JAKARTA — Aroma asap bercampur debu masih menggantung di udara ibu kota Indonesia, sehari setelah gelombang demonstrasi berubah menjadi kobaran api yang melahap sejumlah gedung kementerian dan kantor pemerintahan. Di jalanan, puing kaca, papan protes, dan bekas ban terbakar berserakan. Namun, di balik kerusuhan yang tampak spontan itu, sumber internal mengungkapkan adanya skenario jauh lebih besar: rencana Darurat Militer yang diam-diam disiapkan oleh aliansi bayangan politisi dan elite militer.
Rantai Komando yang Tak Kasat Mata
Seorang mantan pejabat intelijen yang meminta identitasnya dirahasiakan menyebutkan bahwa koordinasi dimulai setidaknya tiga bulan sebelum aksi. Rapat-rapat tertutup di vila pinggiran Puncak dan di kapal pesiar mewah di Teluk Jakarta menjadi titik temu antara perwira tinggi militer, politisi oposisi, dan pengusaha yang berkepentingan.
“Tujuannya sederhana: menciptakan kekacauan yang cukup besar sehingga pemerintah akan terpaksa menetapkan Darurat Militer. Begitu itu terjadi, kontrol langsung akan beralih ke pihak-pihak tertentu yang sudah menyiapkan struktur komando alternatif,” ujar sumber tersebut.
Dari Demo Damai ke Ledakan Anarkis
Awalnya, seruan turun ke jalan adalah protes damai terkait kebijakan harga pangan dan skandal korupsi di kementerian strategis. Namun, mata rantai peristiwa berubah cepat. Menurut rekaman komunikasi yang bocor, sel-sel provokator disisipkan di tengah massa. Mereka bertugas memicu bentrokan dengan aparat, membakar simbol-simbol negara, dan memancing kemarahan publik.
Sejumlah kelompok yang sebelumnya dikenal sebagai organisasi sipil independen ternyata menerima aliran dana “logistik” dari yayasan yang dikendalikan oleh keluarga pengusaha dengan koneksi politik ke blok militer tertentu.
Operasi Media Bayangan
Tak hanya di jalan, serangan juga dilancarkan di ranah informasi. Akun-akun media sosial anonim dan jaringan portal berita pinggiran mulai menyebar narasi bahwa pemerintah telah kehilangan kendali dan satu-satunya solusi adalah Darurat Militer.
Foto-foto dan video kerusuhan disebar tanpa konteks, sementara potongan audio yang diduga hasil manipulasi diedarkan untuk memperkuat persepsi bahwa aparat sipil sudah tidak mampu lagi mengendalikan keadaan.
Jalan Menuju “Legitimasi” Kudeta Halus
Rencana ini, menurut analis politik senior Universitas Indonesia, adalah model “kudeta halus” yang dibungkus legitimasi hukum. “Begitu Darurat Militer diberlakukan, pengambilalihan kekuasaan tidak akan terlihat seperti kudeta. Akan ada narasi ‘penyelamatan bangsa’ yang dikemas rapi,” ujarnya.
Namun, rencana itu kandas. Dukungan publik yang diharapkan justru berbalik setelah bukti keterlibatan elite militer dan politisi dalam eskalasi kerusuhan mulai bocor ke media. Pemerintah bergerak cepat mengamankan tokoh-tokoh kunci dan menggelar operasi kontra-informasi.
Misteri yang Belum Terpecahkan
Meski rencana gagal, pertanyaan besar masih menggantung:
Siapa dalang utama yang pertama kali mengusulkan Darurat Militer?
Bagaimana jaringan pendanaan lintas sektor ini dibentuk?
Apakah masih ada “rencana cadangan” yang menunggu momentum baru?
Sejauh ini, penyelidikan resmi masih berjalan, tetapi publik menyadari bahwa di balik kobaran api dan teriakan massa, ada permainan kekuasaan yang jauh lebih sunyi, licin, dan mematikan.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Jokowi, Pratikno dan Prabowo Bisa Terbakar Bersama – sama

Pongah Jadi Menko Tiga Kali

Jihad Konstitusi Kembali ke UUD 18/8/1945

Yahya Zaini Dukung Konsep “School Kitchen” Untuk MBG Yang Aman dan Dekat Anak

Ada Pengangkutan Belasan Ton Limbah B3 Asal Pertamina Tanjunguban dengan Tujuan Tak Jelas

Lho Kok Hanya Peringatan Keras…?

Yahya Zaini: Tidak Ada Instruksi DPP Golkar Untuk Laporkan Pembuat Meme Bahlil

Menjadi Santri Abadi

Pendemo Desak KPK Periksa Ketua Komisi VIII DPR RI Terkait Skandal Kuota Haji 2024

Pengamat P3S Jerry Massie Ungkap Demi Selamatkan Golkar, Bahlil Didesak Mundur




No Responses