ […]