Oleh: Daniel Mohammad Rosyid
@RosyidCollegeOfArts
Kita sedang secara perlahan tapi pasti memasuki era pasca-sekolah. Era persekolahan yang mendominasi pendidikan kita selama ini akan segera berakhir. Semula internet telah melubangi tembok2 sekolah yang tinggi, kemudian pandemi datang membuat sekolah nyaris menjadi museum dan guru dinosaurusnya.
Barangkali, hampir selama 100 tahun, dan makin mencolok selama 50 tahun terakhir, sekolah adalah fitur yang paling ajeg dan konsisten mewarnai kehidupan masyarakat. Sekolah menjadi semacam magic box hampir otomatis yang terus berjalan tak tertahankan. Dunia tidak bisa dibayangkan tanpa sekolah. Kini bayangan itu berubah drastis.
Sebagai instrumen teknokratik penyiapan masyarakat industri, persekolahan semakin terbukti out dated. Sekolah memang hanya berlaku untuk zamannya. Zaman berubah, dan sekolah semakin tidak relevan.
Namun belajar sebagai proses memaknai pengalaman akan makin penting. Kecakapan-kecakapan abad internet ini berbeda sekali dengan kecakapan era industri.
Pendidikan akan makin fokus pada perluasan kesempatan belajar dan berguru yang luwes dan lentur. Bukan bersekolah lagi dengan birokrasinya yang rumit.
Kurikulum yang ketat dan rinci tidak diperlukan lagi. Rumah akan mengambil alih kembali tugas-tugas pendidikan awal yg penting, terutama dalam pembentukan adab, akhlaq dan ketrampilan dasar seperti berbicara, membaca, menulis dan berhitung.
Masyarakat ikut mendidik warga muda dengan menyediakan ruang-ruang publik seperti masjid, taman kota, bahkan bus umum, sebagai ruang belajar bertetangga, bermasyarakat dan bernegara.
Karang Taruna, kepanduan dan klub-klub olahraga dan seni ikut serta mendidik warga muda.
Kecamatan dikembangkan sebagai sebuah learning community di mana satuan-satuan layanan publik, dan bisnis memberi kesempatan magang bagi warga muda untuk menguasai ketrampilan2 produktif tertentu seperti perkayuan, konstruksi, otomotif, elektronika, tata busana, tata boga dan agromaritim serta jasa.
Sekolah bisa menjadi learning resource centre yang menyediakan perpustakaan, akses internet, sarana olahraga, kesenian dan studio serta bengkel. Teknologi bisa membantu dalam sebuah jejaring belajar sibernetika untuk mempertemukan warga belajar dengan learning needs tertentu dengan sumber-sumber belajar dan nara sumber berkompeten.
Sekolah dan guru harus segera mereposisi dan mengambil peran baru. Orangtua pun demikian. Masyarakat juga. Pemerintah memfasilitasi, menyediakan ragam sumberdaya yang diperlukan sedemikian sehingga kesempatan belajar dan berguru diperluas bagi warga untuk menjadi mandiri, bertanggungjawab, sehat dan produktif.
It takes the whole village to raise our children for the future.
KA Sancaka, 22/01/2022
EDITOR: REYNA
Related Posts

Saatnya Menegaskan Arah, Membongkar Simpang Siur Kekuasaan SDA

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (10): Warisan Stabilitas Makro dan Fondasi Ekonomi Jangka Panjang

Daniel M Rosyid: Bencana Dan Riba Politik

Bandara IMIP Morowali : Antara Hilirisasi, Kedaulatan, dan Arah Baru Politik Pengawasan Negara

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (9): Stabilitas Keamanan dan Modernisasi Militer Indonesia

Membunuh Teman Sendiri Sambil Tertawa.

Daniel M Rosyid: Islam Politik

Konflik Di PBNU Diliput Media Asing

Sri Radjasa, Ketahanan Energi, Dan Pertahanan Negara (4-Tamat): Menata Ulang Ketahanan Energi Nasional

Sri Radjasa, Ketahanan Energi, Dan Pertahanan Negara (3): Tambang Dan Regulasi Yang Lemah



cam modelsDecember 21, 2024 at 9:24 pm
… [Trackback]
[…] Find More to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/daniel-m-rosyid-post-school-education/ […]
โปรทุนน้อย ถอนไม่อั้นJanuary 19, 2025 at 6:39 pm
… [Trackback]
[…] Find More to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/daniel-m-rosyid-post-school-education/ […]