Oleh : Daniel Mohammad Rosyid
Hari ini KAMI memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Pancasila yang disepakati bersama para pendiri bangsa adalah Pancasila versi 18/8/1945 yang kemudian ditegaskan oleh Presiden Soekarno dalam Dekrit Presiden 5/7/1959 setelah konstituante gagal menyusun UUD pengganti UUD45. Penegasan soal versi Pancasila ini penting karena beberapa pihak telah mencoba memelintir sejarah dengan mamaksakan Pancasila versi 1/6/1945 dengan susunan yang berbeda lalu memerasnya menjadi Tri Sila lalu Eka Sila.
Sebagai gagasan dasar, bahkan filosofi dasar negara, Pancasila adalah kompleks gagasan. Segera harus disadari bahwa gagasan itu hidup dalam alam pikir dan atau kesadaran manusia yang hidup, bukan di atas kertas. Gagasan yang sakti adalah gagasan yang memberi inspirasi, pedoman bagi yang setia menghayatinya dalam seluruh kehidupannya. Sebagai gagasan dasar negara, gagasan itu perlu dihayati oleh sekelompok manusia, bukan hanya orang perorang, yang bahkan berbeda suku dan agamanya. Kesaktiannya hanya bisa dipahami demikian.
Oleh karena itu, perilaku yang mudah mendaku dengan memPancasilakan diri dan kelompoknya sendiri, sambil mengantiPancasilakan liyan, adalah perilaku yang “menyakitkan Pancasila bukan menyaktikannya”.Tuduhan yang mudah dilontarkan pada kelompok yang berbeda pendapat sebagai anti-Pancasila, anti-NKRI, intoleran, radikal dsb tidak saja bertentangan dengan gagasan dasar Pancasila, namun juga mempreteli Pancasila.
Pancasila dirumuskan dengan kesadaran penuh bahwa bangsa Indonesia itu majemuk, beraneka ragam suku, bahasa dan agama. Pancasila tidak disepakati untuk mengabaikan atau bahkan meniadakan keragaman tersebut, tapi justru untuk mempersatukannya. Oleh karena itu semua ekspresi keunikan anggota bangsa harus dihargai dan dihormati sebagai bagian esensial dalam kehidupan berPancasila. Dalam rangka menyikapi keragaman ini perlu dicatat, bahwa keragaman agama adalah bagian penting dalam rajutan kebhinnekaan itu. Mengapa ? Beragama atau berketuhanan yang Maha Esa adalah proses kreatif yang berhasl melampaui primordialitas sukuisme. Beragama adalah training ground untuk memahami imajinasi bangsa sebagai satuan yang melampaui primordialitas sehingga memungkinkan kelahiran bangsa baru, bangsa Indonesia pada 28/10/1928. Paham yang anti-agama seperti komunisme tidak cokok dengan Pancasila.
Dalam perspektif itu, aksi kekerasan dan vandalisme atas tempat ibadah yang terjadi di beberapa tempat beberapa hari ini adalah sebuah pelecehan terhadap Pancasila. Tidak peduli apakah ini tindakan kriminal biadab anasir tertentu, atau hasil operasi intelijen asing, kejadian itu terlanjur menjadi bukti bahwa rezim gagal menjaga Pancasila di Republik ini. Tidak cukup jika Pemerintah hanya menyalahkan sekelompok penjahat, atau orang gila, karena Pemerintah telah diberi amanah oleh negara beserta semua sumberdayanya, untuk mewujudkan Pancasila sebagai dasar negara yang dinyatakan dalam Pembukaan kontitusi. Jika intimidasi, dan persekusi atas sebuah kelompok manapun di beberapa tempat di wilayah RI ini dibiarkan tanpa penyelesaian, maka ini akan menjadi skandal kejahatan konstitusional melalui pembiaran oleh Pemerintah yang kini berkuasa.
Pada saat proses-proses kehidupan berbangsa dan bernegara semakin liberal menjauhi prinsip permusyawaratan, kehidupan ekonomi yang makin kapitalistik menjauhi prinsip-prinsip kekeluargaan, kehidupan yang makin melecehkan kemanusiaan yang adil dan beradab, maka nasib Republik ini sedang nyata-nyata dipertaruhkan masa depannya. Persatuan menunjukkan gejala mengarah pada persatean seperti dikhawatirkan Bung Hatta.
Menutup refleksi Kesaktian Pancasila ini, perlu kita cermati bahwa saat perpolitikan direduksi menjadi sekedar perebutan kekuasan partai politik, hukum dikerdilkan menjadi sekedar legislasi secara ugal-ugalan, keamanan dan ketertiban secara ironis diplintir menjadi aksi brutal polisi, pemikiran bebas mahasiswa dibully ditunggangi macam2, maka memang kapasitas berimajinasi bangsa ini sedang dibonsai habis-habisan. Jika Pancasila adalah gagasan, dan bangsa adalah komunitas yang dimajinasikan, maka yang sedang terjadi saat ini adalah ancaman atas Pancasila. Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia tidak bisa membiarkannya terjadi.
Omah Parangkesit, Solo, 3/10/2020
Tags:Related Posts
Pembatasan ekspor Mineral Tanah Jarang Picu Ketegangan Baru China-AS
Penggunaan kembali (kemasan) dapat mengurangi emisi hingga 80%, kata pengusaha berkelanjutan Finlandia di Forum Zero Waste
Bongkar Markup Whoosh – Emangnya JW dan LBP Sehebat Apa Kalian
Kinerja Satu Tahun Presiden Prabowo dalam Perspektif Konstitusi
Ketegangan antara Kapolri dan Istana: Dinamika di Balik Penundaan Tim Reformasi Kepolisian
Purbaya vs Luhut: Ketegangan di Balik Kebijakan Fiskal dan Investasi
Menkeu Purbaya Terima Aduan: Oknum Pegawai Bea Cukai Sering Nongkrong di Starbucks, Bicarakan “Bisnis Aset” — Minta Ditindak Tegas
Kilang Minyak dan Petrokimia TPPI Tuban Terbakar
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Tikus Raksasa Akan Memangsa Kaum Pribumi
Buy Golden Teacher MushroomsDecember 15, 2024 at 11:29 pm
… [Trackback]
[…] Find More to that Topic: zonasatunews.com/nasional/daniel-m-rosyid-kami-menyaktikan-pancasila/ […]
free chatDecember 26, 2024 at 12:50 pm
… [Trackback]
[…] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/nasional/daniel-m-rosyid-kami-menyaktikan-pancasila/ […]