ZONASATUNEWS.COM, JOGJAKARTA–Belakangan banyak terjadi perbincangan dikalangan praktisi pencak silat, baik yang ada di wilayah Jogjakarta, maupun diluar daerah. Yaitu terkait logo atau lambang perguruan pencak silat kelahiran Gunungkidul : Cakra Kembang Karta Bhumi (Cakra Kembang)
Apabila dipandang sekilas, lambang Perguruan Pencak Silat Cakra Kembang menyerupai lambang atau logo salah satu perguruan Pencak Silat lain yang sudah menyandang nama besar. Bahkan ada yang mengklaim lambang beserta jurus jurus Cakra Kembang merupakan duplikat dari perguruan pencak silat lain.
Untuk mengurai kerancauan dan kesalah pahaman ini pihak Cakra Kembang berupaya memberikan keterangan untuk menepis beragam asumsi miring yang selama ini berkembang.
Dikatakan oleh salah seorang sesepuh Cakra Kembang abah Eko, salah satu gambar yang dijadikan lambang berupa jantung merah dibelakangnya ada bulatan warna kuning emas dan hitam, itu bukanlah gambar hati bersinar, tapi sebuah lambang merujuk pada gambar jantung dan cakra (pintu energy dalam tubuh).
Atau bisa diasumsikan sebagai cakra jantung, dan itu sudah termaktuf dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Cakra Kembang.
“Jantung warna abrit, pralampita bilih pancering gesanging menungsa mapan ana ing jantung. Keteging jantung mahanani becik lan alane solah bawa polah tingkahing manungsa. Jantung uga pralambang sucine manah, mula manungsa aja kongsi lali, kedah taberi njaga kasucening manah supados mboten kenging reget, kanthi sarana lumampah ingkang manut pranataning agami ugi nagari, (jantung warna merah sebagai perlambang bahwa sentralnya hidup manusia ada di jantung. Detak jantung akan berdampak pada baik dan buruknya perilaku manusia. Jantung juga sebagai perlambang kesucian hati, maka manusia jangan pernah lupa harus senatiasa menjaga kesuian hati agar tidak kotor, dengan cara mengikuti aturan agama dan Negara),” jelas Abah Eko.
Gambar dibelakang jantung warna merah yang sering disebut-sebut sebagai gambar sinar yang memancar dari hati, itu sejatinya adalah gambar cakra yang bermata runcing berjumlah dua belas.
”Ana sak mburine gambar jantung abrit kuwi sejatine gambar cakra jangkep gegaman cacah kaleh welas katon sumunar rupa kuning emas semu putih,mratandani bilih panguripan menika muter tanpa kendat, mutering cakra mahanani daya daya panguripane sedaya makhluk wonten jagad pramundita, lajeng gegaman lancip ingkang nganteni cakra cacah kaleh welas minangka perangan intisari sari wulang reh keilmuwan Cakra Kembang, antawesipun, Patrap jurus dasar, patrap jurus pambukaning cakra, patrap jurus caraka, patrap jurus tongkat, patrap jurus, keris, patrap jurus kancingan,patrap hangulah nafas madaran, patrap hangulah nafas jantung, yoga brata sapta cakra, yoga brata kundalini, yoga brata sastra djendra, lan yoga hasta brata,” terang salah seorang sesepuh Cakra Kembang kelahiran kaki Gunun Lawu Jawa Timur ini.
Pernyataan senada juga dikatakan Suparyoto yang juga salah satu pendiri Pencak Silat Cakra Kembang, bahwa materi jurus yang diajarkan cakra kembang merujuk pada metode olah gerak rasa. Kemudian diramu sedemikian rupa oleh para sesepuh Cakra Kembang hingga lahirlah gerak jurus dan keilmuwan keilmuwan lain. Akhirnya dibakukan menjadi suatu materi untuk diajarkan kepada para anggota.
Yang tidak kalah pentingnya menurut Suparyoto, belajar dan berlatih di perguruan Cakra Kembang, tidak hanya sebatas oleh bela diri semata, tapi juga diajarkan tentang materi untuk meningkatkan kecerdasan otak, kesehatan, juga pendidikan karakter dan mental spriritual.
”Kalau soal beladiri, tanpa belajar pencak silat pun semua orang pasti punya naluri beladiri, yang terpenting disini adalah bagaimana seorang praktisi pencak silat bisa menjaga,adab, adat dan perilaku yang baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta saling menjaga toleransi antar sesama”, tegas Suparyoto.
Diketahui selama ini, Perguruan Pencak Silat Cakra Kembang adalah satu satunya beladiri yang lahir dan berdiri di Gunungkidul. Dalam prosesnya menekankan pada kegiatan sosial mandiri, dimana para anggota tidak dipungut beaya pendaftaran bahkan juga tidak dibebani iuran bulanan.
Pelestarian budaya Jawa
Hal ini semata mata sebagai bentuk pelestarian budaya silat lokal Gunungkidul agar tetep terjaga.
Tercatat semenjak Tahun 2015 hingga sekarang, perguruan Pencak Silat Cakra Kembang sudah banyak melahirkan atlet-atlet berbakat yang berhasil mengharumkan nama bumi Gunungkidul. Baik ditingkat kabupaten,propinsi, maupun nasional.
Ditambahkannya, materi jurus dan keilmuwan lainnya dalam Cakra Kembang, diajarkan dengan menggunakan bahasa Jawa. Suatu contoh, ada istilah purwaning kridha, patrap jurus purba kesambi, patrap jurus Gringsing, dan sebagainya.
Uniknya setiap jurus selalu mengunakan huruf jawa yang terdiri dari patrap ha, na, ca, ra, ka, da, ta sa, wa,la, pa, dha ja, ya, nya, ma, ga, bha, tha, nga.
Begitu juga dengan tingkatan dalam penguasaan materi pelatihan, ada 8 tingkatan, diantaranya: tingkat pratama, panjala, karmapala, nagapasa, nayantaka, hanggareksa, saptapertala, dan tingkatan kembang tepus kaki.
”Dalam cakra kembang bentuk pengjarannya memang menggunakan istilah istilah jawa, hal ini sebagai implementasi dari tradisi dan budaya lokal itu sendiri, bahwa pencak silat yang salah satunya merupakan budaya warisan nenek moyang suku jawa”, jelas Suparyoto. (mbang).
Tags:Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
Api di Ujung Agustus (Seri 23) – Dua Api, Satu Malam
Api di Ujung Agustus (Seri 22) – Duel Senyap di Rumah Sakit
Api di Ujung Agustus (Seri 21) – Baku Hantam di Dua Pintu
ตู้เก็บเสียงDecember 17, 2024 at 7:51 am
… [Trackback]
[…] There you will find 99713 additional Info to that Topic: zonasatunews.com/nusantara/dianggap-menyerupai-organisasi-lain-ini-penjelasan-lambang-perguruan-pencak-silat-cakra-kembang-jogjakarta/ […]