Fustat, Kota Makam, Cikal Bakal Kairo

Ditulis : Agus Mualif Rohadi

Fustat, pada masa  Mesir kuno berada di bagian luar wilayah ibu kota Memphys yang terletak di bagian timur sungai nil dan selatan delta sungai nil. Memphys berdiri tahun 3000 SM.

Ibu kota Mesir pernah pindah ke kota Fayyum (kota seribu hari) pada masa kerajaan Mesir masa tengah.  Ketika Mesir dikuasi imperium Yunani ibu kota pindah ke kota baru yang dibangun pada masa itu, yaitu Alexandria. Nama Alexandria merujuk nama pahlawan Yunani yaitu Alexander the great.  Pada masa Mesir dijajah oleh imperium Roma, ibu kotanya tetap di Alexandria.

Ketika Islam bersama bangsa Mersir berhasil mengusir penjajahan Roma, ibu kota Mesir dipindah ke kota baru yang dibangun oleh Amr bin Al – Ash, yaitu Fustat.  Pembangunan kota baru yang dimulai sekitar tahun 641 ini dimulai dengan pembangunan Masjid Amr bin Al – Ash dan masjid ini masih berdiri hingga kini.

Pemindahan ibu kota ini didasari pemikiran bahwa Alexadria yang terletak di pantai Meditarinia itu mudah diserang kembali oleh tentara Roma.  Dan ternyata pemikiran tersebut terbukti ketika disuatu saat Alexandria dapat direbut kembali oleh Roma, namun dapat dibebaskan kembali oleh Amr bin Al Ash.

Selain itu, pemindahan ibu kota ke Fustat yang  berada disisi timur sungai Nil ini, karena wilayah ini menyatu dengan daratan Asia, sehingga memudahkan komunikasi dengan Madinah dan tidak bisa diserang melalui pantai mediterania.  Saat ini Fustat menjadi bagian wilayah tertua dari kota Kairo. 

Kota Fustat juga terletak dibawah jabal (bukit) Muqottom, bukit yang dipotong-potong tempat kuburan orang orang salih.Kisahnya adalah bukit ini pernah dijanjikan menjadi tempat bertemunya Nabi Musa dengan Allah. Namun karena bukit ini sangat tandus tidak ada pepohonan maka pertemuan tersebut beralih ke bukit tursina, sedang bukit muqottom dijanjikan menjadi tempat bagi kubur orang orang salih yang luas.

Di kompleks kuburan jabal Muqottom ini banyak makam para imam, bahkan ada makam yang sangat dihormati yang jadi jujugan ziarah yaitu makam seorang anak yang meninggal pada umur sekitar 5 tahun, yaitu  Asrof Rifai al Husaini  Anak keturunan Imam Husein bin Fatimah Zahrah  ini menjelang umur 3 tahun telah fasih berbahasa arab dan sebelum umur 4 tahun sudah hafal al – Qur’an tanpa ada yang mengajari, namun satu tahun kemudian meninggal.  Dalam masa umur yang sangat pendek itu banyak peristiwa pada dirinya yang menunjukkan derajat ke waliannya, sehingga lajnah Al – Asyhar memberikan gelar wali saghir (dengan kelebihan karunia Allah).  Ketika kuburnya dipindahkan ke tempat kubur yang sekarang ini (kawasan makam sayyidi abdullah), ketika kuburnya digali, ternyata keranda dan jasadnya masih utuh dengan bibir tersenyum dan mengapung diatas air.  Ketika kerandanya ditandu oleh 4 orang ahli sufi untuk dibawa ketempat kubur yang baru, ditengah jalan tiba-tiba kerandanya mengapung dan bergerak cepat sehingga rombongan pengubur harus mengikuti dengan cepat pula. Kisah ini tertulis di dinding ruang makamnya. Asraf Rifa’i Husein lahir tahun 1966 dan meninggal tahun 1970.

