Oleh: Daniel Mohammad Rosyid
Menyusul Sekjen FPI Munarman enam bulan silam, beberapa hari yang lalu 3 tokoh dakwah ditangkap oleh Densus88 tanpa proses hukum yang layak. Dua di antaranya doktor alumni Al Azhar. Salah satunya anggota komisi fatwa MUI, satunya lagi ketua sebuah Partai Politik baru.
Mungkin penangkapan itu menggunakan UU No. 5/2018 anti terorisme sehingga terduga tindak terorisme bisa ditangkap begitu saja seperti koruptor tertangkap tangan. Ada wacana publik yang menjadikan Islam sebagai ancaman keamanan dan tokoh-tokohnya dikaitkan dengan aksi terorisme, terutama di masa lalu.
Dinarasikan bahwa Jamaah Islamiyah dan organisasi serupa yang diindikasikan sebagai organisasi para alumni Afghanistan asal Indonesia yg pernah dilatih di Akademi Militer Thaliban pada tahun 1990an kini sedang merencanakan aksi teror kembali. Saya menduga, aksi teror sebagai respons non-linier atas state terrorism ada operasi intelijen untuk menjadikan alumni
Afghanistan dan siapapun yg dekat dengan Thaliban sebagai kambing hitam teroris dengan menggunakan lone wolf yang sudah dicuci otaknya. Ini kemudian dijadikan alasan “obyektif” bagi Densus88 untuk melakukan kekejaman negara atas rakyat mereka sendiri.
Alumni yang berjumlah sekitar 400 orang inilah -termasuk Ali Imron- yang pernah terlibat melindungi komunitas muslim dalam peristiwa kerusuhan berdarah di Ambon dan Poso serta terlibat dalam aksi Bom Bali beberapa waktu setelah serangan AS ke Iraq dan Afghanistan pasca peristiwa 9/11. Oleh George Bush Jr., invasi AS ke Afghanistan untuk memburu Osama bin Laden ini diposisikan sebagai kelanjutan Perang Salib dengan diberi nama War On Terror.
Dalam praktek, perang melawan teror ini wujud menjadi perang melawan Islam. Wartawan senior Australia John Pilger mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada perang melawan teror, tapi yang ada adalah menjadikan terorisme sebagai alasan untuk menginvasi wilayah muslim seperti Afghanistan dan Iraq, atau menangkapi para terduga teroris.
Alasan ini mengada-ada. Perang yang kemudian terjadi adalah perang yang tidak sah sekaligus kejahatan kemanusiaan dengan korban ratusan ribu manusia yang tidak bersalah.
Pimpinan partai Republik maupun Demokrat AS serta industri militer yang diuntungkan oleh bisnis perang tidak sah itu adalah para penjahat perang sekaligus teroris yang sebenarnya. Adalah Barat yang membuat daftar organisasi teroris yang disahkan PBB. Tidak mungkin memasukkan partai politik semacam Partai Republik AS dalam daftar tersebut.
Intelektual publik paling berpengaruh di abad 20 hingga hari ini Noam Chomsky mengatakan bahwa Partai Republik AS adalah organisasi yang paling berbahaya di seantero planet ini. Di bawah Donald Trump, dunia semakin terancam perang nuklir, dan ancaman perubahan iklim makin parah. Keduanya merupakan ancaman eksistensial atas manusia sebagai spesies terorganisir.
Kini di bawah Joe Biden dari partai Demokrat AS, ancaman perang nuklir itu tidak berkurang. Jadi, baik dari segi pendanaan, penguasaan teknologi perang, jaringan intelijen dsb., maka ISIS, al Qaedah, JI, HTI dan FPI jika dibandingkan dengan Partai Republik dan Partai Demokrat AS, seperti nyamuk dibanding gajah dalam kemampuannya membuat propaganda, disinformasi dan perang buatan serta kerusakan yang paling membahayakan spesies manusia.
Upaya menangkap 3 tokoh dakwah itu dengan tuduhan terorisme itu, lalu juga desakan pembubaran MUI, benar-benar mencerminkan upaya mengubur kebenaran dengan propaganda kebohongan dalam proyek anti-terorisme yang disponsori Barat. Ini sekaligus upaya untuk memecah belah bangsa Indonesia dan ummat Islam sekaligus mencari kelompok Islam yang bisa dijadikan kaki tangan AS dalam melawan dominasi China di Indonesia.
