Oleh: Habib Jansen Boediantono
Penasehat Front Pergerakan Nasional
Begitu banyak irasionalitas dan dekadensi moral akibat eksperimen politikus, sampai manusia Indonesia lupa hidup dalam satu negeri yang memiliki Pancasila sebagai dasar Indonesia merdeka. Lalu apa yang sebenarnya telah, sedang dan akan terjadi dinegeri ini ?
Pandangan metafisika menyimpulkan ada yang salah pada manusia Indonesia dalam membangun peradaban bangsanya. Peradaban dibangun mengikuti kerakusan manusia mengeksploitasi bumi. Terjadilah peradaban satu arah, sebuah peradaban yang bergerak mengikuti arah jarum jam.
aka demi waktu, sesungguhnya manusia Indonesia dalam keadaan merugi, terjatuh dalam dosa dan samsara. Segala macam irasionalitas dan kehancuran moral di bumi nusantara membuka tabir peradaban manusia Indonesia menuju matahari tenggelam. Manusia Indonesia mengingkari sunatullah, kegelapan di nusantara pun kian pekat.
Kehidupan mengajarkan kita apa pun yang dilakukan manusia dalam membangun peradaban hanya ekspose dari penderitaan spritualnya. Oleh karena itu peradaban yang dibangun sepanjang sejarah kemanusiaan adalah kutub negatif yang menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri. Kehidupan manusia adalah kegelapan yang diciptakan Tuhan untuk memantulkan cahaya keilahian
Tuhan menciptakan segala sesuatu bukan untuk melawan dirinya. Kegelapan dalam kehidupan diciptakan agar manusia mengenal Tuhan melalui pantulannya. Pantulan inilah yang membangun gerakan thawaf untuk memutar balik peradaban menuju kutub positif dan kita menamakannya gerakan tersebut perubahan. Dengan demikian perubahan adalah perangkat yang diberikan Tuhan agar manusia sampai pada kebaikan – kebaikan dalam kegelapan dunia
Tulisan ini hendak memberikan kabar: perubahan yang diusung pasangan AMIN merupakan gerakan sunatullah yang mendorong peradaban Indonesia pada tingkat tertinggi evolusi manusia Indonesia dalam bentuk kesadaran spritual yang tersempurnakan. Bila kutub negatif peradaban yang selama ini dibangun melahirkan sikap hidup materialistik dengan ukurannya yang serba kuantitatif dan penguasaan alam sebagai tujuannya,
Perubahan adalah loncatan spritual untuk melepaskan diri dari unsur materialistik menuju latar peradaban kebalikannya yaitu Memayu Hayuning Bhawana. Oleh karena itu peradaban baru yang akan diperjuangkan dalam gerakan ini bukanlah masyarakat dengan tingkat ekonomi yang mengagumkan, tetapi kesalehan sosial suatu masyarakat dengan hubungan antar manusia yang welas asih
Bukankah setiap gelap malam akan bermuara pada fajar pengharapan esok pagi ? Kita berharap arus perubahan dari pasangan AMIN mampu mendorong manusia Indonesia untuk hidup mengikuti sunatullah. Mari kita sambut pasangan AMIN sebagai Putra – Putra Sang Fajar yang mampu mengeluarkan bangsa ini dari kegelapan
Kita berada dalam satu udara di tanah air yang sama, dengan sebuah generasi baru yang menciptakan tahkiknya sendiri.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Dr. Anton Permana: 5 Seruan Untuk Presiden Prabowo, Saat Rakyat Mulai Resah dan Hati Mulai Luka

Menyikapi UUD 18/8/1945

Rocky Gerung: 3 Rim Karatan di Kabinet Prabowo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Setahun Rezim Prabowo, Perbaikan atau Kerusakan Menahun?

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri

Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global

Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama

Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan



No Responses