Catatan Redaksi
Oleh: Budi Puryanto
Pagi itu, Sabtu (28/10/2023), mengingatkan kita pada tahun 1928 saat Sumpah Pemuda diikrarkan. Sumpah yang mampu menjelma menjadi energi perubahan dahsyat, berpuncak pada gelombang besar yang menjebol tembok kolonialisme, yang telah berdiri kokoh selama ratusan tahun.
Pada hari itu, di Depok digelar kegiatan senam dan jalan sehat. Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar, yang telah resmi menjadi Capres-Cawapres dijadwalkan hadir. Niat saya, dari sehari sebelumnya memang akan menghadiri kegiatan itu. Disamping dekat dengan rumah saya, secara khusus saya ingin ikut merasakan getaran energi perubahan (sesuai nama koalisinya), saat berada ditengah massa rakyat.
Sejak pukul 05.30 WIB suara sound system telah memanggil bertalu-talu. Warga masyarakat mulai datang bergelombang. Kebanyakan berkaos putih-oranye. Warna khas PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Ada juga kaos bertuliskan PKB dan Nasdem. Ada yang membawa bendera. Laki, perempuan, muda-mudi, anak-anak, datang bergegas menuju titik lokasi: Ruko Verbena, di Boulevard Grand Depok City, Depok.
Setelah melewati jembatan Depok diatas Sungai Ciiwung, massa rakyat sudah memadati lokasi. Ratusan ribu, mungkin mencapai 1 juta orang telah berkumpul disana. Komedian Narji, telah naik panggung. Dia mulai menghibur dengan jok-jok yang lucu. Saya mulai terhibur, begitu juga yang hadir. Sesaat kemudian, Muhaimin Iskandar memasuki lokasi. Disisi sebelahnya, tidak lama kemudian, datang Anies Baswedan. Suasana pecah. Histeria warga memuncak. Mereka berdesakan ingin menyambut dan bersalaman langsung dengan Anies Baswedan.
Saya berjarak 2-3 meter dari Anies, tetapi karena begitu besarnya desakan warga yang ingin bersalaman dengannya, saya putuskan tidak ikut berdesakan. Cukup bagiku bisa melihat Anies dari jarak sedekat itu. Isteriku sedikit kecewa, karena tidak bisa bersalaman langsung, tetapi sudah cukup terobati karena bisa melihat dari jarak dekat. Biasanya hanya melihat dilayar HP. Tapi saat itu bisa melihat langsung dalam jarak dekat.
Teriakan Narji diatas panggung yang menyambut kedatangan Anies dan Muhaimin menambah suasana menjadi histeris. Rakyat berteriak “Perubahan…, perubahan…., perubahan……”, sejak Anies memasuki lokasi. Bulu kuduk saya bergidik. Akupun ikut berteriak bersama massa.
Kata “perubahan” yang sudah biasa aku baca dan aku tulis, saat diteriakkan oleh ratusa ribu orang secara bersamaan, memancarkan getaran yang luar biasa. Kata “perubahan” saat itu menjelma menjadi energi dahsyat yang menggetarkan dada, menggetarkan langit Depok. Resonansinya begitu besar, aku berpikir, ini bisa menggetarkan langit nusantara, bahkan saya berharap bisa menggetarkan Arsy Yang Maha Agung.
Saya merasakan gema teriakan “perubahan” itu keluar dari kesadaran dan harapan yang sungguh-sungguh. Aku melihat dan menjadi saksi, wajah dan kepalan tangan mereka tidak menampakkan kepura-puraan. Mereka tidak bersandiwara. Mereka sedang mengeluarkan endapan emosi yang lama terpendam dibawah kesadaran. Karenanya, getaran energi yang keluar dari mulut ratusan ribu orang itu tidak akan ditolak oleh Yang Maha Kuasa. Terikan itu adalah doa yang sungguh-sungguh keluar dari rakyat yang telah lama ditindas oleh kekuasaan yang tidak adil.
Aku merasakan betul, Anies Baswedan telah menjelma menjadi simbul perubahan. Anies adalah simbul dari keinginan rakyat untuk berubah dari keadaan saat ini yang menyesakkan dada, kearah perubahan yang labih baik. Kepada sosok Anies-Muhaimin, mandat rakyat diserahkan. Kepada mereka berdua, harapan perubahan digantungkan.
Yang menarik, sebagai catatan saya, kegembiraan mewarnai wajah mereka. Mereka ingin perubahan tetapi tidak meninggalkan rasa gembiranya. Inikah hikmah demokrasi Pancasila? Pemilu sebagai pesta rakyat. Pesta, mesti menghadirkan kegembiraan. Bukan sebaliknya, atraksi aksi tipu muslihat, kebohongan, dan kecurangan, yang berujung pada kesedihan dan kekecewaan.
Sungguh menyenangkan berada ditengah-tengah mereka.Bila ingin merasakan hal sama, anda harus berada ditengah mereka secara langsung. Tidak cukup dari membaca atau melihat video. Percayalah, anda akan merasakan getaran energi perubahan itu, seperti yang saya rasakan. Energi perubahan dan kegembiraan yang hadir tanpa polesan. Murni.
EDITOR: SETYANEGARA
Related Posts

Dr. Anton Permana: 5 Seruan Untuk Presiden Prabowo, Saat Rakyat Mulai Resah dan Hati Mulai Luka

Menyikapi UUD 18/8/1945

Rocky Gerung: 3 Rim Karatan di Kabinet Prabowo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Setahun Rezim Prabowo, Perbaikan atau Kerusakan Menahun?

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri

Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global

Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama

Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan




No Responses