Skenario menjelang peristiwa G30S/PKI 1965 boleh jadi akan dipaksakan terjadi lagi oleh kekuatan nekolimik di Indonesia. Tentu dengan sedikit modifikasi. Jika benar Nahdlatul Ulama merupakan bagian dari faksi pro-China rezim penguasa saat ini yang mengganggu kepentingan AS di Indonesia, Biden mungkin sekali akan mencoba menarik ormas atau Parpol Islam tandingan untuk bersama faksi TNI pro-AS melawan Nasakom baru yang kini berkuasa.
Jika NU dan Muhammadiyah sebagai ormas Islam terbesar di negeri ini tidak menyadari skenario jahat Balkanisasi Republik ini, alangkah malang nasib ummat Islam dan juga bangsa ini.
Peringatan Haedar Nashir agar ormas Islam tidak terjebak pada kebanggaan kelompok akan dieksploitasi terus oleh kekuatan-kekuatan nekolimik ini.
Baik China maupun AS mungkin telah menemukan kepentingan yang sama di Indonesia yaitu sekulerisasi dan pecah belah untuk melemahkan ummat Islam Indonesia sebagai benteng terakhir Republik setelah tentara dan polisi bisa dikendalikan oligarch dan ummat muslim diasingkan dari Islam menjadi kaum abangan.
Negeri ini mungkin akan dibalkanisasi menjadi beberapa bagian untuk dijadikan bancakan oleh China dan AS serta sekutunya. Kelompok sekuler radikal yang kini merasa di atas angin sebentar lagi akan gigit jari karena akan menjadi sepah yang dibuang begitu saja setelah habis manisnya.
Bagi kekuatan nekolimik yang kerasukan imperial ambition ini, manusia pendek berkulit coklat berhidung pesek keturunan homo soloensis yang hidup di negeri ini adalah gangguan menjengkelkan yang expendable bagi upaya penjarahan berkelanjutan atas kekayaan melimpah negeri ini.
Kali ini ummat Islam harus belajar dari peristiwa G30S/PKI 1965 dan Reformasi 1998 dan tidak mengulangi kekeliruannya.
Kedua peristiwa itu dirancang oleh kelompok sekuler radikal yang disponsori Sayap Barat, namun kelompok kiri radikal diam-diam telah menunggangi reformasi.
Untuk menghentikan proses balkanisasi negeri ini, ummat Islam harus bersatu dan lebih assertive mengatakan gundhulmu pada tuduhan radikal teroris, lalu secara terstruktur, sistemik dan masif konstitusional menyiapkan local and national leaders dan agendanya sendiri sesuai amanah pendiri Republik.
Jangan lagi menjadi sekedar pendorong mobil mogok saat krisis, dirayu saat Pemilu, tapi ditinggal pilu begitu pesta berlalu, lalu negeri ini hancur berkeping-keping.
Rosyid College of Arts, Gunung Anyar, 19/11/2021
EDITOR : REYNA
Related Posts

Dr. Anton Permana: 5 Seruan Untuk Presiden Prabowo, Saat Rakyat Mulai Resah dan Hati Mulai Luka

Menyikapi UUD 18/8/1945

Rocky Gerung: 3 Rim Karatan di Kabinet Prabowo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Setahun Rezim Prabowo, Perbaikan atau Kerusakan Menahun?

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri

Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global

Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama

Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan



coupon codeOctober 25, 2024 at 6:39 pm
… [Trackback]
[…] Read More on to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/daniel-m-rosyid-gundulmu/ […]
special promoOctober 26, 2024 at 7:47 am
… [Trackback]
[…] Find More Info here on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/daniel-m-rosyid-gundulmu/ […]
Diyala/baqubah/university/universalNovember 14, 2024 at 8:46 pm
… [Trackback]
[…] Read More to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/daniel-m-rosyid-gundulmu/ […]
ทำความรู้จัก King899 เว็บหวยที่ดีที่สุดJanuary 16, 2025 at 9:04 am
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/daniel-m-rosyid-gundulmu/ […]
genie168January 25, 2025 at 12:15 pm
… [Trackback]
[…] There you will find 47413 additional Information on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/daniel-m-rosyid-gundulmu/ […]