Dari Pengadilan Hoax 7 Kontainer: Upaya Untuk Memastikan Berita Berujung Penjara

Zonasatu News –“Tolong di cek kebenarannya info ini, di tanjung priok dah nongkrong 700 countainer berisi 80 juta surat suara yg sudah dicoblos no 1, dijaga ketat aparat”.

Sugiyono alias Abdul Karim, tidak menyangka pesan di Whatsapp Group (WAG) seperti tersebut di atas, yang dia baca di WAG Korda Tangerang dan dia forward ke WAG GNPP Propinsi Banten bakal merubah hidupnya, dan mengantarkan pada vonis Hakim PN Jakarta Pusat selama dua tahun penjara.

Majelis Hakim berpendapat, Sugiyono terbukti melakukan tindak pidana melanggar pasal 14 ayat 1, UU RI no. 1 tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana.

Tidak hanya Sugiyono, ada tiga terdakwa lain yang telah dijatuhi vonis dua tahun penjara oleh majelis hakim PN Jakarta pusat. Mereka adalah Suroso, penjual bakso dari Magelang, Mujiman, pensiunan TNI AL yang berprofesi sebagai security, dan Titi Setiawati SH, kesemuanya adalah relawan paslon 02 Prabowo Sandi saat Pilpres yang lalu. Perkara ini dikenal sebagai Hoaks Tujuh Kontainer dengan terdakwa lainnya bernama Bagus Bawana Putra, yang telah divonis dua tahun penjara oleh pengadilan yang sama.

Keempat terdakwa tersebut, didampingi oleh team Penasihat Hukum dari Advokat Senopati 08, yang diketuai oleh Zaenal Abidin SH MH, dengan anggota Susiasih SH MH, Suhardi SH, Sugeng Martono SH MH, M. Yusran Lessy SH, Chandra Septimaulidar SH, dkk.

Zaenal mengungkapkan kekecewaanya pada vonis yang telah dijatuhkan. Hakim dianggap memutus perkara tidak berdasarkan pada fakta-fakta hukum dan menjatuhkan vonis pukul rata kepada keempat terdakwa, yakni vonis dua tahun. Kekecewaan itu juga dirasakan oleh para terdakwa dan berencana akan mengajukan Banding.

Hal-hal yang dianggap sebagai mengesampingkan fakta-fakta persidangan dalam memutus perkara diantaranya adalah:

1.Para Saksi Pelapor dari Anggota Polri, Saksi Pelapor dari TKN dan Saksi Pelapor dari KPU, dalam keterangannya saat pemeriksaan saksi-saksi, menerangkan tidak kenal dan tidak tahu menahu dengan para keempat terdakwa.

2.Yang dilaporkan oleh para Saksi Pelapor yang merupakan Anggota Polri, adalah orang yang bernama Bagus Bawana Putra, terkait cuitan Twitter di akun Twitter milik yang bersangkutan.

3.Yang dilaporkan oleh Saksi Korban/Pelapor yang merupakan Relawan di TKN Pasangan Capres Joko Widodo – Ma’ruf Amin adalah akun Twitter @AndiArif, dan pemilik akun Facebook ATAAT. Saksi Pelapor/Korban juga tidak melaporkan para terdakwa Sugiyono dan tidak tahu menahu keterkaitanya dengan Para Terdakwa. Dan justru pemilik akun @AndiArif tidak pernah diperiksa di persidangan.

4. Para saksi dari PNS Bea Cukai Tanjung Priuk tidak mengenal para terdakwa dan tidak tahu menahu tentang terdakwa.

5.Para Saksi Pelapor/Korban dari KPU tidak mengenal dengan para Terdakwa.

6.AHLI BAHASA dalam persidangan perkara Terdakwa Sugiyono dan Terdakwa Titi Setiawati,SH dengan tegas mengatakan bahwa kalimat :

“tolong di cek kebenarannya info ini, di tanjung priok dah nongkrong 700 countainer berisi 80 juta surat suara yg sudah dicoblos no 1, dijaga ketat aparat”

adalah kalimat Imperatif atau disebut juga menyeru, karena si penutur menyeru minta tolong supaya dilakukan pengecekan tentang berita 7 kontainer itu. Kalimat tersebut tidak ada menggambarkan atau unsur bentuk tuduhan dari si penutur.

7.Bahwa kalimat “tolong di cek kebenaran info ini… dst” didapat pada tanggal 2 Januari 2019 yang sampai kepada terdakwa Bagus Bawana melalui terdakwa Mujiman ke terdakwa Suroso pada tanggal 2 Januari 2019. Sedangkan Bagus sudah lebih dahulu pada tanggal 1 Januari 2019 sudah memposting di akun twitternya, jadi tidak benar bahwa kalimat yang bermula dari terdakwa Sugiyono sebagai sumber Bagus membuat postingan.

Bahkan menurut Bagus, sebelumnya sudah ada akun @AndiArif telah memposting hal yang sama, atau dengan narasi yang serupa.

8.Pemilik akun @AndiArif juga telah dilaporkan namun tidak ada tindak lanjutnya.

Zaenal, selaku ketua team Penasihat Hukum keempat terdakwa berkesimpulan, keempat terdakwa yang merupakan Relawan 02, menjadi korban ketidakadilan dan harus menanggung hukuman selama dua tahun, hanya karena mencoba untuk mencari kebenaran atas sebuah berita yang masih simpang siur.

“Dan bahkan sampai saat ini belum ketahuan siapakah yang pertama kali membuat Voicenote WA akan adanya Tujuh Kontainer Kertas suara tercoblos,” ungkap Zaenal kepada zonasatunews.com, Selasa (15/10/2019).

Upaya untuk mencari kebenaran sebuah berita malah dihukum sebagai penyebar hoaks. Pledoi para terdakwa yang disampaikan oleh team PH, berdasarkan fakta-fakta persidangan berkesimpulan

Para Terdakwa tidak terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan.

“Namun hakim menolak pledoi tersebut,” kata Zaenal.

Zaenal menilai kasus ini kental nuansa politiknya, padahal sementara itu pihak 01 dan 02, yakni Prabowo dan Jokowi sudah melakukan rekonsiliasi, dan Prabowo meminta Presiden Joko Widodo untuk membebaskan sejumlah tokoh pendukungnya yang terjerat kasus hukum.

“Sungguh aneh di era reformasi saat ini masih ada tahanan politik”, pungkas Zaenal.

Editor : Setyanegara 

Related Posts