Kompleks makam kuno yang besar lainnya antara lain kompleks makam Imam Mohammad bin Idris as Syafi’i, imam Sihabudin  Ibnu Hajar Al Asqalani, Imam Ibnu Athaillah As Sakandari. Makam Sayidah Nafisah keturunan ke empat dari Husein bin Fatimah Zahrah, yang juga guru imam Syafi’i, makamnya menjadi kompleks masjid.

Karena banyaknya makam orang yang salih ini,  ada yang unik dari kota Fustat, yaitu menjadi kota yang dipenuhi oleh kompleks makam keluarga orang orang muslim Mesir.  Keunikannya diatas makam jadi pemukimaman masyarakat miskin yang tidak punya rumah.  Di makam keluarga yang dibuatkan bangunan yang bukan sekedar cungkup, tapi bangunan rumah untuk makam keluarga, ternyata ditempati oleh keluarga lain yang berasal dari luar kota yang tidak mampu membangun rumah sendiri.

Pemilik makam tidak keberatan kompleks bangunan makam miliknya ditempati sebagai rumah orang lain.  Pemukim makam ini dalam perjanjian dengan pemilik makam di minta sebagai penjaga makam.  Ada informasi, pemukiman diatas makam ini dihuni sekitar dua juta (2.000.000) jiwa. Suatu jumlah yang cukup besar.

Diatas makam mencuat banyak antene parabola berbagai ukuran.  Meskipun tergolong masyarakat miskin, namun rata-rata mempunyai televisi.

Melihat fisik kompleks makam, tradisi membangun rumah makam sangat mungkin berasal dari tradisi pemakaman kuno dimana para raja membangun piramida untuk kuburan, dan para pejabat dan keluarga mampu mesir kuno membangun kompleks kuburan keluarga.
Kompleks makam muslim juga terpengaruh tradisi Kristen, karena dalam makam juga dipasang banyak lampu, dengan warna lampu dominan warna hijau.

Mungkin pemukiman diatas kompleks kuburan merupakan berkah dari para orang yang salih bagi keluarga duafa’ di Mesir. Bahkan kubur para imam besar seperti imam Syafi’i dan beberapa imam lain juga dikelilingi oleh pamukiman kaum duafa’ sehingga terkesan kurang terawat dan kumuh. Mungkin kalau kompleks makam para imam besar itu dirawat bagus, malah tidak menjadi berkah bagi kaum nduafa’.  Mungkin sudah jadi taqdir kubur para imam besar di Fustat ini menjadi pelindung bagi kaum nduafa’ di Mesir.

Kompleks kubur menjadi punya fungsi sosial penyangga kemiskinan, menjadi tempat berteduh bagi sekitar 2 juta kaum nduafa’. Berkah dari para imam dan orang orang yang salih di Mesir.  Dengan jumlah orang yang besar itu, tentu tidak mudah untuk merubahnya. Masalahnya menjadi sangat kompleks.

Seandainya Mesir menerapkan sistem demokrasi, mungkin kompleks makam yang jadi tempat pemukiman ini jadi tema kampanye yang tidak ada habis habisnya, bisa didekati mulai dari masalah kesejahteraan ekonomi, sosial, budaya bahkan agama.

Keunikan lain dari kota Fustat yang terletak dibawah jabal muqottom ini adalah tebalnya debu yang berasal dari jabal muqottom yang tidak ditumbuhi pepohonan sama sekali.  Semua bangunan termasuk apartemen apartemen, hotel yang tinggi dan bagus, rumah rumah, dindingnya ditempeli debu coklat tebal dari jabal muqottom.

Allah menunjukkan keadilanNya.  Wilayah timur tengah alamnya adalah bukit berbatu dan padang pasir sulit air banyak debu.  Namun wilayah disekitar jabal muqottom adalah wilayah yang paling tebal debunya dengan warna coklat.  Karena sulit air itu, Allah menjadikan debu sebagai material suci sehingga dapat dijadikan pengganti air wudlu, disebut tayyamum.
Allahualam.

amr 05042019

EDITOR : SETYANEGARA 

Related Posts