JAKARTA – Uang palsu yang diproduksi sindikat di kampus UIN Alaudin Makassar sulit dibedakan dengan uang asli, meski demikian uang palsu itu tidak memiliki pengaman yang hanya dimiliki oleh Bank Indonesia. Polisi terus menyelidiki sindikat peredaran uang palsu yang diproduksi di kampus UIN Alaudin Makassar, seperti dikutip dalam channel youtube Sindonews (25/12/2024).
Pihak bank Indonesia pun mengimbau warga selalu waspada karena diduga masih banyak uang palsu yang beredar di masyarakat uang selain yang dicetak oleh Bank Indonesia.
“Itu adalah tindakan kriminal dan ancamannya sudah disampaikan oleh Pak Kapolda 10 tahun sampai seumur hidup,” ungkap Sindonews.
Satuan reserse kriminal Polres Sulawesi Selatan mengamankan 17 orang pelaku yang diduga sindikat produksi dan pengedar uang palsu. Sebelumnya polisi juga menggeledah ruang perpustakaan di kampus UIN Alaudin Makassar.
Selain mengamankan pelaku, polisi juga menyitap mesin pencetak dan sejumlah uang palsu sebagai barang bukti.
Dilaporkan kampus UIN Alaudin Makassar dijadikan pabrik uang palsu menyebabkan warga Sulawesi Selatan pun heboh dan beberapa mulai sadar bahwa sebagian uang yang mereka punya diduga uang palsu. Bahkan ada yang menyebutkan mendapatkannya dari mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Tapi apakah teknologi ATM untuk saat ini tidak dapat membedakan uang palsu atau asli.
Pakar telematika Roy Suryo, menerangkan, sebenanrnya ada beberapa generasi dari ATM kalau dalam catatan saya lebih dari tiga generasi ATM. Pertama itu memang ATM yang tidak terlalu dilengkapi dengan pengaman yang sampai dengan lima faktor.
“ATM itu kalau yang canggih itu ada lima faktor (pengaman), yang pertama adalah dia bisa mendeteksi ketebalan dari uang. Ketebalan dari uang itu kalau uang benar itu konsisten sedangkan uang palsu biasanya tidak konsisten, karena kualitas dari kertasnya itu berbeda-beda. Makanya kita perlu mencuragai apakah ada supplayer kertas yang dulu, misalnya mohon maaf, dulu misalnya disetor oleh oknum dari perusahaan yang memang menyetor resmi uang kertas. Kalau dalam Percetakan Negara misalnya dulu PT saya sebut aja PT Pura Barutama, dulu misalnya, ya itu kan dia yang dipercaya untuk kertas. Apakah ada okum di situ. Itu yang pertama,” kata Roy Suryo.
Yang kedua, ata Roy, adalah dia bisa mendeteksi pengaman yang ada. Jadi kan di uang asli itu kan ada serat ada benang pengaman. Nah itu dia bisa mendeteksi. Bahkan yang paling canggih dia bisa mendeteksi nomor seri. Jadi nomor seri dari uang itu sebenarnya sudah ada database-nya, ada big datanya.
Selain itu Roy Suryo juga menerangkan bahwa dalam kasus di Sulawesi Selatan ini terdapat dua peristiwa yang berbeda. Peristiwa yang pertama adalah memang ada uang palsu yang diproduksi di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Yang kedua adalah kecurigaan kita karena kadang-kadang justru uang baru yang beredar itu belum dimengerti tipikalnya oleh masyarakat.
“Jadi saya kira, kalau saya memang menyarankan Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas untuk melakukan checking terhadap semua pengawas dari perangkat yang ada, itu harus kemudian melakukan checking terhadap semua mesin ATM dari semua perbankan termasuk juga pada organisasi bank,” kata Roy.
Menurut Roy, sindikat pembuat uang palsu sekarang sudah canggih sekali. Kalau materialnya tadi saya sebut kertasnya itu misalnya benar-benar didapatkan dari oknum percetakan tempat membuat kertas, itu akan sulit karena kertas itu akan konsisten dengan uang yang ada.
“Harusnya kalau saya sudah dulu mencurigai saya pernah ini menulis ini waspadai uang palsu itu pada saat pilpres dan pada saat Pilkada kemarin November itu loh. Itu pasti beredarnya pada saat itu, gitu, tapi karena itu mungkin beredar jadi perlu berhati-hati mas,” tegas Roy Suryo.
EDITOR: REYNA
Related Posts
“Perang” terhadap mafia dan penunjukan strategis: Analisis Selamat Ginting
20 Oktober: Hari yang Mengubah Lintasan Sejarah Indonesia dan Dunia
Vatikan: Percepatan perlombaan persenjataan global membahayakan perdamaian
Hashim Ungkap Prabowo Mau Disogok Orang US$ 1 Miliar (16,5 Triliun), Siapa Pelakunya??
Pembatasan ekspor Mineral Tanah Jarang Picu Ketegangan Baru China-AS
Penggunaan kembali (kemasan) dapat mengurangi emisi hingga 80%, kata pengusaha berkelanjutan Finlandia di Forum Zero Waste
Bongkar Markup Whoosh – Emangnya JW dan LBP Sehebat Apa Kalian
Kinerja Satu Tahun Presiden Prabowo dalam Perspektif Konstitusi
Ketegangan antara Kapolri dan Istana: Dinamika di Balik Penundaan Tim Reformasi Kepolisian
Purbaya vs Luhut: Ketegangan di Balik Kebijakan Fiskal dan Investasi
No Responses