Oleh: Budi Puryanto
Salah satu aspek yang jarang dibahas publik, tetapi diakui banyak pengamat internasional, adalah bagaimana Presiden Soeharto mengangkat posisi Indonesia di panggung dunia. Pada periode 1970–1990-an, Indonesia tidak hanya stabil secara ekonomi dan politik, tetapi juga tampil sebagai aktor diplomasi penting di Asia Tenggara, dunia Islam, dan Gerakan Nonblok.
Dalam seri ke-11 ini, fokus diarahkan pada kiprah internasional Soeharto yang membuat Indonesia dipandang sebagai negara besar, moderat, dan berpengaruh.
1. Indonesia menjadi pemimpin ASEAN yang solid
Soeharto adalah figur yang paling dominan dalam pertumbuhan dan stabilitas ASEAN. Analis politik Asia Tenggara, Donald Emmerson dari Stanford University, menilai kepemimpinan Soeharto mampu mencegah ASEAN runtuh pada masa-masa krisis.
Indonesia dipandang negara “penyangga” (anchor state) yang memelihara stabilitas kawasan. Ketika Vietnam menyerbu Kamboja pada akhir 1970-an, Soeharto memainkan peran kunci dalam merumuskan sikap ASEAN yang tegas namun tetap diplomatis sehingga perang tidak merembet ke wilayah Asia Tenggara.
2. Diplomasi Damai dan Penyelesaian Konflik Regional
Sejarawan internasional seperti Michael Leifer menyebut Indonesia pada era Soeharto sebagai peacemaker kawasan.
Indonesia dipercaya menjadi mediator konflik di kawasan seperti: konflik Kamboja–Vietnam, konflik internal Filipina (melalui jalur ASEAN), dan ketegangan di Laut Cina Selatan tahap awal
Stabilitas regional yang diciptakan melalui diplomasi ini menjadi fondasi pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara secara keseluruhan.
3. Indonesia meningkatkan citra Dunia Islam yang moderat
Di organisasi negara-negara Islam (OKI), Soeharto dianggap tokoh yang berhasil membangun citra Indonesia sebagai negara Islam moderat dan rasional.
Pada 1995, Indonesia menjadi tuan rumah KTT OKI yang mempertemukan puluhan pemimpin negara muslim.
Pengamat Timur Tengah menyebut Indonesia pada masa itu sebagai “most stable and respected Muslim-majority country in the world”.
4. Dukungan kepada Bosnia: Soliditas Politik dan Bantuan Senjata
Salah satu bab paling dikenal dalam sejarah diplomasi Indonesia era Soeharto adalah dukungan nyata kepada rakyat Bosnia yang mengalami genosida pada awal 1990-an.
Selain bantuan kemanusiaan, Indonesia termasuk negara yang secara politik membela Bosnia di forum internasional. Catatan jurnalis dan diplomat menyebut Indonesia termasuk negara yang memberikan bantuan persenjataan dalam kapasitas tertentu—sebuah sikap yang menunjukkan keberpihakan terhadap kemanusiaan dan keadilan.
5. Reputasi di Gerakan Nonblok
Soeharto membawa Indonesia tampil sebagai negara yang diperhitungkan di Gerakan Nonblok (GNB). Ketika dunia terpecah antara Blok Barat dan Blok Timur, Indonesia memilih posisi strategis sebagai negara nonblok yang tidak tunduk pada kekuatan besar manapun. Peran Indonesia di GNB kembali menguat pada era Soeharto setelah relatif meredup setelah era Sukarno.
6. Pengakuan Dunia terhadap Pembangunan Indonesia
Banyak organisasi internasional memberi apresiasi terhadap keberhasilan Indonesia di masa itu, antara lain:
FAO yang memberikan penghargaan atas swasembada beras tahun 1984
Bank Dunia yang mengapresiasi keberhasilan Indonesia mengurangi kemiskinan secara drastis
ASEAN yang menempatkan Indonesia sebagai negara pusat stabilitas kawasan. Dalam beberapa laporan, Indonesia dijuluki “The Asian Miracle” bersama Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand.
7. Diplomasi Energi dan Laut yang Berpengaruh
Indonesia menjadi salah satu pemain penting dalam: OPEC (bahkan pernah menjadi Presiden OPEC). Kerja sama energi Asia Pasifik. Penegakan hukum laut berdasarkan UNCLOS yang memperkuat keberadaan Indonesia sebagai negara maritim
Posisi Indonesia sebagai negara yang disegani di bidang energi membuatnya sering menjadi jembatan antara negara penghasil minyak dan negara pengguna minyak.
8. Penguatan Identitas Indonesia sebagai Negara Besar
Pada era Soeharto, untuk pertama kalinya Indonesia dipandang sebagai negara besar (big emerging nation) yang mampu: memimpin kawasan, menjaga stabilitas, dan berkontribusi pada isu global.
Citra ini terbentuk karena kebijakan luar negeri yang pragmatis dan sikap Soeharto yang tidak konfrontatif, berbeda dengan era sebelumnya.
Diplomasi yang Mengangkat Martabat Negara
Melalui berbagai langkah diplomasi, stabilitas kawasan, dan kontribusi dalam isu internasional, Soeharto meninggalkan jejak besar dalam politik luar negeri Indonesia.
Banyak analis menyimpulkan bahwa era Soeharto menempatkan Indonesia pada posisi strategis di tingkat internasional—dihormati, dihitung, dan dianggap sebagai kekuatan tersendiri.
Inilah salah satu alasan mengapa sebagian pihak menilai Soeharto layak dipertimbangkan sebagai pahlawan nasional: bukan hanya karena pembangunan dalam negeri, tetapi juga karena perannya mengangkat martabat Indonesia di mata dunia.
BERSAMBUNG
EDITOR: FREYNA
BACA JUGA:
Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (9): Stabilitas Keamanan dan Modernisasi Militer Indonesia
Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (8) : Penghargaan Dunia Dan Jejak Diplomasi Global Indonesia
Related Posts

Novel “Imperium Tiga Samudra” (20) – “Palung Wallace”, Energi Yang Tak Seharusnya Bangkit

Monumen

Kami Bersama Dokter Tifa

Saatnya Menegaskan Arah, Membongkar Simpang Siur Kekuasaan SDA

Novel “Imperium Tiga Samudra” (19 ) – Drone Bawah Laut China

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (10): Warisan Stabilitas Makro dan Fondasi Ekonomi Jangka Panjang

Daniel M Rosyid: Bencana Dan Riba Politik

Bandara IMIP Morowali : Antara Hilirisasi, Kedaulatan, dan Arah Baru Politik Pengawasan Negara

Novel “Imperium Tiga Samudra” (18 ) – Shadow Protocol

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (9): Stabilitas Keamanan dan Modernisasi Militer Indonesia


No Responses